"Sky? Sky lo gapapa? Sky?" Raja memegangi kedua pundak Sky, berlutut tepat di hadapan pemuda itu.
Sky menggeleng dengan wajah merah padam. Napasnya tersendat-sendat hingga napasnya berbunyi kencang. Sky meremat pelan kepalanya. Rasa panas menjalar dari bagian dada, naik ke leher hingga sampai di kepalanya. Membuat kepalanya terasa sakit dan napasnya yang turut tersendat akibat batuk yang tak kunjung henti. Tanpa sadar air mata menetes melalui sudut matanya.
"Hey? Dek? Lo napas pelan-pelan, jangan panik,"
"Uhuk," Sky menutup mulutnya saat merasakan rasa sakit dan panas menjalar di dadanya. "Uhuk, uhuk..."
"Please sakitnya jangan sampe naik ke kepala..." ucap Sky dalam hati.
"Sky?! Dek?"
"Uhuk!" Sky terdiam untuk beberapa saat tatkala mendapati bercak merah pekat di telapak tangannya. Sky segera meremat telapak tangannya dan menyembunyikan tangannya dari jangkauan Raja. Berharap Raja tidak melihat apapun namun sayangnya Raja sudah melihat segalanya.
Raja tampak terkejut, tatapannya kembali beralih dari telapak tangan Sky yang kini disembunyikan di balik tubuh pemuda itu ke wajah Sky yang masih kepayahan. Raja seketika menatap serius.
"Sky? Kasi liat gue tangan lo."
Sky menahan tangannya di belakang tubuhnya dan bersikap seakan tidak mendengar suara Raja. Hal itu membuat Raja bergerak untuk menarik paksa tangan Sky, membuat matanya membulat saat mendapati bercak darah di telapak tangan itu mengingat sebelumnya Raja hanya melihatnya sekilas.
"Sky? Lo gapapa?!" Raja dengan cepat menatap Sky, memastikan kondisi pemuda itu tidak menjadi lebih buruk.
Setelah batuknya mulai mereda, Sky mengangguk untuk menjawab Raja.
"Lo yakin?" Tanyanya sekali lagi sebab merasa ragu. Namun Sky lagi-lagi hanya mengangguki pertanyaannya, napasnya masih terengah-engah.
Raja akhirnya membawa Sky untuk kembali duduk di sofa dan menyodorkan gelas jus yang ada di atas meja secara refleks. Sky sontak menggeleng dan menahan tangan Raja hingga menggantung di udara, Sky menggeleng pelan.
"Kenapa? Minum dulu biar lehernya gak sakit."
Sky menggeleng. "Air putih aja, Kak." jawabnya serak.
Raja akhirnya beranjak mengambil gelas air di atas nakas dan memberikannya pada Sky, bahkan membantunya untuk meneguk isinya.
"Thanks, Kak." Raja mengangguk pelan kemudian mendudukkan dirinya di sofa yang berbeda.
"Kenapa bisa tiba-tiba kayak tadi? Lo keselek?"
Sky menatap Raja, kemudian menggeleng. Tatapannya jatuh pada gelas jus di atas meja yang masih terisi hingga di atas setengah. Hal itu membuat Raja ikut menatap objek tatap yang sama, alisnya mengernyit.
"Lo keselek jus itu?" tanyanya lagi dan Sky dengan ragu menggeleng pelan.
Raja akhirnya meraih kembali gelas jus itu, awalnya hanya berniat melihat warnanya, namun hidungnya tidak sengaja mencium aroma tidak biasa untuk sebuah jus stroberi. Raja akhirnya mendekatkan permukaan gelas ke hidungnya, walau cukup samar akibat aroma stroberi dan yogurt yang kuat, hidungnya masih bisa mendeteksi satu aroma lainnya--aroma cabe yang sedikit menyengat.
"Siapa yang ngasih?" tanyanya sambil mengangkat gelas jus.
"Ragan..." Sky yang sadar Raja menyadari komponen di dalam jus yang tidak beres sedikit ragu untuk menjawab, takut Ragan akan disalahkan. Sebab Sky sebenarnya berencana bertanya secara pribadi tanpa melibatkan yang lain. Entah kenapa Sky memiliki keyakinan bahwa Ragan tidak akan mungkin sengaja menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
FanfictionNyatanya memiliki enam saudara baru tidak membuat hidup Sky menjadi lebih bahagia. Atau, mungkin belum? #1 in Enhypen #1 in Jungwon #1 in Yang Jungwon