13. Timingnya

4.5K 478 109
                                    

Sejak pukul lima pagi, Sky sudah berdiam diri di meja makan keluarga Alatas. Tidak perlu ditanyakan lagi, Sky jelas tidak tidur semalaman dan lagi-lagi hanya menghabiskan malamnya dengan membaca buku.

Setelah lewat dari pukul enam pagi, satu-persatu dari para putra Alatas mulai berdatangan. Dimulai dari Raffa, lalu Ragan, Rayyan dan Raja. Tidak berselang lama disusul oleh kedatangan Rakha. Rakha mempercepat langkahnya saat mendapati sebuah keanehan, pergerakan Rakha juga berhasil menyita atensi ketiga saudaranya yang ada di sana.

"Sky?" Sky yang tidak menyadari kedatangan Rakha lantas sedikit terlonjak saat Rakha tiba-tiba menarik salah satu tangannya.

"Eung??"

"Tangan lo kenapa?" Rakha menatap tangan Sky lamat-lamat. Yang lain sontak menatap ke arah yang sama.

Sky mengerjab pelan. "Cuma terkilir kak." jawabnya seadanya.

"Tapi ini banyak ruamnya?" Rakha menunjuk ruam-ruam merah yang tumbuh di kulit Sky secara acak.

"O-oh,"

"Mirip reaksi alergi Rasha." ucap Raffa sekenanya.

Rakha lalu kembali menatap Sky. "Lo ada alergi? Apa jangan-jangan dari obat kak Vian?"

Sky segera menggeleng cepat. "Bukan kok. Gue gada alergi obat, kak."

"Terus alergi apa?"

"Owh itu, mungkin gue salah makan aja kak. Nanti juga hilang sendiri."

"Lo yak—" Seketika Rakha menyadari sikap anehnya. Pandangannya langsung tertuju pada keempat saudaranya dan mendapati tatapan heran dari Rayyan dan Raja. "Oh o-oke. Jaga diri lo baik-baik." Setelah itu Rakha bergegas mendudukkan dirinya dengan suasana yang tiba-tiba mendadak canggung.

Tak berselang lama Rasha datang sebagai anggota terakhir lalu mereka memulai sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas masing-masing.

"Gue selesai. Gue berangkat duluan, selamat pagi." ucap Sky sambil beranjak berdiri.

Beberapa orang menatapnya dan beberapa lainnya tidak begitu perduli.

"Lo mau sekolah?" Entah kapan, Ragan juga tidak menyadari kapan pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Setelah penuturannya Ragan terdiam kaku di tempatnya, ada rasa sesal karena telah bertanya.

Sky mengulas senyum kecil. "Iya."

"Yakin, bisa? Lo beneran udah sehat?" tanya Rakha. Tidak bisa dipungkiri rasa khawatirnya datang tanpa bisa dicegah.

"Iya, kak. Gue udah istirahat dua hari, itu udah lebih dari cukup."

"Oh oke."

"Iya-iya, tapi ntar ujung-ujungnya malah nyusahin kita." cibir Rasha sinis.

Merasakan Rakha dan Raffa menatapnya dengan tajam, Rasha lantas mendegus sebal.

Sky tersenyum. "Gak lagi, kak Rasha tenang aja. Sorry kalo dua hari terakhir gue nyusahin kalian."

"Baguslah kalo sadar."

"Rasha." tegur Rakha yang lama kelamaan merasa kesal.

"Apasih ish!"

Sky lagi-lagi hanya tersenyum. "Gue duluan."

Dan Sky bergerak pergi meninggalkan area ruang makan dengan beragam tatapan yang menyorot punggungnya hingga menghilang di telan jarak.

"Ada yang pengen gue omongin." Setelah Sky menghilang dari pandangan mereka, Raffa melipat tangannya di atas dada sambil menyandarkan punggungnya pada kursi kemudian memulai pembicaraan serius dengan saudaranya.

SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang