PREVIEW

2.8K 182 61
                                    

Ibarat ini godaan sih, buat para siders yang masih ajah mau baca cerita ini tanpa nge-vote sama sekali. xD.
Sengaja kemarin part Synopsis+Cast di-unpub. Dan part Preview ini pun bakal di-unpub juga, kalo udah waktunya.
Sebelum semua chapter di book 1, menyentuh 100 votes... maka, cuma dua chapter ini doang yang kalian dapet di book 2 (book ini). (Synopsis+Cast dan Preview).
Untuk selanjut-selanjutnya, yah nunggu semua chapter di book 1, menyentuh angka 100 votes.
Jadi, buat para pembaca sekalian yang sering nge-VOTES, dan nge-COMMENT, silahkan... kalo kalian mau nyalahin yah salahin siders-siders itu. Huehue😏
Cape ajah, liat followers yang semakin berkurang karena sekarang udah gak ada sistem private dan para pembaca yang gemar jadi siders bisa ngebaca cerita seenak hati tanpa meninggalkan jejak.
👌🏻

PREVIEW

— * * * —

"Kau sudah tiba?" tanya laki-laki jangkung di depan Tiffany. "Letakan pesanan ku di sana!" perintah laki-laki itu.

Sebelum mendorong trolley-nya memasuki kamar, tampak Tiffany sedang menelan salivanya sendiri. Dengan tangan yang bergetar dan kaki yang tiba-tiba menjadi sulit untuk melangkah, akhirnya Tiffany memberanikan diri mendorong benda itu memasuki kamar.

Saat sedang menata makanan di meja samping televisi berlayar empat puluh delapan inch itu, Tiffany dapat mendengar pintu kamar sudah tertutup. Kedua telinganya itu juga mendengar langkah kaki si laki-laki bertubuh jangkung itu sedang berjalan mendekat.

Tiffany sudah bisa merasa, laki-laki itu sedang berdiri di belakangnya. Laki-laki itu sudah berhasil membuat jantung Tiffany berdegup dua kali lebih cepat. Laki-laki itu benar-benar berhasil membuat Tiffany menjadi gugup dan salah tingkah.

Saat selesai menata makanan di meja di sudut ruangan, Tiffany membalikan badannya dengan kepala yang tertunduk. Jujur saja, gadis itu sama sekali tidak berani melihat ke arah laki-laki yang sekarang sedang menarik tali bathrobe yang dipakainya. Tubuh Tiffany semakin bergetar hebat. Air mata, sudah sedikit terkumpul di bawah matanya.

"Tu-tuan... jika sudah tidak ada yang bisa saya bantu, saya permisi keluar," kata Tiffany, sedikit terbata-bata saat mengucapkan rentetan kalimat itu.

Saat akan melangkah seraya mendorong trolley-nya, tiba-tiba... Tiffany merasakan 'hal itu' lagi. Lagi-lagi pergelangan tangannya harus merasakan sakit saat laki-laki yang berada di dekatnya itu kembali mencengkeram pergelangan tangannya.

"Tidak ada yang bisa kau bantu?" sahut laki-laki itu, kemudian berdecak beberapa kali. "Tentu saja, kau harus membantu ku malam ini!" sambungnya.

Setelah itu, laki-laki itu menarik Tiffany hingga Tiffany menempel dengan tubuh laki-laki itu.

"Tu-tuan... apa yang ingin kau lakukan? Ku mohon, lepaskan aku," pinta Tiffany dengan nada memohon.

Jika tadi siang ia tidak berpapasan dengan laki-laki ini, sudah tentu hal ini tidak akan terjadi sekarang. Tiffany takut... dan gadis itu hanya bisa berurai air mata.

Tiba-tiba... laki-laki yang mendekap Tiffany melumat bibir gadis itu secara brutal. Tiffany yang mendapat perlakuan seperti ini, terus melakukan perlawanan.

Merasa Tiffany tidak membalas ciumannya, laki-laki itu mulai tersulut emosi. Laki-laki itu mencengkeram kedua bahu Tiffany dan langsung menjatuhkan tubuh Tiffany di atas ranjang king size itu. Tiffany takut.

Saat ingin berdiri dan berusaha ingin menghindar, Tiffany malah lebih dulu ditindih oleh laki-laki yang sedang berusaha mengerayangi tubuhnya itu. Air mata Tiffany mulai deras, jatuh dari bawah mata dan mulai membasahi kedua sisi pipinya.

Laki-laki itu melepas bathrobe yang melekat di tubuhnya, lalu melemparnya ke sembarang arah. Sama sekali ia tidak membiarkan Tiffany untuk bergerak sedikit pun. Kedua Tiffany seakan dikunci oleh tangan kekar laki-laki yang sedang menindihnya itu.

"Tu-tuan... ku mohon! Aku... tidak bisa melakukan ini. Aku harus kembali bekerja!!!" seru Tiffany, masih berusaha keras melakukan perlawanan.

"Ck! Benarkah?" sahut laki-laki itu dengan nada yang menantang. "Ahhh! Aku lupa... kau 'kan seorang budak! Bukankah seperti itu? Kenapa tidak sekalian, menjadi budak sex dari setiap tamu hotel? Bukankah itu akan menguntungkan mu?"

Sakit.

Hati Tiffany merasa terenyuh saat mendengar ucapan itu keluar dari laki-laki yang masih setia menindih tubuhnya yang mungil itu. Ia tidak percaya... apakah laki-laki yang sedang menindihnya kini sudah berubah sekarang?

Laki-laki itu semakin menggila. Bayangkan, saat seragam kerja Tiffany malah dirobek secara paksa oleh laki-laki kejam itu. Laki-laki itu terus saja mengerayangi tubuh Tiffany dan bahkan meremas dengan kasar gundukan di dada Tiffany.

"Se-Sehun-ah... maafkan aku. Ku mohon, lepaskan aku," ujar Tiffany dengan mata yang tidak berhenti mengalirkan air mata.

Laki-laki itu lalu terdiam. Ia tertawa sinis saat Tiffany sudah bisa menyebut namanya untuk yang pertama kali semenjak tujuh tahun berlalu.

"Ck, ck! Sekarang kau sudah ingat pada ku? Setelah kau berusaha untuk tidak mengenali ku tadi? EO?!" seru Sehun.

Tiffany menangis. Ia tidak tahu hal ini akan terjadi. Ia tidak tahu... bahwa dirinya akan bertemu dengan Sehun pada akhirnya di negara ini.

"Maafkan aku... ku mohon, lepaskan aku..." kata Tiffany, masih setia memohon.

"Hhh! Melepaskan mu? APA KAU SEDANG MAIN-MAIN DENGAN KU? TIDAK! AKU TIDAK AKAN MELEPASKAN MU KALI INI!" seru Sehun.

Lalu, tangan laki-laki itu meraih celana miliknya yang sebelumnya ia lepaskan saat akan ingin membersihkan dirinya tadi. Sehun langsung saja melepas belt yang melingkar di celana miliknya itu dan menggunakan benda itu untuk mengikat kedua pergelangan tangan Tiffany.

"Sehun-ah... ku mohon! Jangan lakukan ini!!!"

"Jangan berharap, aku akan mendengarnya! Maaf... jika kau harus mengalami rasa sakit yang begitu mendalam malam ini!" balas Sehun, sengit.

Sehun-ah... maafkan aku—

—TBC—

Hot???
Yes/No?

#VOTE+COMMENT BELOW!!!#

#VOTE+COMMENT BELOW!!!#

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WILD ROMANCE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang