8. Hubungan Antara Langit dan Hujan

3.1K 385 57
                                    

Sky menepikan motornya di depan Halte kosong saat hujan yang cukup lebat tiba-tiba saja mengguyur kota. Niatnya untuk menepi guna mengenakan mantel hujan seketika sirna saat mendapati benda yang dicarinya tidak berada di bagasi. Sky menatap rinai hujan yang perlahan-lahan membasahi tiap permukaan motor merahnya.

Setelah menunggu cukup lama di kursi Halte, Sky akhirnya memutuskan untuk memacu motornya membelah derasnya hujan pada sore itu. Rintik yang sebenarnya menyakitkan bila menyentuh permukaan kulit manusia dibiarkan menusuk kulitnya berulang-ulang.

"Hujan kayak gini gaakan berenti sampe malam." Pikirnya hingga memutuskan untuk menerobos hujan yang disertai dengan petir itu.

Begitu gerbang utama dibuka, Sky kembali memacu motornya melintasi halaman besar Mansion keluarga Alatas setelah mengucapkan terimakasih pada penjaga dan motornya akhirnya terhenti di teras Mansion yang amat luas dengan atap beton setinggi belasan meter. Sky menyerahkan kunci motornya kepada pekerja rumah untuk diparkirkan di tempat seharusnya dan bergegas membuka jaketnya terlebih dahulu sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah dengan tubuh sedikit menggigil.

"El pulang."

Di dalam rumah kehadiran Raja, Raffa dan Rakha di ruang tamu menyambut kedatangan Sky. Ketiganya juga baru saja kembali dari Rumah Sakit beberapa saat lalu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang tamu. Hingga saat menyadari kedatangan seseorang, ketiganya secara refleks menoleh.

Sky menerbitkan senyum kecil pada wajahnya yang sedikit pucat akibat suhu jalan yang dingin dengan angin kencang. Senyum kecil sebagai bentuk sapaan kepada ketiganya karena Sky cukup tahu dirinya tidak diberikan izin untuk menyapa lebih jauh. Setelah itu Sky bergegas melanjutkan langkahnya menuju lantai atas. Dirinya perlu mandi dan menghangatkan diri sebelumnya tubuhnya bereaksi terhadap air hujan yang mengenainya dan berakhir dengan menyulitkan dirinya sendiri.

"Sky kehujanan?" pertanyaan Rakha mengalun dan mengudara namun entah ditujukan kepada siapa.

Rakha sendiri tidak menyangka bahwa suaranya akan sekeras itu hingga bisa didengar oleh Raja dan Raffa yang kini menatapnya terusik. Rakha pikir dirinya hanya bergumam, namun ternyata suaranya lebih keras dari apa yang dirinya pikirkan.

"Peduli lo?" balas Raja tajam.

"Gue ngomong doang, Raja." balasnya sedikit malas.

"Gunanya lo ngomong gitu apa gue tanya? Udah jelas lo liat dia basah sebadan-badan, ya gak mungkin lah dia kepanasan! Udah pasti karna kehujanan."

"Ya santai ajalah kok lo sewot. Gue juga ngomong pake mulut sendiri."

"Tapi yang denger bukan lo sendiri."

Sementara itu Raffa menatap keduanya dengan malas bercampur bosan. Raffa memutuskan beranjak pergi, tidak berniat mendengarkan perdebatan keduanya lebih banyak. Malas sekali rasanya melihat keduanya berdebat. Mereka bertiga sudah terlalu sering melakukannya. Jelas termasuk dengan dirinya sendiri di dalamnya.

"Lo berdua kalo cuma mau ribut gara-gara orang asing mending balik ke rs aja sana. Ganggu." ucap Raffa sarkas sebelum meninggalkan keduanya berdua.

***

Sky mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan ke arah jendela yang menjadi pembatas antara kamarnya dan area balkon. Sky terdiam menatap hujan yang masih sama derasnya seperti sore tadi. Juga petir yang kerap kali menghias langit. Sky menghembuskan napas pelan. Hingga tak berselang lama terdengar suara ketukan pada pintu kamarnya.

"Tuan muda Sky, sudah waktunya makan malam...."

"Iya, Bi. Sky nyusul aja."

"Baik Tuan muda."

SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang