Terhitung sepuluh hari, sembilan orang pemuda berbeda suku itu di tahan oleh Sigmud Freyy, walaupun mereka tidak ditahan di dalam penjara, melainkan bebas berkeliaran di koridor istana. Tetap saja, rasa bosan dan tak sabaran untuk menemui Riki terasa begitu mendominasi.
Sunghoon, pemuda bermata Amber yang rupawan itu berulang kali mengetuk sebuah pintu kayu mahoni besar yang berukiran bison dengan sulur-sulur rumit serta simbol ular turut menjadi hiasan. Di belakangnya ada Sunoo dan Heeseung mengekori Sunghoon, berharap ketukan dari Sunghoon mendapatkan jawaban dari sang empu ruangan.
"Apa jangan-jangan tak ada orang dalam ruangan itu?" kata Heeseung mencoba menebak. Sunghoon tak menghiraukan, dia terus mengetuk pintu sekitar setengah jam lamanya. Barulah pintu tersebut di buka secara perlahan.
Tanpa sopan santun, Sunghoon memasuki ruangan dan mendudukkan diri pada salah satu kursi mewah diikuti oleh Sunoo serta Heeseung. "Aku tak mempersilahkanmu duduk!" suara seorang wanita terdengar kesal, dia menatap tak suka akan sikap para orang asing itu dari atas singgasananya.
"Memangnya kenapa? Kau dengan seenaknya menahan adik bungsu kami, tetapi tak membiarkan kami bertingkah seenaknya di istanamu!" entah kesurupan apa Sunghoon, pemuda itu menjadi berani dalam mendebat orang, padahal dia adalah orang tersopan dan terlembut diantara kawannya yang lain. Wajahnya terlihat datar, dengan ekspresi yang sama sekali tak terbaca.
Sunghoon berdiri dan merebut segelas anggur merah yang akan di suguhkan pada sang pemilik ruangan oleh para pelayan istana, lalu kembali terduduk di kursi mewah tadi dengan kaki yang di naikkan di meja. "Apa kau ingin tahu alasan Edgar menolakmu?" ucapan itu mendapat lirikan dari Heeseung. Apa Sunghoon mencoba mengarang cerita? Bahkan mereka semua tidak pernah bertemu dengan Edgar.
Wanita itu mendecih, memalingkan muka sembari menatap sebuah pintu yang tak jauh dari tahtanya. "Tentu saja karena Eglantine yang sok lugu itu!" Sunghoon tertawa mengejek, dia meneguk anggur merah di tangannya dengan begitu elegan. "Sebenarnya jawabanmu tak terlalu salah, tetapi alasan paling utamanya adalah sikapmu yang sok benar dan sok berkuasa, apalagi banyak mendrama!"
Sigmud, menatap Sunghoon dengan kesal, tangannya mengepal dan salah satunya mencengkeram erat kain gaunnya sampai kusut. "Orang kejam seperti Lee Youngseon saja tidak akan sudi memiliki pendamping dengan sifat sepertimu!" ujar Sunghoon dibarengi dengan bahak tawa yang menggelegar, "Lihatlah, bahkan Youngseon memilih wanita lugu menjadi permaisurinya. Bahkan para selirnya juga di didik untuk menjadi pribadi yang begitu anggun serta tulus."
Lee Youngseon adalah pemimpin East Siren Grafter yang menjadi sekutu Sigmud Freyy. Sekarang kepemimpinannya telah digulingkan oleh putranya sendiri bernama Lee Youngbin, salah satu putra mahkota yang gencar mengincar tahta The Center Eagle. Sunghoon meletakkan gelas anggur merah pada meja dengan serampangan, dan menyandarkan diri senyaman mungkin.
"Tidakkah kau berpikir, kenapa tidak ada yang menyukaimu secara tulus?" manik tajam Sunghoon menatap lekat pada warna mata keabu-abuan milik Sigmud. "Bahkan pelayanmu memandang dengan takut, bukan segan!" Sunghoon tersenyum miring, melirik pada setiap pelayan istana yang menundukkan pandangan.
"Pantas Edgar tak sedikitpun memberikan hatinya padamu, sekarangpun kau dengan mudah membuat para putra Edgar semakin menyimpan dendam." Sunghoon memancing emosi dari Sigmud, sampai-sampai Heeseung mencengkeram tangan Sunghoon agar anak itu membatasi ucapannya.
Sunghoon menepis tangan Heeseung, dan kembali menatap Sigmud dengan rasa kesal. "Apa dengan kau menyegel adik bungsu kami akan membuat arwah Edgar tunduk padamu? Dia akan semakin membencimu, apalagi kau memberikan dendam baru pada Leonard!" sebenarnya Sunghoon tak tahu siapa itu Leonard, dia hanya mengetahui nama itu dari Jaeyun. Baik Jongseong dan Jaeyun ataupun mereka semua berpendapat bisa saja Leonard adalah kakak Riki, karena memang sekilas mereka terlihat mirip.
