Rayyan mematung di daun pintu perpustakaan saat mendengar apa yang Sky katakan pada Ragan yang juga terdiam kaku sama seperti dirinya. Kedua tangannya terkepal erat, namun itu bukan karena sebuah amarah. Pandangan Rayyan seketika bertemu dengan Ragan yang menatapnya dengan ekspresi kelu.
Keduanya terikat dalam tatapan penuh arti itu untuk waktu yang lama hingga keduanya sama-sama tidak saling menyadari saat Sky mulai beranjak hendak meninggalkan area perpustakaan.
Sky yang baru menyadari kehadiran Rayyan sebab tertutup oleh tubuh Ragan sontak berhenti sejenak, Sky terdiam dengan kedipan lambat, jelas Rayyan pasti mendengar semua pembicaraannya bersama Ragan. Rayyan pasti tidak akan menyukai apa yang baru saja dirinya katakan. Sky menjadi khawatir untuk kedepannya.
Kehadiran Rayyan di sana membuat Sky kebingungan tentang apakah dirinya perlu menyapa atau tidak sebab takut Rayyan akan berakhir merasa terganggu. Akhirnya Sky memutuskan untuk pergi dengan mengulas senyum saat melewati Rayyan yang tersentak. Terkejut karena tidak sadar saat Sky tiba-tiba sudah berjalan melewatinya.
Rayyan membalikkan tubuhnya dan menatap punggung Sky yang semakin berjarak dengan dirinya. Rayyan kemudian kembali menoleh untuk menatap Ragan yang termenung. Pandangan Rayyan menggelap, Rayyan segera menarik tangan Ragan dengan cepat dan membawanya pergi dari sana.
Brak!
Adalah suara pintu dari kamar Rayyan yang baru saja Rayyan tutup dengan keras.
"Lo apa-apaan?!" bentak Rayyan setibanya di dalam kamar.
"Gue kenapa? Lo yang aneh karna marah-marah gak jelas, kak." balas Ragan dengan degusan tajamnya.
"Lo bilang apa sama dia? Kenapa lo jadi mau nerima dia kayak gini?! Lo lupa siapa yang paling nolak keras waktu Papa mau nikah lagi? Lo salah satunya! Terus kenapa sekarang lo semudah ini nerima dia, Ragan?!" teriak Rayyan kalap.
"Berenti bentak gue!" seru Ragan dengan intonasi tinggi. "Gue berhak milih dan gue punya pilihan! Gue pilih buat kasih Sky kesempatan, ini tentang gue dan Sky kenapa lo ikut campur?!"
"Gue Kakak lo, Ragan!"
"Dan gue manusia yang berhak milih, Kak Rayyan!"
Suara alunan napas keras dari Rayyan dan Ragan saling bersahutan di dalam ruangan itu. Ragan bisa melihat bagaimana tangan Rayyan terkepal erat dengan urat-urat lehernya yang menonjol. Rayyan menyorotnya begitu tajam namun sejauh apapun Ragan melihat, Ragan tidak menemukan sirat kebencian dalam mata Rayyan untuk nama Sky.
Kakaknya itu hanya tidak bisa membedakan apa yang sebenarnya ia inginkan. Mata Rayyan menunjukkan bahwa Rayyan memiliki banyak keraguan dan pertimbangan di dalam matanya. Rayyan frustasi.
"Gue jalan sendiri. Gue gak minta kalian buat ikut nerima Sky kayak apa yang gue lakuin! Apa yang salah buat kasih dia kesempatan, Kak? Lo gak bisa nyebut dia jahat sebelum lo buktiin itu sendiri."
"Sky baik. Lo juga pasti tau itu. Gue butuh bukti dan kesempatan yang gue kasih ke dia bakal jadi bukti yang paling kuat dia beneran bakal jadi sodara yang baik atau nggak, bukan cuma buat gue tapi bukti itu buat kita semua. Sampe kapan lo mau hidup dengan peran antagonis kayak gini dengan terus-terusan nyebut dia jahat di saat dia sama sekali gak pernah nyakitin lo, Kak?!"
"Gue pengen buktiin semuanya dan gue bakal terima semua konsekuensinya kalo akhirnya gue emang salah."
Rayyan mengusap wajahnya dengan kasar. Wajahnya tampak sangat berantakan dan Ragan berbalik cepat untuk meninggalkan kamar Rayyan.
"Anjing arghh!!" umpat Rayyan sambil menarik surainya dengan kasar.
Di depan pintu kamar Rayyan, Ragan mendapati Raja yang berdiri dan menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan serta tangan bersedekap. Namun Ragan memilih abai dan tetap melangkah pergi dengan degusan tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
FanfictionNyatanya memiliki enam saudara baru tidak membuat hidup Sky menjadi lebih bahagia. Atau, mungkin belum? #1 in Enhypen #1 in Jungwon #1 in Yang Jungwon