⚠️🔞WARNING:
PARENTAL GUIDANCE SUGGESTED!
Cerita ini bermuatan konten dewasa. Harap bijak dalam membaca dan memberikan komentar. Tidak diperuntukkan bagi pembaca di bawah umur 17 (tujuh belas) tahun!⚠️⭐️Wajib Tekan VOTE! (Note this).
Chapter 19 - The Same Craziness
🍂
Irene berjalan dengan lemas, dengan maksud untuk beranjak keluar dari hotel ini. Tatapannya kosong, saat sedang berjalan ke arah revolving door di mana terlihat beberapa orang yang baru saja keluar maupun masuk dari pintu yang secara otomatis berputar-putar mengikuti gerakan dari orang yang melewatinya itu. Namun, wanita itu langsung sadar seketika, ketika seorang pegawai wanita datang menghampirinya. Ia pun juga menyadari, bahwa banyak mata yang sedang tertuju padanya. Ia baru teringat akan suatu hal. Orang-orang ini pasti menyadari kening Irene yang masih bercucuran darah segar, akibat lemparan dahsyat sang ayah beberapa saat yang lalu saat di ruang makan pribadi.
"Nona... apakah anda baik-baik saja? Apa yang terjadi dengan kening anda? Jika berkenan, mari saya obati terlebih dahulu, luka di kening nona..." ujar pegawai wanita itu, terlihat dari tatapan matanya, menggambarkan dirinya sedang merasa khawatir pada Irene.
"Saya tidak apa-apa. Anda boleh pergi sekarang!" Kata Irene, dengan suara yang juga sama lemasnya. Seakan-akan, semuanya, —suara, tenaga, tersinkronisasi dengan tepat mengikuti suasana hati Irene.
Setelah itu, ia berjalan ke arah keluar, menuju area parkir valet khusus untuk mobil. Dengan segera ia menyuruh petugas parkir valet untuk membawakan mobilnya sekarang juga. Meski dalam keadaan lemas, dan hampir tidak berdaya lagi, —hanya untuk sekedar berdiri, Irene harus tetap berdiri tegak, menegakkan kepalanya, dan membulatkan tekadnya. Tekadnya yang ingin melancarkan aksi nekat untuk menghancurkan Wi Ha-Joon, sebagai tujuan utama dari pembalasan dendamnya. Pikirnya, lihatlah... apa yang akan kulakukan padamu setelah ini!
Setelah mobilnya terparkir persis di depannya, ia langsung beranjak untuk masuk ke dalam mobil. Wanita itu sungguh tak berlama-lama lagi untuk menginjak dalam-dalam pedal gas di kakinya. Dua orang petugas parkir valet bahkan hingga terngaga, karena saking terkejutnya dengan aksi gila Irene, —caranya membawa mobil meninggalkan halaman utama. Bagaimana tidak terkejut? Suara decitan mobil Irene terdengar begitu jelas dan membuat gigi menjadi ngilu seketika. Pikir mereka, Irene mungkin saja akan berusaha menabrak monumen patung wanita yang ada di halaman depan hotel.
Selagi menyetir, tangannya sibuk pada kemudi sembari mencoba untuk melakukan panggilan keluar melalui tombol-tombol yang terdapat pada audio steering switch di setir mobilnya. Setelah nada sambung terdengar beberapa kali, seseorang di seberang percakapan langsung menyapa Irene dengan sopan.
"Selamat siang, nona Bae. Apa ada suatu hal yang dapat saya bantu?"
Irene memegang setirnya kuat-kuat. Baru kali ini, dirinya merasa amarahnya berapi-rapi, dibandingkan biasanya. Ia tidak pernah menemukan dirinya yang begitu kejam dan ingin membunuh seseorang yang mencoba untuk menghancurkan hidupnya. Tidak pernah. Namun kali ini, Irene benar-benar merasa ingin membunuh Wi Ha-Joon, atas setiap perbuatan yang merugikannya. Ia memang belum mengetahui, bagaimana caranya dia akan menyiksa laki-laki itu. Tapi yang jelas, Irene akan membuat Wi Ha-Joon tersiksa. Benar-benar tersiksa, dan tak segan hingga membuat laki-laki itu tidak bisa bersuara lagi.
"Kumpulkan anak buahmu! Temui aku di Incheon nanti malam, di lokasi pembangunan akses jalan bebas hambatan yang baru! Aku harus membuat seseorang, tidak bisa untuk bicara lagi selamanya!" Kata Irene, rahangnya mengatup dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD ROMANCE 2
Fanfiction[ONGOING] ☑ [THE SEQUEL] 🔞Underage? Please... known your own limit! . Merupakan babak baru, bagi Tiffany maupun Sehun. Berpisah selama hampir tujuh tahun lamanya, akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali, secara tak sengaja di sebuah hotel bint...