Page 04 ꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂

809 119 2
                                    

Rintik-rintik hujan terlihat begitu segar membasahi kaca cendela kamar para pengawal baru sang pangeran, pemandangan itu sangat indah, lumayan untuk mencuci mata. Atas pencapaian tak terduga mereka pagi tadi, rasanya ada kebanggaan tersendiri serasa ingin memuji. "Jaeyun, kau sungguh gila bisa mengajukan nyawamu bahkan tanpa menyampaikannya di diskusi kita!" mata Onyx Heeseung melihat Jaeyun dengan serius, Jaeyun terlalu nekat dan di luar nalar sekali pemikirannya.

"Aku tidak bisa berpikir yang lain, hanya itu yang terlintas di benakku, jadi aku melakukannya saja. Sekarang aku harap kalian bersungguh-sungguh untuk tugas yang akan kita emban. Hanya ini pilihan kita untuk mempertahankan nyawa kita, keluarga serta kemakmuran wilayah kita. Aku sangat muak dengan para penguasa di bawah Center Eagle, mereka terlalu serakah dan haus peperangan, jika Center Eagle jatuh ke tangan salah satu dari mereka, pahitnya akan terasa sampai anak turun kita!" Jaeyun sangat berharap mereka berenam memanglah murni ingin mengakhiri keadaan sekitar yang semakin menggila.

Jika sang pangeran mati, maka kehancuran akan menghampiri mereka. Terutama kutukan yang telah ia dengar dari sang nenek, bahwa tahta Center Eagle akan membawa malapetaka jika di pimpin oleh darah campuran. Jaeyun ingin tidak memercayainya, namun neneknya adalah peramal yang sangat terkenal kemanjurannya, dia tidak ingin apa yang neneknya ucapkan terjadi, malapetaka itu harus di cegah. Harapan Jaeyun hanyalah satu, tidak ada pengkhianat diantara keenamnya.

"Setidaknya kita bertaruh untuk kedamaian anak turun kita nanti! Jika aku mengetahui ada yang berkhianat, aku yang akan membunuh pengkhianat itu dengan tanganku sendiri!" Jongseong turut dalam pembicaraan yang disertai ancaman. Semua pandangan mata tertuju pada pemuda bersurai Ash Grey itu, auranya selalu saja gelap dan mencekam, anak itu sangat jarang sekali mengeluarkan kalimat yang bersahabat. Bahkan Jaeyun kembali merasakan ketidaknyamannya seperti saat awal perkenalan mereka.

Riki mendesis, lalu menggeleng-geleng kecil akan suasana yang tengah terjadi, mata Cognagnya melirik ke langit-langit kamar, lalu kembali menatap teman-temannya, "Rencana apa yang akan kita lakukan untuk besok? Pembahasan ini juga penting, pangeran masih ketakutan dengan kehadiran kita, dia memang diam setelah kak Jaeyun menyerahkan belatinya atau pun dia mengijinkan kita membersihkan kamarnya, bukan berarti diamnya pangeran telah menerima kita.

Jika kalian telisik, dia diam karena sangat ketakutan, dia bahkan tak bergerak seincipun dari tempatnya berdiri, dan baru berpindah saat di suruh makan. Dia seolah terintimidasi oleh kehadiran kita, itu menurut pandanganku, entah kalau kalian!" ujar Riki, anak itu menyenderkan diri di sandaran ranjangnya yang empuk, salah satu tangannya menyugar surai Maple Brown miliknya yang agak berkeringat setelah membersihkan kamar pangeran tadi.

Heeseung pun mengangkat wajahnya, ia sedikit tersenyum sambil memajukan diri dari duduknya, "Berhubung kita mengenalkan diri sebagai sahabat, kita tidak mungkin bersikap seperti pengawal lainnya saat mendekati pangeran, kita harus bisa merebut atensinya dengan cara berbeda. Biasanya apa yang kalian lakukan jika sahabat kalian depresi?" Heeseung mengumpulkan jawaban terlebih dahulu baru akan menggabungkannya dan menambahkan pendapatnya agar menjadi lebih kuat.

"Aku akan bernyanyi untuknya dengan lagu buatanku!" kata Jungwon sambil terlihat masih berpikir, Sunghoon hanya diam, dia tidak pernah memiliki teman di tempat asalnya, orangtuanya hanya ingin Sunghoon fokus berlatih tarian es, dan juga berlatih bela diri dengan menghadirkan guru privat. Orangtua Sunghoon cukup berada, mereka adalah salah satu dari pendukung kepemimpinan Pure Blood untuk The Center Eagle, mereka melarang Sunghoon bersosialisasi dengan anak-anak sekitar demi menjaga pemikiran Sunghoon agar tidak terpengaruh dengan ajakan dari orang-orang yang menginginkan kekuasaan baru Mud Blood.

Jadi, Sunghoon memutuskan tak bersuara, "Aku akan menari untuk nya, terkadang aku akan bernyanyi dengan lagu-lagu yang lucu agar dia tertawa!" Riki memberikan pendapat, Onyx berkilauan milik Heeseung jatuh memandang Jongseong yang diam saja sambil membalik halaman buku yang cukup usang, Jongseong menyadari tatapan itu, ia menutup bukunya dan melemparkannya ke arah meja, "Aku memainkan musik dan sedikit bernyanyi atau membelikannya hadiah!"

Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang