31. Tujuh Bersaudara

3.8K 347 209
                                    

Malam itu Sky berdiam diri di rooftop setelah siang harinya pergi ditemani oleh keenam saudaranya dan Hanan untuk mengantar Oma Diana ke Bandara yang akan berangkat untuk menetap di Singapura. Sementara dua hari yang lalu Sky ditemani oleh Rayyan juga baru saja mengantar Renand dan Angel yang sekarang sudah tiba di tujuan. Kini hanya tersisa dirinya sendiri di tanah kelahirannya, orang-orang terdekatnya yang memiliki ikatan darah yang sama dengannya sudah berada di tanah negeri lain, walau begitu Sky masih merasa beruntung karena ia sekarang memiliki enam saudara yang selalu berada di sisinya.

Tatapannya jatuh pada langit berbintang, menerawang jauh ke dalam cahaya bulan yang menghangatkan perasaannya, semilir angin yang datang pada akhirnya membuatnya memilih untuk memejamkan mata dengan bibir yang mengukir senyum. Satu-persatu hal baik mulai datang ke dalam kehidupnya, satu demi satu masalahnya mulai terselesaikan, banyak hal-hal kecil yang layak dirinya syukuri terutama kehadiran enam pemuda yang perlahan melengkapi puzzle hidupnya.

Dulu tidak pernah terbayangkan dalam benaknya bahwa ia akan memiliki sosok saudara, tempat untuk pulang dan berlindung saat badai hendak menjatuhkannya. Lalu Tuhan dengan baik hati tiba-tiba mengirimkannya enam saudara sekaligus, yang kini sangat disayanginya dan ingin dilindunginya melebihi diri sendiri. Walaupun awalnya ikatan ini tidak berjalan dengan mudah, tapi bukannya manusia memang memerlukan perasaan sakit untuk bisa belajar cara menanganinya? Manusia perlu jatuh agar tahu caranya bangkit, agar tahu apa artinya pelangi yang muncul setelah hujan.

Setelah cukup lama tenggelam dalam nyamannya keheningan malam hari, Sky akhirnya tersadar dari renungannya yang dalam saat suara pelan sebuah langkah kaki tiba-tiba menyapa inderanya hingga akhirnya ia bisa merasakan kehadiran seseorang yang berhenti tepat di sampingnya. Sky membuka kedua matanya perlahan dan menoleh ke samping, mengukir senyum tenang saat benar-benar mendapati eksistensi seseorang di sampingnya.

"Tiap nggak bisa tidur lo kayaknya selalu diem ngeliatin langit, emang liatin langit bisa bikin ngantuk kah?" Pertanyaan itu mengudara sembari sang pemberi tanya memilih untuk memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang tiba-tiba berhembus seakan menyambut kedatangannya.

Sementara yang ditujui pertanyaan hanya tertawa kecil sambil mengalihkan pandangannya kembali pada bentangan pekat di atas sana. "Nggak juga. Gue cuma suka suasananya. Bukannya suasana pas malam kayak gini vibesnya jadi jauh lebih tenang?" Yang lebih tua hanya membalas dengan anggukan pelan, menyetujuinya dalam diam.

"Lo pernah denger, kalau katanya, mereka yang menyukai malam hari adalah mereka yang selalu kesepian?"

"Hm? Emang iya?" Sky memiringkan sedikit kepalanya, wajahnya terlalu biasa untuk topik pembicaraan yang mulai memberat.

"Iya. Jadi, apa lo termasuk salah satu dari orang-orang itu?" Dua pasang mata dengan garis lengkungan yang jauh berbeda itu akhirnya saling tertaut.

Sky menatap yang lebih tua sebentar, tatapannya yang tenang seakan tengah tenggelam dalam pikiran yang dalam. Sudut bibirnya menarik senyum kecil sebelum pandangannya kembali dialihkan. Kini tatapannya jatuh pada kursi kayu di taman belakang rumah mereka.

"Gak bohong, gue emang pernah ada di fase dimana gue selalu sendirian, mau itu pagi, siang atau malam sekalipun. Jadi bohong rasanya kalau gue bilang nggak. Tapi bukannya sekarang gue udah nggak cocok disebut orang kesepian lagi? Soalnya sekarang gue bukan anak tunggal lagi. Sekarang gue punya kalian, gue ada lima Kakak dan bahkan udah ada adek juga. Jadi mana mungkin gue termasuk salah satu dari mereka, benerkan, Kak Raja?"

Raja membenarkan dengan sorot matanya yang serius. "Bener. Jadi jangan pernah jadi bagian dari mereka lagi. Orang yang punya enam saudara nggak seharusnya ngerasa kesepian."

Sky tersenyum, matanya membentuk lengkungan yang hangat. "Noted, Kak. Gue juga nggak berpikir masih bakal kesepian setelah bareng kalian."

Raja hanya menganggukkan kepalanya. Perlahan walau tampak sedikit ragu dan segan, Raja berhasil mengangkat tangannya untuk mendaratkan usapan lembut di puncak kepala Sky yang langsung membuatnya Sky memejamkan matanya, menerima dan menikmati afeksi yang berusaha Raja berikan untuk memenuhi perannya sebagai seorang Kakak sekaligus untuk menyalurkan rasa sayang yang sudah dimilikinya untuk sang Adik.

SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang