"Udah lama, kak? Sori gue baru kelar sekul." sapa Leon meletakkan ranselnya di atas meja dan segera duduk di kursinya.
"Lumayan tapi sans, emang gue yang kecepetan dateng aja."
"Haha, oke deh. Btw kak Raffa, ada apa nih? Tumben ngajak ketemuan gini,"
"Lo pesen dulu aja. Abis itu baru kita ngobrol, ada yang pengen gue tanyain."
"Oh siip. Yaudah ntar gue pesen dulu ya kak. Leher gue emang lagi seret bat."
Raffa hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan Leon pergi memesan apapun yang dia inginkan. Sekembalinya Leon dan setelah pesanannya tiba, Raffa mulai mengubah gesture nya hingga tampak lebih serius.
"Gue to the point aja. Bisa tolong ceritain ke gue semua yang lo tau tentang Sky?"
"Sky? Emangnya kenapa sama Sky, kak? Kalian gada masalah 'kan?"
Raffa menggeleng pelan. "Lo tau sendiri Bokap gue belum lama nikah sama Nyokapnya Sky. Jadi kita belum terlalu deket, makanya gue pengen tau lebih banyak hal tentang dia. Gue harap lo bisa bantu gue dan saudara gue."
"Oh wow, oke. Agak aneh denger lo ngomong panjang lebar gini tapi karna topiknya Sky, it's okay. Sky emang selalu buat orang yang kenal dia pengen cerita banyak hal tentang dia."
"Kalo gitu ceritain banyak hal tentang dia ke gue."
"Sebenernya terakhir kali gue ketemu Sky itu udah lama, empat tahun yang lalu. Pas gue masih smp. Kita umur dua belas tahun, dan kita pertama kali ketemu waktu kita umur sebelas tahun. Setelah itu kita gak pernah ketemu lagi dan baru ketemu lagi waktu di ruang rawat kak Rasha kemarin."
"Setelah hampir dua tahun temenan itu, gue cuma punya satu kesimpulan tentang sosoknya, kak."
"Apa?"
"Sky itu selfless."
"Manusia paling gak mentingin diri sendiri yang pernah gue temuin. Dia selalu ngutamain orang lain lebih dari diri dia sendiri, dan setelah kasih bantuan Sky gak pernah harepin timbal balik. Baiknya Sky itu effortless banget. Dia gak perlu berusaha, dia udah keliatan baiknya. Gue yakin lo juga bisa rasain itu tiap liat mukanya."
Diam-diam Raffa mengangguki ucapan Leon.
"Lo inget kejadian waktu gue kecelakaan parah yang bikin gue koma tiga hari sampe kak Rayyan bantu cek PMI di kota lain buat dapetin gue darah?"
"Gue inget."
"Yang bawa gue ke rumah sakit waktu itu Sky. Sky juga yang donorin darahnya buat gue sampe gue bisa selamat. Sky salah satu dari lima puluh orang di dunia dengan golongan darah Rhesus null. Itu yang gue maksud tentang utang nyawa dan kejadian itu bukan satu-satunya. Tapi Sky bahkan gak pernah minta imbalan satupun buat semua bantuannya. Sky beneran sebaik itu kak."
"Rhesus null? Golden blood type?" Raffa tampak cukup terkejut akan salah satu fakta itu.
"Hm. The golden blood. Dia bisa kasih darahnya ke semua orang tapi gak semua orang bisa kasih darah mereka ke dia."
Leon meneguk kembali minumannya sambil mengamati Raffa yang menyernyit dalam. Sepertinya pemuda itu tengah membawa pikirannya amat jauh.
"Hal lainnya yang bisa gue bilang tentang Sky, dia itu apa adanya. Dia gak pernah bangun imej palsu buat cari perhatian ataupun buat dapet simpatik orang-orang. Saking selfless nya dia kayak gak punya waktu buat diri dia sendiri, yang ada di pikiran dia selalu tentang orang lain."
"Untungnya, Sky juga bukan orang bego. Jadi orang-orang gak bisa sembarangan manfaatin kebaikan dia. Sky itu termasuk smart person, dia selalu hati-hati kalo mau ngelakuin sesuatu dan sejauh yang gue liat dia juga selalu mutusin sesuatu dengan kepala dingin, gak gegabah apalagi buru-buru."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
FanfictionNyatanya memiliki enam saudara baru tidak membuat hidup Sky menjadi lebih bahagia. Atau, mungkin belum? #1 in Enhypen #1 in Jungwon #1 in Yang Jungwon