BPM (17) : NEXT LEVEL

22 5 4
                                    

Jevan bersama dengan istri dan kedua anaknya sedang berkumpul di ruang keluarga, tangan kanan Jevan menekan tombol 'power' pada remot televisi guna menyalakan benda tersebut. Setelah menyala, ia menekan tombol-tombolnya lagi, mencari saluran TV yang akan mereka tonton. Hari ini adalah penayangan pertama acara pencarian bakat yang ia produseri bersama dengan Sam, sahabat karibnya. Acara ini dibuat untuk mencari artis baru yang ingin diorbitkan oleh Sam. Jevan sedikit nervous, butuh satu tahun baginya dan tim untuk menghadirkan program ini. Pencarian sponsor yang sulit, promosi yang membutuhkan banyak biaya, kru-kru yang harus dilatih terlebih dahulu, adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi Jevan ketika ingin membuat program ini. Genggaman tangan Arlyn pada tangan kirinya mengurangi rasa gugup Jevan tepat ketika opening song yang ia ciptakan muncul di layar beserta dengan opening cover dari acara tersebut. Wajah Jevan terpampang disana, mendampingi Sam.

"Kamu hebat." Bisikan Arlyn di telinganya mengembangkan senyum Jevan, ia menoleh ke sisi kirinya, mendapati wajah sang istri disana yang menatapnya bangga. Tak percuma selama setahun ini Jevan harus bolak-balik ke luar kota, membagi waktu antara menjadi seorang guru musik, produser dan pencipta lagu, sebagai seorang suami, dan sebagai seorang ayah.

"Aku bangga banget sama kamu." Kata Arlyn lagi dengan senyuman lebarnya yang manis, bagaimana mungkin Arlyn tak bangga? Di sela-sela kesibukannya yang super padat, Jevan masih menyempatkan diri untuk hadir di setiap tahap tumbuh-kembang anak-anaknya, ia tak membiarkan kedua bayi mereka bertumbuh tanpa figur seorang ayah. Jevan mencium punggung tangan Arlyn yang berada dalam genggamannya, kata orang, seseorang akan kuat jika dia punya alasan untuk kuat, maka Arlyn-lah alasan Jevan untuk kuat.

Jevan berusaha sembuh dari trauma besarnya, untuk Arlyn. Jevan harus sibuk kesana kemari sejak usahanya hampir bangkrut, semuanya untuk Arlyn. Jevan bukannya dia tak sayang anak-anaknya, tapi Arlyn berada di tingkat paling tinggi 'obat' yang dibutuhkan Jevan.

Suara tawa Rain dan Ara yang sedang bermain memecahkan fokus sepasang insan yang sedang dimabuk cinta itu, akhirnya keduanya memutuskan untuk bergabung dengan anak-anak mereka, mendengarkan ocehan keduanya hingga lupa televisi masih menyala, menampilkan beberapa peserta yang sedang mengikuti audisi. Hah, tak apa, Jevan akan menontonnya nanti di platform digital yang sudah bekerja-sama dengan tim mereka.

"Sayang, staycation ke Bandung, yuk. Anak-anak belum pernah nih dibawa keluar." Ajak Jevan, ucapan yang membuat Arlyn mengernyitkan dahi.

"Kenapa harus ke Bandung, Mas? Kan kamu punya Villa di puncak." Kata Arlyn, Jevan menggaruk dahinya yang tak gatal.

"Aku lupa bilang ya, Yang? Villa yang di puncak kan dipake buat properti shooting, jadi untuk sementara kita nggak bisa kesana dulu." Ucapan yang membuat wajah Arlyn menegang, ia menggenggam tangan Jevan dengan erat.

"Sayang, cuma kamu sewain, kan? Nggak kamu jual, kan?" Tanyanya panik, bagaimana tidak? selain rumah yang kini mereka huni, villa di puncak adalah satu-satunya harta yang masih atas nama Jevan. Arlyn tidak tahu lagi apa yang terjadi jika Jevan harus menjual aset itu, Arlyn tahu dia sangat menyayangi bangunan kecil bertingkat 2 itu karena merupakan harta pertama yang ia punya sejak ia memiliki penghasilan. Jevan terkekeh, ah, istrinya sangat menggemaskan.

"Iya, sayang. Aku nggak mungkin jual villa, hey. Aku sewain selama satu tahun sama tim produksi, uangnya udah aku transfer ke rekening kamu seminggu yang lalu, cuma aku lupa ngomong." Kata Jevan menenangkan Arlyn, Arlyn akhirnya tenang, memang seminggu yang lalu ada uang yang lumayan banyak masuk ke rekeningnya, Arlyn berfikir bahwa itu adalah pendapatan Jevan selama jadi tim produser untuk program tv tadi.

"Kalau gaji dari program baru mulai turun besok, sayangku, kan tayangnya baru hari ini." Lanjut Jevan lagi, seolah-olah dia mampu membaca pikiran Arlyn. Arlyn terkekeh, hah, suaminya ini terlalu jujur soal keuangan, dan Arlyn menyukai itu.

T5L x APTOS : BEING PARENTS MEANS......Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang