BPM (11) : A DAD OF TWINS

30 6 2
                                    


  Hari ini Jevan memberikan kesempatan kepada Arlyn untuk menikmati hari liburnya, jadilah dia mengurus si kembar sendirian. 

  "Rain, jangan kabur-kaburan... Nakk... ini bajunya masih belum dipakai." Jevan mengejar Rain yang bergerak dengan lincah menjauhinya karena tak ingin dipakaikan baju, Rain tertawa renyah ketika mendengar teriakan ayahnya dan ia merangkak semakin jauh dari sang ayah. Rain yang sudah bisa menggunakan organ geraknya dengan baik itu sekarang makin lincah, Jevan dan Arlyn terkadang kewalahan mengurusnya. 

  "Ahhh!!" Belum selesai Jevan berurusan dengan Rain, Ara sudah berteriak meminta diperhatikan. Anak gadis Jevan itu sedang berdiri di box tidurnya sambil memegang pagar kasurnya agar tubuhnya tidak terjatuh. 

  "Iya, Ara sayang, bentar ya, Nakk.. Papa pakein baju adik dulu ya..." Bujuk Jevan, Ara membalas dengan ocehan yang tak dimengerti oleh ayahnya sendiri. 

  "Rain mau pake baju dulu atau mau main dulu? Kalau udah mau pake baju datang ke papa ya, Nak." Akhirnya Jevan menyerah mengejar Rain yang bergerak secepat singa yang sedang mengincar  buruannya, Rain menatapnya dengan tertegun, menimang-nimang dalam pikirannya apakah ia harus mendekati sang Ayah atau tidak. 

 Pada akhirnya, Ara mengocehi Rain, seolah memerintahkan adiknya itu untuk menurut pada sang Ayah. Mungkin begitu cara mereka berkomunikasi. 

  Jevan saat ini dalam mode siaga, Ara sedang mencoba melepaskan pegangannya di pinggiran box tidurnya. Kata Arlyn, mereka tidak boleh menghalangi tumbuh kembang anak hanya karena kita banyak khawatirnya tentang keselamatan mereka, jatuh sedikit tak akan membuat anak menjadi tidak mampu Namun, seogyanya kita berjaga-jaga, jika dalam proses itu mereka terluka, kita siap mendampingi dan mengobati atau kita harus siap siaga agar kemungkinan terburuk tidak terjadi. Selama sesuatu tidak terlalu membahayakan maka biarkanlah anak mencobanya. 

  "It's okay, Ara. Lepasnya pelan-pelan ya.." Kata Jevan memberikan instruksi, Ara mencoba melepaskan pegangannya lagi, dengan dukungan Papanya itu, Ara tak lagi ragu. Pelan-pelan ia melepaskan tangan kanannya yang bertengger di pagar tempat tidurnya itu, dan ketika ia berhasil ia bersorak senang! Jevan mengangkatnya dari dalam box dan menciuminya dengan gemas. 

  "Anak Papa yang pinterr... Good job, Nak." Katanya, 

 Jevan dan Arlyn selalu percaya bahwa kata-kata afirmatif yang kita berikan ke anak bisa menstimulasi rasa percaya diri mereka, Terkadang orangtua mungkin berfikir bahwa anak yang masih bayi tidak akan mengerti apa yang orang dewasa bicarakan, tapi sejak dalam kandungan, sebenarnya seorang anak bisa mendengarkan suara-suara yang diperdengarkan padanya, hal ini disebut sebagai stimulasi pendengaran. Biarpun mereka belum mampu mengucapkan, terkadang mereka sudah mengerti apa yang orang dewasa bicarakan. 

 Jevan merasakan ada sesuatu yang sedang menyentuh lututnya, dan lihatlah disana! Anak laki-lakinya itu sedang menggunakannya sebagai pegangan untuk berdiri, ia melambai-lambaikan tangan kanannya seolah memberikan kode bahwa ia juga ingin digendong. Jevan tertawa kecil melihat aksi Rain, meski sulit, ia berusaha menggendong Rain juga menggunakan tangannya yang kosong. 

Menjadi ayah dari seorang kembar, maka kamu harus siap dengan seluruh tubuhmu yang menjadi aset bermain mereka. 


* * * 

 "Pa... Pa.. Pa.. Pa..Pa.!!" Teriakan salah seorang anak laki-lakinya membuat Gika yang sibuk dengan laptopnya itu mengalihkan pandangannya, 

  "Loh, Asyer? Kok kamu bisa kesini, Nak?" Tanya Gika heran ketika mendapati Asyer sedang berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Ruang kerja Gika berada di lantai 2 rumahnya sementara kamar Asyer dan Ashver berada di lantai 1, Gika jelas meminta kepada suster-suster untuk lebih memperhatikan si kembar yang sudah berjalan dengan lancar itu, 

T5L x APTOS : BEING PARENTS MEANS......Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang