BPM (30): FIGHTERS

21 4 14
                                    


  Katanya, punya anak kembar itu, bahagianya double capeknya juga double. Anak kembar dengan jenis kelamin yang sama, bisa menjadi sahabat sejati, tapi bisa juga jadi musuh sejati. Masalahnya, anak-anak Harla adalah kombinasi dari ke-dua sifat itu. Mereka bisa kompak untuk menjahili orangtuanya tapi bisa juga musuhan dengan bar-bar. Ya, seperti kali ini, Ashver yang sudah menjambak rambut pendek Asyer dan Asyer yang menarik baju Ashver. 

  "Lepacin lambut Acel, cakitt!! (Lepasin rambut Asyer, sakitt!!)" Teriak Asyer sambil menangis, 

 "Ndak maoo, Acel lepacin baju Acpel dulu. (Nggak mau, Asyer lepasin baju Ashver dulu.)" Tolak Ashver. 

 "Acpel ambil pelmen Acel! Kenapa Acpel ndak minta maap? (Ashver ambil permen Asyer! Kenapa Ashver nggak mau minta maaf?)" Seru Asyer lagi, 

 "Pelmen Acel dimam Upi!! Bukan Acpel!! (Permen Asyer dimakan Loopy!! Bukan Ashver!!" Balas Ashver tak mau kalah. 

"Boong! Upi ndak bisa mam pelmen!! (Bohong! Loopy nggak bisa makan permen!!)" 

Harla menghela nafasnya ketika mendengar keributan itu, hal yang sudah biasa dalam rumah mereka. Ke-dua anak laki-laki berusia dua setengah tahun itu memang sudah mulai lancar berbicara dan membuat rumah mereka semakin ramai. Hal ini dikarenakan Asyer dan Ashver sudah bisa menyampaikan isi hati dan kepala mereka dengan lancar. 

Bertengkar karena hal-hal sepele sudah biasa mereka lakukan, awalnya Harla dan Gika sangat protektif terhadap ke-duanya, namun, lama kelamaan, mereka menyadari bahwa Asyer dan Ashver bertengkar karena menyampaikan pendapat mereka sendiri. Sebagai orangtua, Harla dan Gika sudah berusaha mengajarkan anak-anak mereka untuk bisa adu pendapat secara sehat, tapi belum berhasil juga. 

 "Mama!! Tolong!!" Nah, kalau mereka sudah meminta tolong seperti ini artinya mereka tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, jadi Harla akan turun tangan untuk membantu. 

 "Asyer, Ashver, mama hitung sampai 3, harus lepasin tangan masing-masing, okay?" Pinta Harla, ke-dua putranya mengangguk. 

 "Satu......., dua.........., tiga........." Asyer dan Ashver melepaskan tangan masing-masing dari tubuh saudaranya tepat pada hitungan ke-tiga. 

 "Mamaaa... Acpel ndak mao jadi adek Acel, Acpel ndak boong, mama... Acpel ndak ambil pelmen Acel. (Ashver nggak mau jadi adek Asyer, Ashver nggak bohong, mama... Ashver nggak ambil permen Asyer.)" Adu Ashver. 

 "Acpel ndak boleh boong," sanggah Asyer lagi,

 "Acpel ndak boong! Acpel ndak mao main cama Acel lagi. (Ashver nggak bohong! Ashver nggak mau main sama Asyer lagi." 

"Acel uga ndak mao main cama Acpel lagi. (Asyer juga nggak mau main sama Ashver lagi.)" Dengan ucapan seperti itu, Asyer mengambil mainannya dan mulai bermain sendiri di pojok ruangan. Ashver yang berhati sedikit lembut itu mulai menangis, dan meminta gendong pada ibunya. 

 "Mama, Acpel ndak ambil pelmen Acel. (Mama, Ashver nggak ambil permen Asyer.)" Adunya, Harla menghapus airmata sang putra dengan jari telunjuknya. Ia memeluk anak bungsu-nya itu sembari mengawasi Asyer yang bermain sendiri. Kata orang-orang, dalam situasi ini, harusnya Harla harus segera mendamaikan si kembar, tapi menurut Harla berbeda. Dia akan membiarkan Asyer dan Ashver menenangkan diri dari rasa marah masing-masing, baru nanti ia akan menasihati mereka. 

  Asyer terlihat bosan bermain sendiri dan Ashver sudah selesai menangis, maka Harla membawa Ashver untuk menghampiri Asyer. Baru kemudian ia menanyai Asyer mengapa ia menuduh Ashver mengambil permennya. 

T5L x APTOS : BEING PARENTS MEANS......Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang