BPM (27) : Uncles and Aunties

41 5 4
                                    

 Jevin menatap nanar dua anak bayi di depannya, lalu ia menghela nafasnya dengan berat. Hah. Jevan menjadikannya babysitter kali ini karena dia yang ingin jalan berdua dengan istrinya katanya. Hidup Jevin hari ini terasa berat, ia baru saja mendapat kabar bahwa perempuan yang baru saja ingin ia perjuangkan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Sedihnya, ia tidak tahu bahwa perempuan itu berencana pergi. Sebulan yang lalu, Jevin memang membuat sebuah kesalahan yang tidak termaafkan oleh siapapun, sejak saat itu ia tidak lagi bisa menghubungi wanitanya itu. Di tengah perjuangannya untuk mendapatkan maaf, dia ditinggalkan.

Dan saat ini, dia dititipi anak oleh saudaranya. Memang tidak peka!

  "Kita mau ngapain ya. Guys?" Tanya Jevin pada keponakan-keponakanya itu, mereka hanya memberikan Jevin tatapan kosong sebagai jawaban. Jevin terkenal sebagai seorang 'Om' yang sangat jahil pada keponakannya, jadi mungkin ini alasan si kembar mencuekinya.

Jevin menghela nafasnya, ia membawa kedua anak tersebut masuk ke dalam kamarnya. Setiba mereka disana, Jevin membiarkan mereka tetap di dalam stroller. Ia duduk di lantai dengan pandangan hampa. Kedua keponakan Jevin hanya menatapnya bingung. Inilaj alasan kenapa Jevan tak seharusnya menitipkan Ara dan Rain padanya sekarang. Jevin dan keponakannya jadi sama-sama bingung😩.

  "Uncle Jevin mau curhat boleh, nggak?" Hopeless, Jevin akhirnya memutuskan untuk menceritakan kisahnya pada bayi-bayi lucu yang bahkan belum bisa berbicara. Pikir Jevin, lebih baik curhat sama bayi yang tidak akan menghakiminya dan nilai plus-nya anak-anak ini tak akan membocorkan rahasianya kepada orang lain.

  "Uncle sedih banget, calon aunty kalian lagi marah sama uncle dan nggak mau maafin uncle." Jevin memulai ceritanya.

  "Ya emang sih salah uncle, uncle minta dia ngerayain ultah dia bareng sama uncle. Eh. Uncle malah nggak dateng. Dia marah, ngeblok semua akses buat komunikasi ke dia. Rencananya hari ini mau berangkat ke Surabaya ketemu sama dia, eh, udah berangkat duluan ke luar negeri. Uncle nggak tau dia pergi kemana, tapi katanya sih nggak bakal lama. Semoga nanti Uncle punya kesempatan kedua ya. Anw, kalian harus bantuin uncle nanti." Kata Jevin, ceritanya singkat, padat, dan jelas. Ara dan Rain membalasnya dengan ocehan tak jelas.

  "OOOOMMMMM!!!" Teriak Rain, Jevin terkejut. Dia tahu bahwa Rain sudah mulai berbicara, tapi kenapa dia dipanggil Oom? Sedaritadi Jevin menyebut dirinya sebagai Unvle bukan Oom.  Ajaran Jevan memang tak bisa dipercaya.

  "Kenapa, Rain?" Tanya Jevin setelah tersadar dari keterkejutannya.

  "Mim... mimm.." pinta Rain sambil menunjuk ke arah botol minumnya di atas nakas. Jevin menghela nafas lagi, dia mengambilkan botol itu dan memberikannya pada Rain. Jevin menyadari, kedua keponakannya itu sekarang lebih berekspresi, Rain sudah berani memprotesnya dan Ara sudah tak mau lagi terpancing dengan kejahilan Jevin. Ah.. inikah saatnya Jevin meminta keponakan baru?

Kalau dipikir-pikir, kakak pertama Jevin belum memberikannya keponakan, hmm.. dia akan jadi korban tuntutan Jevin nanti. Memangnya siapa yang berani menolak permintaan anak bungsu?

  "JEVIIINN!!! BAWA KEPONAKANNYA TURUN!!" Teriakan sang Ibunda menganggu lamunan Jevin, hish... padahal dia baru sebentar menghabiskan waktu dengan si kembar tapi sang ibu sudah ingin memisahkan mereka.. dasar tidak berperike-Oom-an.

  Jevin bertingkah seolah-olah tidak mendengarkan sang Ibu. Ia menyalakan TV di kamarnya, kemudian mencari channel Upin-Ipin, Jevin, pria berusia hampir 30 tahun memang masih sangat menggemari series kartun asal Malaysia tersebut, dan cita-citanya yang paling dalam adalah bisa menonton Upin-Ipin bersama dengan anak-anaknya kelak. Untuk sekarang, biarkan Jevin meracuni Ara dan Rain dulu.

T5L x APTOS : BEING PARENTS MEANS......Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang