BPM (18) : KID'S PHASES

18 4 0
                                    


 Harla sudah tidak bisa berkata-kata, kekacauan di rumah ini sudah tidak bisa dielakkan. Anak-anaknya kini sedang berkarya dengan mengacak-acak mainannya dan menyebarkannya ke seluruh penjuru rumah, air bertumpahan dimana-mana, dan si kembar sudah tak kelihatan batang hidungnya, padahal Harla baru meninggalkan mereka 5 menit yang lalu, tetapi kekacauannya sudah sebesar ini. 

 "Asyer, Ashver, where are you, guys?" Harla memanggil nama anak-anaknya setelah menarik nafasnya dengan dalam, ia berusaha menenangkan diri agar tidak mengeluarkan tanduknya. Harla paling tidak bisa melihat sesuatu yang berantakan, tapi semenjak Asyer dan Ashver jadi lebih aktif, Harla berusaha untuk bersikap cuek dengan keadaan rumah.  Belum ada respon untuk panggilan Harla, Harla menghela nafas sekali lagi. 

  Asyer dan Ashver, kedua iblis kecil yang suka membuat Harla darah tinggi. Kata orang-orang fase paling sulit ketika mempunyai anak adalah masa-masa toddler, ketika anak bisa bergerak sebebas yang ia mau. Bukan hanya indra geraknya yang berkembang, tapi rasa penasarannya juga. Asyer dan Ashver sudah mulai berjalan sejak beberapa bulan yang lalu, tapi puncak dari tingkah laku mereka yang menyebalkan adalah saat ini. Mereka bukan hanya berkeliling ruangan, tapi juga merusak benda yang mereka pegang. TV Harla sudah tak lagi punya remote  karena ulah ke-duanya. 

  Harla sudah mengamati tingkah ke-dua bocah itu, Ashver yang pendiam ternyata tidak sependiam itu. Dia adalah otak dari segala kekacauan yang mereka ciptakan, diam-diam mengobrol dengan Asyer, dan Asyer akan mulai menghancurkan isi rumah, baru kemudian Ashver bergabung. Hah, anak-anak ini, masih kecil sudah pintar membuat strategi. Suster si kembar sedang sakit, jadi Harla mengurus kedua anaknya sendirian kalau Gika pergi ke kantor. Terdengar suara di kamar tidur si kembar, Harla segera bergegas kesana. Didapatinya kedua anak itu membongkar isi lemari kamar tidurnya. Harla mendesah lagi, penderitaannya belum selesai ternyata. 

  "Asyer, Ashver. Sudah cukup main-mainnya?" Tanya Harla datar, tak tampak ekspresi di wajahnya, namun dalam hati Harla sedang menahan rasa kesal yang sangat banyak. Asyer dan Ashver menoleh ke arahnya, kedua anak itu tertawa dengan riang, menunjukkan gigi-giginya yang masih terus bertumbuh. Sekejap, rasa kesal Harla menghilang. Rasanya ia tak sanggup mengomeli anak-anaknya yang kini sedang berlari ke arahnya, memeluk kakinya dengan erat, dengan suara  tawa yang belum berhenti. 

  "Mama.... Acel... main... celu..." Adu Asyer, ia tampak puas dengan karyanya yang mengacak-acak isi kamarnya. 

  "Asyer, mainnya emang seru, tapi kamarnya jadi berantakan. Nanti bantuin mama buat rapihin lagi, ya." Kata Harla, ia memvalidasi perasaan anaknya yang merasa senang dengan mainannya, tapi ia juga mengafirmasi bahwa permainan yang mengacak-acak rumah itu tidak baik dilakukan, ia juga mengajarkan mereka soal tanggung-jawab dengan meminta mereka untuk membantu merapikan rumah. 

   Sebagai seorang ibu muda dengan anak pertama yang kembar, Harla tidak selalu bisa sabar, kok. Terkadang dia berada di puncak amarah hingga mengomeli anak-anaknya tanpa henti, terkadang ia menghukum mereka juga dengan hukuman ala ibu-ibu pada zamannya. 

    Gika pulang ketika Harla sedang merapikan kamar si kembar, anak-anaknya sedang beristirahat di kamar utama. Dengan sadar diri, pria itu duduk di sebelah Harla, membantunya melipat kembali baju-baju yang dikeluarkan anak-anaknya dari lemari. 

  "Ada cerita apa hari ini, sayang?" Tanya sang suami, Harla sudah siap dengan segala unek-uneknya tentang kelakuan si kembar, 

  "Anak-anak kamu tuh, yah, susah banget dibilangin. Udah diajarin biar nggak buka tutup botol minum, malah makin dibuka. Hah, kan aku jadi ngelap lantai berulang-ulang. Mana semua bedak ditumpahin, baju-baju dikeluarin." Curhatnya pada Gika, Harla tidak bisa mengungkapkan semua perasaan ini pada anak-anaknya, jadi hanya Gika pendengar setia untuk keluh-kesahnya itu. Terkadang, seorang ibu tidak butuh hadiah yang muluk-muluk, cukup jadi pendengar setia atas curhatannya. Mereka kesal bukan berarti tidak sayang anak, tetapi sebagai seorang individu, seorang ibu juga punya emosinya sendiri dan itu perlu dikeluarkan. 

T5L x APTOS : BEING PARENTS MEANS......Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang