Sky menyampirkan ranselnya ke sebelah pundaknya dan bergegas meninggalkan kamar yang menjadi saksi bisu bagaimana Sky selalu melewati malamnya tanpa tidur.
Sky menuruni anak tangga satu-persatu, dari kejauhan tampak keramaian di meja makan. Ada Renand dan Angel, juga anggota keluarga Alatas yang lain. Tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum saat sosok baby Affie tiba-tiba melintas di pikirannya. Hari itu Ersya membawa Affie pergi dalam keadaan tidur karena setelah ditidurkan oleh Sky, bayi itu benar-benar tertidur nyenyak hingga tak terganggu saat Rayyan dan Rasha datang mengganggunya.
"Selamat pagi." Sky mendudukkan dirinya sambil menyampirkan ranselnya di belakang kursi.
"Pagi sayang..."
"Selamat pagi juga, El."
Hanya Renand, Angel dan Rakha yang menjawab salamnya. Bahkan Rakha hanya menjawabnya dengan seulas senyum ramah tanpa suara. Beruntung Sky bukan seseorang yang mudah terbawa perasaan, mengingat putra Alatas yang lain bahkan bersikap seakan kehadirannya tidak pernah ada alias transparant.
"Bagaimana tidurmu, El?" tanya Renand. Sky tersenyum kikuk sementara Rayyan diam-diam melirik saudara barunya itu.
"Biasa aja, Pah." jawabnya sekenanya. Renand mengangguk sementara Rayyan kembali berkutat dengan ponselnya.
"Kalau kamu mengalami masalah atau merasa tidak nyaman karena sesuatu, jangan segan untuk beritahu Papa. Mengerti, El?"
Mendengar penuturan Renand, kelima putranya lantas dengan kompak mengerling malas.
"Mikirin kenyamanan anak orang lain, giliran anak sendiri dibiarin ngerasa gak nyaman." cibir Rasha lirih. Namun jelas semua orang di meja makan dapat mendengar ucapannya.
Rayyan dan Raja menyeringai mendengar penuturan berani Adiknya.
Renand hanya menatap Rasha dengan tegas guna memperingatkan. Rasha sontak mendegus sebal.
"Iya, Pah. El ngerti." jawab Sky kemudian.
"Sajikan sarapannya." ucap Renand lalu para pekerja lantas segera melakukan pekerjaan mereka.
"Baik, Tuan."
Sementara para pekerja melakukan perkerjaannya, Renand kembali melanjutkan kalimatnya.
"Siang ini Papa dan Bunda Angel akan berangkat ke Milan, jadi saat kalian kembali dari aktifitas masing-masing kami mungkin sudah tidak berada di rumah."
"Milan?" sahut Raja.
"Tiba-tiba?" tanya Rayyan terlihat tak suka.
"Papa ngapain segala mau ke Milan? Urusan bisnis? Biasanya juga klien Papa yang ke negera kita." ucap Rasha.
"Tidak tiba-tiba, Rayyan. Hanya Papa memang baru memberitahu kalian pagi ini."
"Kenapa?" tanya Rakha tenang.
"Karena Papa tidak punya banyak waktu di rumah dan beberapa hari ini kita juga disibukkan dengan kondisi Rasha. Papa bahkan akan melupakan jadwal ke Milan jika Bunda Angel tidak mengingatkan Papa pagi ini."
"Tinggal bilang aja kalian mau honey moon, susah amat." ucap Raffa dengan nada teramat malas. Angel langsung menatapnya terkejut.
"Oh gitu?" Rayyan berseru datar.
"Ini benar-benar karena urusan pekerjaan, Raffa. Jangan menciptakan opini sendiri di dalam kepalamu." balas Renand tegas.
"Papa jahat! Papa jahat sama Mama, Papa khianatin Mama! Rasha benci sama Papa!" seru Rasha dengan mata berkaca-kaca kemudian berlari pergi meninggalkan meja makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
FanfictionRumah seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk pulang bagi semua orang, tetapi jika rumah yang dimaksud tidak bisa memberikan kenyamanan yang seharusnya apakah masih pantas menyebutnya sebagai sebuah rumah? Ditinggalkan untuk pertama kalinya membua...