Belum lagi percakapan menggelegar yang Jongseong dan Jaeyun dengarkan, tentang bagaimana Leonard selalu menyematkan kata 'Adikku' yang tertuju pada Riki. "Aku tidak peduli, dia akan menjadi tawanan manisku sampai kapanpun!" Sunghoon terkekeh, sembari salah satu tangannya bermain-main dengan belati yang ia temukan di ruang yang sempat ia singgahi sebelum ke ruang itu.
"Ya ya ya... Dan sampai kapanpun, kau tidak akan pernah merasakan cinta yang tulus dari seseorang" Sunghoon mengejek, dibubuhi tawa yang diikuti Sunoo, sedangkan Heeseung terlalu takut untuk memberikan respon, oh ayolah bisa dalam masalah kalau semua disegel oleh wanita gila itu, mereka harus segera berpindah tempat dan melatih Sunoo. "Seharusnya... Jika kau ingin membuktikan bahwa kau sangat mencintai Edgar, setidaknya buktikan rasa cintamu dengan menyayangi putra-putranya"
"Atau saat pertama kali Edgar menolak, kau bisa saja berusaha memperbaiki diri, siapa tahu Edgar menginginkan istri kedua" tanpa rasa sungkan Sunghoon kembali berdiri dan mengambil sepiring cemilan milik Sigmud, membawanya ke sofa awal dan membaginya dengan Sunoo. "Bukankah seperti itu lebih baik? Tak ada yang pergi dan tak ada yang terlalu dirugikan!"
Sigmud tampak diam, entah apa yang berputar di otaknya, yang jelas Sunghoon tidak peduli. Sunghoon dengan keras memberikan tekanan agar ia bisa melihat Riki, jika wanita itu tak kunjung menjawab, Sunghoon akan memberikan ucapan-ucapan yang dapat menjadi pancingan Sigmud merasa menyesal. "Sunghoon, sebaiknya kita kembali ke kawan kita! Percuma saja, kita tak akan bisa bertemu Riki!" bisik Heeseung, dan sayang sekali Sunghoon tak mau mendengarkan ketakutan Heeseung.
"Jika kakak ingin kembali, maka pergilah dulu, aku tak akan puas sebelum bisa bertemu Riki!" Sunoo yang sayup-sayup mendengar percakapan mereka turut memberikan respon, "Aku ingin bersama kak Sunghoon, karena aku harus bertemu Riki bagaimanapun caranya!" jawaban itu membuat Sunghoon tersenyum, dia menepuk-nepuk bahu Heeseung seolah mengatakan, 'Tak akan ada hal buruk yang terjadi pada kita, tenanglah'
"Jika kau mengijinkan kami bertiga bertemu Riki, aku akan membantumu agar Riki memanggilmu ibu!" Sunghoon berseringai, tetapi hal itu membuat Heeseung semakin khawatir karena satu per satu kawannya semakin melakukan hal nekat. "Sunghoon..." sebelum Heeseung melanjutkan kalimatnya, Sunghoon sudah terlebih dahulu memberikan isyarat agar pemuda surai Metalic Blue itu terdiam.
"Bagaimana aku bisa mengijinkan, jika bahkan kalian bisa membawanya kabur dariku." apakah Sunghoon bisa berbohong sebagai putra Edgar? Siapa tahu wanita itu akan luluh, oh tetapi itu akan sangat beresiko, apalagi jika Leonard kembali untuk berusaha membebaskan Riki secara nekat.
Sunghoon menggeleng-geleng ringan, dia menatap mata setajam elang milik Sigmud sembari beranjak dari duduknya. "Kalau begitu suruh saja semua pelayanmu untuk mengunci rapat semua cendela dan pintu yang ada di ruangan tempat kau mengurung Riki!"
"Aku bisa membantu untuk membujuk anak itu memanggilmu ibu!" Sebenarnya sih Sunghoon tak sudi, tetapi bukankah jika Riki memanggil wanita itu dengan sebutan ibu, maka mereka bisa mengontrol penuh Sigmud dan Pax Zirael. Otak licik Sunghoon bisa membayangkan ketika kerajaan sekuat Pax Zirael membantu mereka dalam melindungi Sunoo, apalagi kalau Pax Zirael memihak The Center Eagle.
Sunghoon sungguh tertawa dalam hati melihat kegilaan Sigmud. Dia tahu wanita itu masih mengharapkan Edgar, melihat Riki yang lumayan mirip dengan Edgar dari pada Leonard si putra sulung Edgar, jelas wanita itu ingin atau bahkan sudah membayangkan bahwa Riki adalah putranya bersama Edgar.
꧁༼࿙[ᴀʟᴇxɪᴛʜʏᴍɪᴀ]࿚༽꧂
November, 05 2023...
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia || Kim Sunoo x Enhypen √
Fanfiction[Story End] TRILOGI 1 ALEXITHYMIA The Center Eagle mungkin terdengar aneh, namun ini bukanlah burung elang yang berada ditengah kerumunannya, tetapi ini adalah negara yang berada dalam titik rendah dan diambang kehancuran, karena kekosongan kekuasa...