Hanya manusia biasa yang menginginkan sebuah kehangatan dari makna sebuah keluarga. Tuhan jika memang ini jalan takdirku, akan aku jalani semampu diriku bertahan.
_KeepYouSmileRora_Menghela nafas sejenak kemudian memejamkan mata karena besok dia tidak akan tau kejadian apa yang akan menimpa dirinya. Jika saja dia bisa memilih jalan takdirnya, mungkin dia tidak akan terpukul sampai saat ini. Kadang Tuhan memberi sebuah tanggung jawab yang sangat berat untuk kita jalani, dan pada titik terendahnya manusia jika tidak bisa menjalaninya adalah mengakhiri hidupnya.
Gadis itu masih termenung, memandang gelapnya dunia dari balkon kamarnya. Meratapi kesalahan apa yang dia buat sehingga Tuhan memberikan jalan takdir yang tak begitu ia inginkan. Bukan karena dia miskin, jika dipandang dari sudut orang mereka akan bilang bahwa dia sempurna. Keluarga penuh dan kekayaan yang orang tuanya miliki. Namun itu semua tak berarti bagi gadis cantik 16 tahun ini, dia merasa bahwa semua itu tak ada gunanya jika diantara keluarganya ada yang membenci dirinya.
Mungkin jika dia bisa memilih dia tidak ingin dilahirkan. Lamunan gadis itu buyar seketika dikagetkan dengan suara.
"Non, Non Rora kok belum tidur ini udah malam non, harusnya Nona tidur sekarang, bibi gak mau nona Rora sakit" Suara itu adalah suara bi ijah, pelayan yang dikhususkan untuk merawat Rora.
Rora hanya tersenyum menanggapi bi ijah. Selama ini yang merawat Rora itu bi ijah bukan kedua orang tuanya. Meski dia hidup menggunakan uang kedua orang tuanya Rora lebih sayang kepada bi ijah yang merawatnya setulus hati bahkan Rora memanggilnya dengan sebutan Ibu.
"Rora belum ngantuk bu. Mungkin bentar lagi Rora tidur" Sahut Rora. Pada dasarnya Rora memang belum mengantuk dan ya dia masih memikirkan apa yang salah dalam hidupnya.
"Alasan yang bagus, non bukankah ibu bilang Nona jangan memendam itu sendirian disini ada ibu yang mau mendengarkan semua keluh kisah Nona, bukankah Nona bilang begitu kita akan selalu berbagi semua masalah yang kita alami" Bi ijah itu tau semuanya, bahkan mamah kandung Rora sendiri gak pernah mengerti apa yang dia rasakan saat ini. Inilah perbedaan kenapa Rora lebih nyaman dengan bi ijah dibanding dengan mamahnya.
Rora mengamati wajah bi ijah, diwajahnya hanya ketulusan yang ada terhadapnya, dia bersyukur bahwa masih ada orang yang bisa menyanyanginya lebih dari dirinya sendiri. Rora menggenggam tangan bi ijah dengan hangat memandang wajahnm tua nya itu dengan sangat dalam ada rasa takut yang didalam dirinya. Dia takut bibinya ini meninggalkannya sendirian. Tapi dia buang pikiran itu jauh-jauh. Dan dia mulai tersenyum
"Bu, ibu gak perlu khawatirin Rora, aku baik-baik ajah kok. Untuk saat ini aku belum bisa menceritakannya tapi jika aku sudah siap aku akan bercerita semuanya pada ibu. Semuanya tanpa ada yang terlewatkan" Katanya yang tulus itu membuat bi ijah tersenyum.
"Baiklah, tapi ingat Nona harus menceritakan semuanya pada ibu, jangan ada yang dilewatkan sama sekali. " Percaya bi ijah pada Rora. Inilah yang disuka bi ijah dari Rora dia selalu percaya apa yang Rora ucapkan. Kepercayaannya itu membuat Rora semangat untuk menjalani hidupnya meski berat.
" Iya Rora janji bu" Sahut Rora sambil mengakat satu jari kelingkingnya dan bi ijah tersenyum. Mereka menyatukan jari kelingking mereka dan tersenyum bersama.
"Baiklah, sekarang Nona tidur besokan Nona sekolah. Selamat malam anak ibu yang manis, mimpi indah sayang" Ucap bi ijah dan meninggalkan kamar Rora
Rora memandang kepergian bibinya itu dan mengucapkan sebuah kalimat
"Aku harap ibu tidak akan meninggalkanku sendirian" Kemudian gadis itu menutup matanya untuk tidur.
Rora Roseanne gadis cantik sejuta pikiran
Dia gadis yang tidak bisa ditebakBi ijah, seorang pelayan yang merawat Rora seperti anak kandungnya sendiri, dia dipanggil ibu oleh Rora
(Maaf guys Bada sunbaenim tak pinjam dulu😁)
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Life
Short StoryBukankah melelahkan menjalani kehidupan yang tak diinginkan itu hal yang membuat aku muak. Bukan aku yang ingin dilahirkan, Aku hanya takdir yang Tuhan berikan untuk melengkapi kekurangan dari kalian. Tapi hadirku hanya membuat luka. Akankah kehidup...