5. Masih Orang Asing

3.2K 344 25
                                    

Sudah beberapa hari sejak Sky dan Angel resmi menjadi bagian dari keluarga Alatas dan tinggal di sana, selama itu pula Sky belum mendapatkan tidur sedikitpun. Sekarang sudah jam dua dini hari, tapi Sky masih termenung di balkon tanpa peduli dengan angin malam yang mendinginkan suhu tubuhnya. Pikirannya berkecamuk hingga kepalanya terasa penuh. Sky memikirkan banyak hal, tentang Bundanya, tentang Ayah barunya, tentang keenam saudara tirinya, tentang permintaan dari orang tua Ayah kandungnya dan tentang banyak hal lainnya.

Kemarin kedua orang tua dari Ayah kandungnya menghubungi Sky dan meminta Sky untuk tinggal bersama mereka, namun Sky masih belum memberikan jawabannya. Di sisi lain Sky jelas tidak ingin meninggalkan Angel sendirian, apalagi di rumah ini, tempat dimana hanya satu orang yang menerima kehadirannya. Tetapi di sisi lain, Sky juga sangat menyayangi kedua orang tua Ayahnya, Sky seakan tidak bisa menolak namun juga berat untuk menerima. Belum lagi perihal saudara barunya, pendidikannya hingga waktu tidurnya yang amat kacau. Terlalu banyak hal di dalam kepala kecilnya.

Sky menghembuskan napas pelan dan kembali membuka bukunya, berusaha mendapatkan tenang di tengah sunyinya waktu malam.

Di tengah bacaannya, Sky di kejutkan saat pintu di sisi kiri tiba-tiba digeser dengan seseorang yang tak lain adalah Rakha. Rakha sendiri juga tampak terkejut dengan kehadiran Sky di sana mengingat waktu sudah memasuki dini hari. Rakha tersenyum canggung sementara Sky hanya menatapnya biasa, tidak ada sirat apapun baik pada wajah maupun matanya. Rakha lalu perlahan mengambil duduk di set kursi yang sama dengan Sky sembari menjaga jarak.

Untuk beberapa saat keduanya selimuti oleh kecanggungan. Bagi Sky, Rakha mungkin tidak pernah melontarkan kalimat yang menyinggung dirinya, namun mereka juga tidak pernah terlibat dalam percakapan yang intens hingga Sky bisa memulai percakapan lebih dulu. Sementara bagi Rakha, hubungan mereka sama sekali tidak dekat untuk saling berbagi kalimat, hingga rasanya sangat canggung apalagi mengingat situasi saudaranya dan Sky saat ini.

Namun pada akhirnya, Rakha memilih untuk menjadi pembicara pertama sekaligus membuka percakapan di antara mereka.

"Gue kebangun gara-gara mimpi buruk, gue nggak bisa tidur lagi jadi pengen nyari angin ke sini. Gue nggak tau lo juga lagi di sini." ucap Rakha di tengah kecanggungan yang menyelimuti keduanya.

"Oh, semoga mimpinya nggak keulang lagi ya kak. Sori kalo gue rusak waktu sendiri lo."

Rakha hanya tersenyum kecil tanpa menatap Sky. Ada jeda hening yang cukup lama sebelum Rakha kembali membuka suara.

"Barusan gue mimpi tentang Mama. Mama nangis karena alasan yang nggak gue tau, kenceng banget sampe sesenggukan. Menurut lo apa itu karena Papa nikah lagi sama Bunda lo?"

Sky yang ditanyai sedikit tersentak. Saat Sky membalas tatapan Rakha, Sky tidak menemukan perasaan apapun selain perasaan sedih dan tanda tanya besar di dalam matanya. Rakha tengah diselimuti kebimbangan akan banyak hal.

"Bisa jadi iya, bisa juga nggak. Beliau Mama lo kak, jadi cuma lo juga yang tau jawabannya. Menurut lo emang Mama Sonya bakalan nangis seperti di mimpi lo itu karena sekarang Papa nikah lagi?" jawaban realistis Sky dibalas oleh hening angin malam. Rakha terdiam, tatapannya tampak pasif tanpa amarah.

"Gue juga pernah mimpi, tepat satu hari sebelum gue pindah ke sini, pas satu hari setelah nikahan Bunda dan Papa. Dalam mimpi gue ada Ayah yang nangis sambil melukin gue, dia nggak mau ngomong dan nggak mau lepasin pelukannya. Tapi dia sempet bilang, buat jangan lupain dia."

"Kalo mau, gue bisa artiin Ayah kecewa dan sakit hati karena Bunda nikah lagi. Tapi gue nggak mau mikir kayak gitu, karena gue tau Ayah. Gue kenal Ayah dengan baik dan Ayah nggak akan sedih buat kebahagiaan dari orang-orang yang dia sayang. Gue anggep itu sebagai pamit terakhir Ayah, sebelum dia bener-bener pergi dan istirahat dengan tenang. Karena sekarang Ayah udah bisa istirahat dengan tenang, karena Bunda udah nemu bahagianya yang baru, yang nerima Bunda apa adanya juga anaknya, jadi Ayah nggak akan khawatir lagi dan mungkin itu waktunya Ayah untuk bener-bener pergi. Makanya dia nangis dan pesen buat jangan lupain dia. Karena mungkin, itu akan jadi kali terakhir dia ngunjungin gue."

SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang