(BPM 12) : A MOM OF TWINS

39 6 4
                                    


 Harla mengurut dahinya ketika berhadapan dengan kedua suster anak-anaknya, ia sungguh tak habis pikir dengan kelalaian mereka yang tak mengawasi si kembar ketika menaiki tangga rumah menuju ruang kerja Gika tadi siang. 

  "Apa yang membuat Mbak-Mbak disini sekalian bisa kecolongan?" Tanya Harla dengan sabar, sebetulnya ia heran dengan apa yang mereka kerjakan sehingga membiarkan si kembar bermain sendiri. 

  "Maaf, Bu. Kami lalai. Kami mengira bahwa si kembar tidak akan naik ke atas karena mereka sibuk bermain sehingga saya sibuk di dapur untuk menyiapkan makan siang mereka, sementara Mbak Dinda sedang menelpon keluarganya karena Ibu beliau sedang sakit." Pengasuh tertua si kembar mewakili mereka untuk menjelaskan keadaan mereka saat si kembar naik ke lantai 2. 

   Harla menghela nafasnya ketika mendengar alasan itu, mereka ini hanya bekerja jika Gika ataupun Harla sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, selain itu mereka berdua mengurus sendiri anak-anaknya, tetapi alasan yang mereka berikan pun masuk akal. 

  Harla dan Gika sudah memutuskan untuk memasang pagar di tangga agar anak-anak mereka tidak bisa naik lagi ke lantai 2 dengan sembarangan. Kedua suster tersebut menunduk, mereka paham bahwa mereka melakukan kesalahan dengan membiarkan si kembar bermain sendiri padahal mobilitas kedua anak itu sudah cukup lancar. 

  "Untuk kali ini akan saya maafkan, tapi untuk berikut-berikutnya saya tidak akan semurah-hati ini, Mbak." Ucap Harla, dia bukan orang baik jika itu menyangkut soal anak-anaknya. Baginya, pekerjaan yang ia berikan kepada 2 pengasuh anaknya itu sudah sesuai dengan porsinya masing-masing, jadi jika ada kelalaian, Harla sangat skeptis terhadap itu. 

  Harla meninggalkan ruang keluarga setelah menyelesaikan urusan dengan keduanya, Gika sendiri sedang sibuk menghubungi kenalannya untuk memasang pagar tangga di rumah mereka. Mereka juga lalai karena tidak memperhitungkan kejadian ini sebelumnya, jadi mereka perlu bertanggung-jawab. 

 "Maaa...." Teriakan Ashver menghampiri gendang telinga Harla ketika ia memasuki kamar si kembar. 

 "Iya, sayang..." Jawab Harla, 

 "Pa... heh... Paa..." Harla menggendong Ashver yang sepertinya sedang mencari sang Papa. 

  "Papanya lagi nelpon sebentar ya, Nak. Nanti main sama Ashver, kok. Sekarang main sama Mama dulu ya..." Jawabnya, tak lama kemudian, Ashver meminta diturunkan dari gendongan Harla. Ia menarik tangan sang Mama untuk bermain dengan mobil-mobilannya, 

  "Brum..brum..." Ashver menirukan suara mobil yang sedang dinyalakan, ia memaju-majukan mobilannya hingga tak sengaja menabrak kaki sang ibu yang sedang berjongkok. Sontak Harla berpura-pura jatuh dan kesakitan. 

  "Aduh!! Mama jatuh!" Teriaknya, Ashver yang khawatir dengan keadaan sang Ibu meninggalkan mobil-mobilannya dan menghampiri Harla. 

 "Ma... Ma *atit? "  Tanyanya dengan mimik wajah khawatir yang menggemaskan, 

  "Iya, sayang. Mama sakit. Mobilan Ashver nabrak Mama..." Akting Harla, Ashver mengelus bagian kaki Harla yang tak sengaja ia tabrak. 

  "Ma.... Map' Ashver yang merasa bersalah akhirnya meminta maaf, tak tega dengan wajah Ashver itu, Harla menyudahi aktingnya. 

 "Yay, Mama udah sembuh." Kata Harla dengan semangat, ia sangat terharu dengan perhatian Ashver padanya dan juga kagum terhadap kecerdasan anak itu karena langsung meminta maaf ketika ia melakukan sesuatu yang salah. Harla memeluk Ashver dengan erat, sesekali menciumi puncak kepala anak bungsunya itu. 

  Tak lama kemudian, suara grasak-grusuk di tempat tidur mengalihkan perhatian Harla dan Ashver, Asyer sudah terbangun dari tidur siangnya yang terlambat. Ia terbangun dari tidurnya tanpa menangis, sebuah kebiasaan yang Asyer punya sejak bayi. Sepertinya ia tidak suka membuat Papa dan Mamanya terganggu ketika ia bangun tidur, ia akan sabar menunggu kedua orangtuanya terbangun dan memeriksa kamar mereka. 

T5L x APTOS : BEING PARENTS MEANS......Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang