BPM (29): UNPERFECTNESS

15 5 8
                                    


            Arlyn menatap wajah teduh putrinya yang sedang tertidur, ada luka bekas jahit di pelipisnya akibat dari kejadian minggu lalu. Dengan lembut, ia mengelus bekas luka itu. Ada sedikit rasa perih di hatinya ketika mengetahui bahwa bekas luka itu akan senantiasa menghiasi wajah Ara. Semoga nanti lukanya sudah tersamar seiring dengan bertambahnya usianya, batin Arlyn. 

       Arlyn sudah menyerahkan urusan manajemen butiknya pada Rara seperti yang dia ucapkan di Rumah Sakit. Saat ini dia berusaha fokus pada keluarga kecilnya dan hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil yang sekiranya bisa ia lakukan di rumah. Sebenarnya Jevan masih suka menanyakan soal keputusannya itu karena ia takut Arlyn akan merasa bosan jika tidak bekerja, namun keputusan Arlyn sama sekali tidak bisa diganggu gugat. 

      Keadaan ekonomi mereka sudah tidak sesulit dulu, meski sekolah musik Jevan tidak bisa pulih seperti sedia kala, namun banyak penawaran yang masuk kepadanya di bidang yang lain. Jadi menurut Arlyn, tidak apa kalau dia berhenti bekerja. 

    "Sayang, acaranya udah dimulai!" Panggil Jevan, Arlyn segera keluar dari kamar si kembar untuk menemani sang suami menonton sebuah acara pencarian bakat di televisi. Seperti yang sudah Jevan katakan beberapa waktu yang lalu, kali ini dia muncul di televisi sebagai seorang juri. 

     Arlyn mengenggam tangan Jevan dengan erat, dia melemparkan senyum bangganya ke arah sang suami. Ia sungguh sangat bangga terhadap Jevan yang bisa keluar dari zona nyaman dan berani mengambil langkah baru. Arlyn sangat tahu bahwa sebenarnya Jevan tidak suka kepopuleran, tapi kali ini, ia mau tampil di televisi yang mungkin akan ditonton banyak orang. 

   "Kamu hebat, sayang." Pujinya, sementara Jevan sendiri sudah hampir mengeluarkan airmata haru dan bahagia karena acara TV-nya sudah berhasil tayang. Mereka berdua ingat, ketika dewan juri diperkenalkan ke publik, para penonton tidak puas dengan kehadiran Jevan sebagai panel juri, hal ini dikarenakan dia tidak dikenal oleh orang banyak sehingga mereka meragukan kemampuannya. Hari ini, setelah menonton acaranya, semoga pendapat publik terhadap Jevan bisa berubah. 

       "Aku nggak tau, apakah ini akan berhasil atau nggak. Tapi yang pasti, aku udah cukup senang acaranya udah tayang." Ucap Jevan, 

    "Nggak apa-apa, Mas. Nggak ada yang nuntut kamu langsung berhasil di jalan yang baru, namanya juga masih permulaan, pasti banyak salah dan kurangnya,--" Hibur Arlyn, 

  "tapi kamu harus yakin sama diri kamu sendiri, kamu juga harus tahu, bahwa aku dan anak-anak akan selalu dukung kamu dari belakang. Apapun hasilnya nanti, kami tetap bangga sama kamu." Lanjutnya, ucapan tersebut berhasil mengukir senyum di wajah Jevan. Ia menarik tangan sang istri lebih dekat ke arahnya dan memberikan sebuah kecupan di punggung tangan wanita itu. 

    Ara dan Rain terbangun dari tidurnya, tak tega membiarkan mereka di kamar, akhirnya Arlyn membawa ke-duanya ke ruang keluarga untuk bersama-sama menyaksikan tayangan 'The Next Level', program pencarian bakat yang digawangi oleh Jevan dan sahabatnya, Sam. 

   "PAPAAAAA!!" Teriak Rain ketika wajah sang ayah muncul di layar TV. Ia yang duduk di pangkuan Jevan-pun memaksa untuk turun, tentu saja keinginan tersebut dikabulkan oleh Jevan. Perlahan-lahan, Rain berjalan menuju televisi dan menunjuk-nunjuk layar, seolah menunjukkan bahwa ada papa-nya di dalam televisi. 

 Jevan terkekeh dengan aksi Rain, "Iya, sayang. Ada papa di TV." Ucapnya, 

    Ara masih setia berada di gendongan Arlyn, tapi dia juga turut menonton tayangan di TV dengan serius. Dia masih belum pulih sepenuhnya, karena itu, kepribadian Ara yang dulunya ceria menjadi sedikit tertutup belakangan ini. Ketika melihat wajah sang ayah lagi, Ara tersenyum lebar. 

T5L x APTOS : BEING PARENTS MEANS......Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang