28. Hidden Side

4.8K 425 123
                                    

Sky tidak berhasil menemukan kalimat yang tepat untuk menolak permintaan Rakha beberapa saat lalu. Saat Rakha mengatakan akan mengantarnya ke Rumah Sakit Sky berakhir dengan diam tanpa menjawab satu katapun, tetapi sepertinya Rakha menganggap itu sebagai sebuah persetujuan.
            

Sekarang pemuda itu sudah berada di Sekolah seusai di antar oleh Rayyan dan Rakha dan sekarang Sky sedang berdiam diri di rooftop, menatap murid lain yang berlalu lalang di bawah sana di waktu istirahat pertama ini. Sky belum mendapatkan jawaban dari kebimbangannya, bukan hal yang mudah untuk memberitahu seseorang sebuah rahasia yang sebelumnya hanya ada di antara kita dan orang-orang terdekat kita.

Rahasia Sky ini, hanya Angel, Oma Diana dan Opa Darius yang mengetahui hal itu. Bahkan Renand dan Marissa tidak pernah tahu, sebab rahasia itu begitu dijaga ketat oleh keluarga Xaverius. Dulu Opa Darius bahkan menghapus semua jejak yang bisa mengungkap rahasia ini, sebab rahasia ini juga bisa menjadi kelemahan bagi keluarga Xaverius di mata orang-orang yang berusaha menjatuhkan mereka sebab Sky adalah calon penerus utama keluarga Xaverius.

        
"El, lupakan kejadian ini nak. Ayah ingin El melupakan hari ini untuk selamanya, Ayah ingin El menganggap hari ini tidak pernah ada. El harus lupakan kejadian ini." Marcuss berbisik di tengah hujaman rasa sakit yang seakan meremukkan tubuhnya. Pukulan dan tendangan yang terus-menerus mengenai tubuhnya membuat Marcuss semakin ketat melindungi putranya dalam pelukannya.

"Hiks Ayah..." Sky kecil yang ketakutan tidak bisa melakukan apapun, tubuh kecilnya meringkuk dalam pelukan erat Ayahnya. Mereka dikepung oleh belasan penjahat yang menganiaya mereka tanpa belas kasih.

Bugh! Dugh!

"Tutup matamu El, tetap tutup sampai Ayah mengizinkan El untuk membukanya kembali—"

Jleb!

"—Sshh!"

Kini bukan lagi hanya berupa pukulan dan tendangan, tetapi senjata tajam dan tumpul juga mulai bergantian menghantam tubuh Marcuss hingga membuat pertahanannya mulai goyah. Namun Marcuss tetap berusaha melindungi putranya sekuat tenaga.

"Ayah! Hiks,"

Sky kecil yang terperangkap dalam pelukan Ayahnya tidak bisa dengan jelas mengetahui situasinya pada saat itu, tetapi mendengar erangan kesakitan Ayahnya tepat di telinganya membuat Sky cukup tahu bahwa keselamatannya dan sang Ayah semakin terancam.

Bilah pisau terus menekan punggung lebar Marcuss namun Ayah satu anak itu tetap tak ingin goyah melindungi putra satu-satunya. Pada akhirnya di posisi inilah dirinya berakhir setelah sebelumnya berusaha membela diri dengan bertarung dengan tangan kosong melawan para penjahat bersenjata, Marcuss berakhir kalah hingga satu-satunya upaya yang bisa Marcuss lakukan saat ini adalah memastikan agar putranya tetap selamat walau harus dengan mengorbankan dirinya sendiri.

"Aghh, A-ayah..." Sky kecil memejamkan matanya dengan tubuh yang bergetar. Napasnya tersendat ditengah degupan jantungnya yang begitu cepat.

Rasa dingin menjalar masuk saat belati tajam itu menembus permukaan perutnya untuk pertama kalinya hingga Sky tanpa sadar menahan napasnya. Lalu kemudian saat belati yang sama dicabut tanpa perasaan dari perutnya rasa sakit teramat langsung menusuk perutnya. Sky kecil menangis tanpa suara, kemeja Ayahnya diremat dengan kuat. Sky bahkan tidak memiliki waktu untuk meraung kesakitan di saat erangan lirih Ayahnya terus menggemah di telinganya bersama umpatan dari para penjahat yang tanpa rasa bersalah menganiaya sepasang Ayah dan anak itu.

Tusukan demi tusukan menancap pada punggung Marcuss dan disertai dengan pukulan dan tendangan yang begitu kasar. Namun Ayah satu anak itu masih berusaha untuk bertahan, terutama dengan mengingat malaikat kecil dalam pelukannya, Marcuss berusaha sekuat tenaga mempertahankan kesadarannya untuk melindungi putranya. Hingga saat kepalanya tidak lagi mendapatkan pukulan dari kepalan tinju melainkan sebuah benda tumpul, di sana lah Marcuss menyadari bahwa kesadarannya akan segera terenggut.

SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang