Sky tiba di Rumah Sakit tempat Rasha mendapatkan perawatan tepat saat pukul empat sore. Sky mendapatkan informasi mengenai gedung dan ruang rawat Rasha melalui Angel dan Sky baru saja tiba bersama supir suruhan Renand. Ngomong-ngomong Sky bertemu dengan Renand dan Angel di rumah bertepatan dengan Sky yang baru kembali dari rumah orang tua Ayah kandungnya jam tiga sore tadi, Renand dan Angel juga baru saja kembali dari rumah sakit dengan Rakha yang ikut pulang bersama mereka.
Tok tok tok!
Cklek
Saat Sky membuka pintu ruang rawat Rasha, tatapan tajam dari Raffa dan Ragan langsung menyambut kedatangannya. Keduanya duduk di sofa yang sama yang tepat menghadap ke arah pintu. Di sisi lain Sky menemukan presensi pemuda asing yang duduk membelakangi dirinya tanpa menoleh.
Jika tatapan Ragan terlihat begitu defensif, maka tatapan Raffa sarat intimidasi.
Sky tidak tahu ada di mana Rayyan dan Raja saat ini dan Sky cukup bersyukur karena keduanya tidak ada di kamar rawat ini. Karena jika Rayyan dan Raja ada di sini, mungkin akan ada perdebatan selanjutnya. Apalagi mengingat Raja yang masih sangat sensitif terhadap kehadirannya.
"Buat apa ke sini?" Pertanyaan Raffa mengudara. Sky menghela napas pelan lalu tatapannya tak sengaja terhenti pada brankar.
Di sana ada Rasha yang sudah sadar dan tengah duduk menyandar pada kepala brankar. Tatapan Rasha adalah yang paling tajam dan sinis. Dengan alis tebal yang menukik tajam serta sorot benci yang menyertai. Membuat Sky merasa seperti penjahat yang baru saja ditangkap.
"Sorry kalo gue ganggu--" Sky menutup kembali pintu yang kini dibelakanginya. "--gue mau jenguk Kak Rasha. Nggak lama kok, abis itu gue pergi."
Sky berjalan pelan mendekati brankar Rasha, meletakkan buah tangan bawaannya di atas nakas dan berusaha tidak memperdulikan tatapan tajam Raffa dan Ragan yang menyorot punggungnya atau bahkan Rasha yang tak henti menyorotnya tidak suka.
"Bunda udah ngasih tau kondisi kakak, jadi gue gaakan nanya lagi. Sorry karena gue gak bisa dateng lebih cepet dan karena cuma bawa buah. Kalo kak Rasha gak suka buahnya gak perlu dimakan." ucap Sky dengan intonasi khas dirinya yang halus namun tidak lemah dengan pembawaan yang tenang.
Rasha bungkam dan tetap setia dengan sorot tajamnya. Jika mata bisa membunuh, seseorang mungkin sudah mati akibat tatapan itu.
"Lo harusnya gausah ngerepotin diri bawa kayak gituan bahkan gak perlu repot-repot dateng ke sini." Suara Raffa menyahut dari arah belakang. Sarat akan sindiran yang hanya akan disadari oleh orang-orang yang mengetahui buruknya kondisi hubungan mereka.
"Gada yang harapin kehadiran orang munafik di sini. Liat muka lo aja kita benci." desis Rasha yang hanya mampu di dengar oleh Sky.
Sky tersenyum kecil.
"Gue emang suka ngerepotin diri sendiri kok, kak Raffa." jawab Sky tanpa menoleh. Tatapannya terarah pada Rasha yang sejak tadi tidak memutus atensinya.
"Kok gue familiar sama suaranya?" Gumam pemuda asing itu. Ragan lalu menoleh menatap dirinya.
"Apa?" tanya Ragan yang sempat mendengar gumaman tak jelasnya membuat pemuda itu menggeleng pelan.
"Pastinya. Bangun dua peran pasti repot banget kan ya?" balas Rasha dengan nada rendah.
Sky kembali mengulas senyum tipis. "Lebih repot proses gue ke sininya sih, kak." balasnya dengan nada yang sama. "Soalnya gue sampe harus ribut dulu sama kak Raja dan Ragan." Lanjutnya dalam hati.
"Sial! Maksudnya gue ngerepotin gitu?!" desis Rasha dalam hati. Jika tidak ada orang lain di sini, mereka pasti sudah akan berdebat lagi.
"Kak Rasha pasti butuh lebih banyak waktu istirahat. Kalo gitu gue balik sekarang, semoga cepet sembuh, kak Rasha." ucap Sky menatap Rasha yang tampak siap membunuhnya di tempat.

KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
FanfictionRumah seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk pulang bagi semua orang, tetapi jika rumah yang dimaksud tidak bisa memberikan kenyamanan yang seharusnya apakah masih pantas menyebutnya sebagai sebuah rumah? Ditinggalkan untuk pertama kalinya membua...