Anyone can come and go. Tapi kalimat itu tidak diberlakukan oleh Sky, orang-orang terdekatnya tidak boleh pergi meninggalkannya setelah sang Ayah. Hatinya telah dipatahkan sekali dalam kepergian Ayahnya, jangan ada kali kedua—atau lainnya atau pemuda itu mungkin akan kehilangan dirinya sendiri. Dunia pernah menghancurkannya sekali, jadi tolong jangan lagi atau Sky akan lupa bagaimana cara menyatukan kepingannya yang berserakan.
"Suster, siapkan defibrilator."
"Baik, Dokter."
Suasana ruangan yang dipenuhi dengan atmosfer menegangkan membuat kepala seketika terasa berat. Suasana ruang rawat Tuan Besar Xaverius kala itu terasa begitu mencekam. Suara mesin medis kian saling bersahut-sahutan, percakapan berat antar tim medis menambah ketegangan, Sky sejenak merasakan pikirannya menjadi kosong.
Pemuda itu tengah berdiri memeluk Oma Diana yang sudah terisak sejak awal dan kini membelakangi Opa Darius dalam pelukannya. Di sampingnya ada Hanan yang juga diam-diam menangis. Bibir pemuda itu mengatup rapat, tidak ada kata yang bisa terucap, tidak ada air mata yang berhasil menetes. Sky masih membangun dinding yang begitu tinggi kepada dirinya sendiri.
Di depan matanya, Sky melihat bagaimana tekanan tinggi dalam alat kejut jantung itu menghentak tubuh sang Opa. Angka Joule pada defibrilator terus dinaikkan namun Elektrokardiogram tak kunjung mengeluarkan suara yang diharapkan. Dua garis lurus tercetak tebal dalam layar Elektrokardiogram, dengan satu garis gelombang tipis dan lemah.
Sky merasakan jantungnya berpacu menyaingi dengingan panjang dari mesin EKG, berlomba memenuhi kepalanya membuat pikirannya kian semakin tak fokus.
Hingga isak tangis dari Oma Diana dan Hanan kembali menarik kesadarannya, namun pemandangan yang didapatkannya berhasil membuat tubuhnya membeku. Usapan tangannya pada punggung dan pundak Oma Diana seketika terhenti.
Di depan sana, di antara seluruh tim medis yang berupaya menyelamatkan Tuan Besar Xaverius, Sky melihat Ayahnya—Mars atau Marcuss Xaverius—tengah berdiri di antara semua orang dengan tubuh bercahaya, serta wajah bersinar yang dihiasi senyum teduh yang begitu menawan.
"Ayah..." gumam Sky lirih. Tatapannya kian kosong, bahkan debaman petir tidak berhasil membuat tubuhnya bergerak sedikitpun. Kakinya seakan membeku, menguncinya dalam posisi yang sama membuatnya tidak bisa menghindar dalam melihat pemandangan menyaktikan di malam itu. Ini adalah kali pertama Sky melihat wajah itu lagi setelah malam terakhir dirinya di kediaman keluarga Xaverius sebelum keesokan harinya Sky harus pergi bersama Angel ke Mansion keluarga Alatas untuk pertama kalinya.
Tatapan keduanya—Sky dan Ayahnya akhirnya bertemu. Dapat Sky lihat Ayahnya mengulas senyum yang lebih lebar, senyum yang sama dengan yang selalu Sky dapatkan saat Ayahnya pulang ke rumah setelah letih bekerja. Rasa rindu dan sakit terpancar jelas dalam manik bening Sky, rasa rindunya begitu besar namun rasa sakit kehilangan lebih mendominasi.
Kehadiran Ayahnya di tempat ini jelas bukan tanpa alasan. Kehadiran Ayahnya di tempat ini jelas menandakan ada tugas yang harus Ayahnya lakukan ... dan selesaikan sebelum matahari terbit.
Sky memejamkan matanya. Air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya mengalir, melewati pipi memerah yang juga menirus dalam beberapa waktu terakhir. Sky merasakan rasa sakit yang teramat dihatinya. Membuat napasnya memberat seakan oksigen tengah menjauhi dirinya. Sky sejenak lupa bagaimana cara bernapas. Kepalanya begitu penuh dengan suara berisik.
"150 Joule,"
"Clear, Dokter."
"Shoot!"
Sekali lagi, tubuh Opa Darius terhentak tinggi akibat tingginya tekanan listrik dalam alat kejut jantung yang digunakan tim medis. Namun sekali lagi, mesin Elektrokardiogram masih tidak mengeluarkan suara yang diharapkan. Suara tangis Oma Diana dan Hanan kian mengeras, Sky menekan tubuh sang Oma semakin dalam. Namun tatapannya tetap tertuju pada sosok teduh di hadapannya yang begitu bercahaya seakan bulan hidup di dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
FanfictionNyatanya memiliki enam saudara baru tidak membuat hidup Sky menjadi lebih bahagia. Atau, mungkin belum? #1 in Enhypen #1 in Jungwon #1 in Yang Jungwon