Gika menggendong Asyer, ketika ia sedang memasak makan malam anak-anaknya. Pria itu berulangkali mencicipi makanan yang ia masak untuk memastikan cita-rasanya. Asyer dan Ashver adalah golongan pemilih kalau soal makanan, mereka hanya mau memakan masakan orangtuanya, di luar dari itu, mereka tidak akan mau menyantapnya. Dengan segala bentuk kemudahan pada zaman ini, seharusnya Gika tak perlu merepotkan diri untuk mengotak-atik dapur, namun, Gika tak mau anak-anaknya mengalami kesulitan hanya karena dia merasa lelah bekerja seharian di kantor.
Asyer meminta diturunkan dari gendongan Gika, Gika menurutinya. Ia akan leluasa untuk memasak jika Asyer tidak menempel lagi padanya, kebebasan yang Gika rasakan sebenarnya adalah sebuah malapetaka. Gika melupakan cerita-cerita Harla tentang anak-anaknya, dimana kalau sudah hening, berarti sedang terjadi sesuatu.
"Asyer, Ashver, ayo makan dulu." Panggil Gika ketika ia sudah menyajikan hasil masakannya di meja makan, ia menginstal kursi makan bayi di dekat mejanya. Tidak ada sahutan, Ashver yang tadi tertidur mungkin sudah bangun, makanya Asyer tidak lagi mendatanginya ke dapur setelah dilepaskan dari gendongan Gika.
"Asyer, Ashver!" Panggilnya sekali lagi, dan benar, kali ini tidak ada sahutan lagi. Gika yang curiga segera memeriksa kamar tidur si kembar, disana ia melihat Ashver yang terdiam di tempat tidurnya dengan kondisi basah kuyup. Gika yang khawatir langsung mendekat ke arah Ashver, tampak jelas tempat tidur Ashver yang turut basah. Gika bertanya-tanya, kira-kira kenapa bisa basah?
"Ashver? Astaga, Nak..." Gika segera mengangkat Ashver dari tempat tidurnya, tak lama kemudian, Asyer keluar dari kamar mandi dengan membawa segelas air. Sekarang Gika mengerti apa yang sedang terjadi. Mungkin Asyer merasa kesepian ditinggal tidur oleh Ashver, dan anak itu berusaha membangunkan Ashver, dengan cara yang salah.
"Papaaaa......" Tidak boleh! Gika tidak boleh tergoda dengan panggilan imut Asyer, dia harus marah agar anaknya ini tahu bahwa apa yang dia lakukan tidak benar.
"Asyer, kamu kenapa siram adek kamu?" Tanya Gika, berusaha menekan rasa marah yang sudah membludak di dalam hatinya.
Asyer terdiam, ia menunduk, Gika tahu bahwa Asyer menyadari bahwa ia salah, hanya saja dia tak mau mengakuinya. Jari-jemari Asyer memainkan pola-pola tak tentu di permukaan gelas yang ia pegang.
"Asyer Nathannael Hutomo." Tegur Gika dengan suara yang tegas, Asyer masih diam, ia tak mau membalas tatapan sang ayah karena sebenarnya ia takut. Tak mendapat respon dari Asyer, Gika memutuskan untuk mendiamkan anak lelakinya itu. Ia mengganti pakaian Ashver dan membawa anak bungsunya itu keluar dari dalam kamar, ia akan merapikan tempat tidur Asher nanti. Gika berusaha untuk tidak peduli pada Asyer, meski sebenarnya ia tidak tega melihat wajah memelas anak itu.
"Papaa.... Papa malah?" Tanya Ashver, Ashver sudah menghabiskan setengah dari makanannya.
"Hmmm..." Sahut Gika, ia mendekatkan wajahnya pada Ashver, dan menopang dagunya dengan tangan kirinya.
"Papaa.... anan (jangan) malah... Acel oke, kok. Acpel ndak malah cama Acel," Ikatan persaudaraan memang selalu lebih kuat pada anak kembar, padahal Ashver sendiri terkejut karena disiram Asyer, tapi katanya ia tidak marah. Hah....pikiran anak kecil memang sederhana.
"Ashver sayang, menganggu adik yang sedang tidur itu adalah sebuah kesalahan, apalagi dengan cara menyiram dengan air begitu. Bukan cuma kamu yang basah, tapi tempat tidurnya juga. Mama capek-capek loh beresin tempat tidur tiap hari." Jelas Gika,
"Jadi, Papa malah?" Tanya Ashver sekali lagi, Gika terkekeh. Ashver tidak peduli dengan penjelasan Gika karena ia merasa hal tersebut adalah hal yang biasa terjadi pada hubungan Asyer dan Ashver, ia hanya peduli pada perasaan Gika kepada Asyer.
KAMU SEDANG MEMBACA
T5L x APTOS : BEING PARENTS MEANS......
RandomYang pertama tidak akan pernah mudah, pepatah yang sangat cocok dengan 2 pasang orangtua baru yang baru saja dikaruniai anak. Mereka berusaha menjadi orangtua yang baik dengan segala kekurangan yang mereka punya. Mari berkenalan dengan Gika-Harla, y...