"Bunda?"
Sky berlari pelan memasuki mobil Angel yang tiba-tiba datang menjemputnya. Sesuatu yang jarang Angel lakukan.
"Gimana sekolahnya?" tanya Angel sambil memasang kembali sabuk pengamannya dan kembali menjalankan mobilnya.
"Biasa aja, Bunda. Oh iya, ada surat sekolah yang harus ditanda tangani sama Bunda dan Papa." jawab Sky dengan senyum lebar. Pemuda itu hanya terlalu bahagia dijemput oleh Angel, sesuatu yang belum tentu terjadi bahkan sekali sebulan.
"Oh surat apa memangnya?"
"Pertukaran pelajar, Bun. Gapapa 'kan?"
"Ya Bunda gapapa, tapi tanyain ke Papa dulu. Kalo gak dikasih izin jangan maksa ya, kamu bukan bayi lagi, jangan ngerengek."
"Iya, Bunda."
"Mau mampir makan gak El?"
"Hm? Bunda udah makan?"
"Udah tadi bareng Issa,"
"Oh yaudah gak usah Bun, El makan di rumah aja."
"Yaudah." Sky tersenyum hangat lalu menyandarkan kepalanya, menatap lurus ke depan. "Oh iya, El," suara Angel membuat Sky kembali menoleh. "Ada yang pengen Bunda omongin," Nada suara Angel terdengar sedikit berbeda dari sebelumnya dan Sky cukup peka untuk menyadari hal itu.
"Kenapa Bunda?"
"Lain kali kalo di depan Papa kamu jangan bicarain tentang Ayah mau topik apapun itu, ngerti?"
"Bunda?" Sky tampak terperangah, kedua alisnya bahkan terangkat terkejut.
"El gimanapun kamu harus hargain Papa Renand dong, dia sekarang Papa kamu, jangan bahas tentang Ayah terus di depan Papa, Papa pasti ngerasa gak nyaman banget. Bunda yang gak enak jadinya,"
"Tapi Bun, Bunda tau El gak bermaksud kayak gitu. El cuma-"
"Cuma apa, El? Jelas-jelas tadi itu kamu kesannya kayak bandingin Papa sama Ayah, kamu juga gak hargain effort Papa, harusnya tadi pagi kamu nurut aja dianter sama supir keluarga Alatas."
"Bunda El gak ngebandingin-"
"El!" seru Angel. "Gak usah jawab terus. Bunda nasehatin harusnya kamu denger, bukan dibales terus. Intinya Bunda mau kamu jangan ngomongin tentang Ayah lagi di depan Papa. Titik."
"Bunda ... Tapi Ayah itu Ayah kandung El-"
"Bunda bilang cuma di depan Papa! Bunda gak suruh kamu lupain Ayah, tapi kamu harusnya tau diri. Papa udah kasih kamu tempat tinggal, Papa penuhin semua kebutuhan kamu-"
"Bunda kenapa bicara seakan Ayah gak bisa kasih El tempat tinggal dan penuhin kebutuhan El? Ayah juga punya rumah Bunda, kalau masalah kebutuhan semua kerja keras Ayah sebelum meninggal bakal jadi jaminan terpenuhinya semua kebutuhan El. Ayah udah siapin segalanya lebih dari kebutuhan El. Bunda El selalu hormatin Papa Renand, kalo emang El pernah salah ngomong itu nggak disengaja. El gak pernah ada niat nyinggung Papa atau sakitin Papa."
"Kamu udah punya segalanya tapi kamu gak punya Ayah 'kan?!"
Deg!
"Kamu harusnya bersyukur Papa mau nerima kamu sebagai anaknya. Kalo Papa gak nerima kamu, sampe mati kamu gak akan pernah punya Ayah lagi, ngerti?!"
Mata Sky berkaca-kaca menatap Angel dengan pandangan terluka. Sky pikir ia sudah terbiasa dengan sifat Angel yang satu ini, tetapi ternyata hatinya tetap terasa sakit. Sakit sekali.
"Bunda, kenapa..." Sky tidak berhasil melanjutkan kalimatnya saat air mata yang berusaha ia tahan akhirnya menetes. Sky membuang pandangan ke luar jendela, mulutnya dibungkam dengan rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
FanfictionNyatanya memiliki enam saudara baru tidak membuat hidup Sky menjadi lebih bahagia. Atau, mungkin belum? #1 in Enhypen #1 in Jungwon #1 in Yang Jungwon