Page 05 ꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

713 116 6
                                    

Nyanyian serangga masih terdengar ribut, namun suara gemeresak ulah enam orang pemuda itu benar-benar memecahkan pagi. Matahari memang belum terbit, masih mengintip kecil di balik gelapnya langit yang agak mendung. Walau begitu, semangat enam pemuda ini sudah membara, mereka bahkan melawan dinginnya air pagi saat mandi demi bisa menyiapkan pertunjukan untuk sang pangeran.

Wajah mereka terlihat segar seperti embun pagi, semua karena latihan yang melelahkan kemarin sampai larut malam, jadi mereka benar-benar menikmati tidur senyenyak mungkin. Alat musik piano dan violin sudah mereka tata di taman tempat mereka diijinkan diskusi untuk pertama kali, mereka juga sedikit menghias pilar-pilar taman dengan selendang ceruti bewarna merah dan emas. Belum lagi bau harum parfum yang mereka pesan dari anak sang jendral, mereka sengaja memilih aroma pinus segar bercampur lilac dan sentuhan aroma semerbak mawar yang lembut, serasa menerbangkan diri ke tengah hutan saking segarnya parfum yang mereka semprotkan di ruang taman itu.

Yang unik adalah, sepanjang pintu sang pangeran hingga pintu taman telah di pasang sekat memanjang tanpa celah, hal ini mereka lakukan agar pangeran mau keluar dari kamarnya tanpa bisa di lihat oleh satu orang pun pelayan kastil. Mereka telah siap di tempatnya masing-masing terutama Jongseong dan Jaeyun yang terduduk di tempat bermusik. Riki, Jungwon, Sunghoon telah berdiri sesuai posisi koreografi tarian yang telah diciptakan.

Mereka hanya tinggal menunggu Heeseung yang tengah membujuk pangeran keluar dari kamarnya. Heeseung tersenyum semanis mungkin kala melihat pangeran di ambang pintu untuk keluar. Dia masih takut, pandangan matanya tak henti-hentinya melihat kanan dan kiri, sesekali ia melihat atas dimana cahaya lebih terang muncul membias ke matanya. Matanya langsung berkedip-kedip lucu, menahan silau yang membuat pening kepala karena dia terakhir kali melihat cahaya seterang itu ketika berumur tujuh tahun.

"Pangeran, mari kita bermain di taman, kami telah memasang sekat yang menutupi anda dari semua pelayan kastil, anda bisa melihatnya sendiri bukan?" ujar Heeseung dengan lembut, ia mengulurkan tangannya namun si pangeran masih mengabaikan, pandangan mata sang pangeran masih melihat pada sekat-sekat hitam setinggi 190 cm. Lalu, akhirnya mata itu lekat menatap Onyx Heeseung, Heeseung sempat terpana ketika langsung bertatapan dengan mata sang pangeran, pantas saja anak itu terus diburu, karena dia memang langka seperti mediang sang raja, namun jika diamati lebih dalam, sang pangeran memiliki hal berbeda yang lebih unik lagi dari mediang sang raja.

Tangan pangeran gemetar, namun ia menggapai tangan Heeseung dan melangkah pelan mengikuti langkah Heeseung menuju taman. Dia terlihat linglung, takut, serta sangat amat waspada jika mendengarkan bunyi-bunyi yang tak sengaja ia dengar dari luar sekat yang terpasang. Mereka tiba di taman kecil itu dengan sambutan kelima pemuda lainnya dengan menundukkan diri sejenak, wajah mereka berseri, memberikan senyumam setulus mungkin untuk membuat sang pangeran nyaman. Jujur saja, kelimanya juga terpana pada pangeran seperti Heeseung saat menjemput si pangeran di ambang pintu.

Bagaimana mereka tidak terpana, sang pangeran memiliki tubuh yang tergolong kecil untuk remaja seusianya, kulitnya putih pucat dan sedikit terlihat berkerlip ketika tertimpa sinar matahari yang melesak masuk dari atas sekat-sekat, surainya terlihat lembut dengan warna Smoky Rose Mauve yang indah, kukunya berkilauan, dan yang paling indah adalah iris matanya memiliki warna yang sangat langka, warna iris mata yang hanya dimiliki oleh keturunan darah murni dari tetua The Center Eagle, dan yang membuat dia berbeda dari Pure Blood The Center Eagle yang terdahulu termasuk mediang sang raja adalah, mata mereka memiliki campuran warna Chesnut dengan warna keunguan yang di sebut Amethyst.

Namun si pangeran ini memiliki mata alami Amethyst yang paling langka dari semua keturunan The Center Eagle. Heeseung membimbingnya untuk duduk di sebuah kursi empuk berwarna keemasan. Dan di sanalah musik mulai di alunkan oleh tangan mahir Jongseong juga Jaeyun, diikuti gerakan lembut Sunghoon yang terlihat indah seperti angsa putih di danau rembulan tempat paling indah di wilayah mereka, di susul gerakan gabungan antara ketajaman namun lembut milik Jungwon dan Heeseung, terakhir gerakan paling tajam dan kuat milik Riki.

Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang