29. Are We Family?

4.7K 405 89
                                    

Siang yang terik di hari minggu ini tidak sesuai dengan suasana suram di dalam kediaman keluarga Alatas. Terlihat sekali wajah masam Raja dan Rasha, bahkan Rakha yang memiliki banyak stock kesabaran sekarang juga terlihat amat berantakan. Alasannya hanya karena disebabkan oleh seorang bayi kecil yang ditinggalkan bersama mereka.

Siapa lagi jika bukan baby Affie. Sedari tadi Raja dan Rasha tak hentinya mengomel karena harus terjebak bersama bayi kecil itu di hari libur mereka sementara Rakha yang bersama dua orang itu kian merasa frustasi karena mendengar tangisan bayi yang histeris disertai dengan gerutuan kedua saudaranya. Rasanya Rakha ingin ditelan oleh tembok yang ada di belakangnya saja.

"Aduh capek bangett, kok dia gak mau dieeemm..." keluh Rasha menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas kursi sementara baby Affie kini kembali ke gendongan Raja yang tak kalah frustasinya.

"Apa sakit perut ya, Bi?" tanya Rakha pada Bi Anya yang sejak tadi menemani dan membantu mereka menenangkan baby Affie yang menangis dari sebangun tidurnya.

"Tapi tadi sudah saya periksa dan perut nona Affie tidak kembung tuan muda, tadi saya juga sudah oleskan minyak telon dan minyak kayu putih." jawab Bi Anya.

Memiliki pengalaman menjaga anak kecil selama bertahun-tahun membuat Bi Anya cukup yakin dengan perkataannya. Sepertinya baby Affie memang hanya sedang rewel saja apalagi saat bayi itu tidak lagi menjumpai Ibunya setelah bangun dari tidur lelapnya.

"Coba mana tadi susunya, kasihin dia lagi siapa tau udah mau,"

Bi Anya pun dengan cekatan memberikan botol susu dalam genggamannya pada Raja.

"Affie, ini susu... Ayo minum susu...." bujuknya berusaha menawarkan susu yang terus ditolak oleh bayi dalam gendongannya itu.

Namun baby Affie hanya terus menangis kencang dengan tangan yang bergerak acak. Suaranya mulai tersendat-sendat dan hidungnya mulai memerah, mereka yang ada di sana tidak tahu lagi harus membujuk bayi cantik itu dengan cara apalagi.

Hingga kemudian tangan baby Affie tanpa sengaja menyambar botol susu yang Raja sodorkan hingga membuat botol susunya terpental jauh di lantai.

Raja menghembuskan napas kasar. Tidak, dirinya tidak sesabar itu.

"Bi, ambil Bi sebelum saya sentil palanya." serunya dengan wajah merah padam, Rakha sontak mengomel panjang.

"Hadeuh bisa-bisanya gue kejebak di sini, mana pas Kak Rayyan lagi gaada di rumah lagi. Nyesel gue gak ikut Kak Raffa sama Ragan tadi..." ucap Rasha menatap malas Raja dan Rakha yang berdebat tidak jelas di depannya.

Di sisi lain ada dua orang pemuda yang sedari tadi terus melayangkan tinju dan tendangan ke arah satu sama lain, keduanya tampak menguasai teknik gerakan yang berbeda dengan tubuh yang tampak terlatih untuk melakukan semua gerakan yang disaksikan oleh beberapa pasang mata di dalam ruangan yang sama.

Sky—pemuda itu menatap tepat di mata sparring partner-nya bersamaan dengan telapak tangannya yang menangkap sebuah tinju yang mengarah pada titik vitalnya. Keduanya tertaut dalam tatapan yang cukup intens seakan berusaha membaca pikiran satu sama lain, hingga kemudian ia merasakan tubuhnya melayang dan terhempas keras di atas markas. Matanya terpejam sejenak dengan napas tersengal, namun itu belum menandakan akhir dari pertarungan antara keduanya.

Mendapati adanya peluang, Sky menjegal kaki partner-nya yang membuat pemuda itu turut terhempas ke atas matras. Lalu Sky segera menggulingkan tubuhnya saat merasakan radar bahaya, kepalanya nyaris dikunci andai Sky tidak segera menghindar.

Lima belas menit kembali berlalu dan pertandingan berakhir dengan tanpa adanya pemenang. Kini keduanya terbaring telentang di atas matras dengan wajah berkeringat dan napas terengah-engah. Pemuda itu melirik ke sebelahnya, mendapati Sky yang sibuk mengatur napas dengan mata yang terpejam damai.

SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang