Saat ini dia duduk di meja makan, bersama keluarganya tentunya. Suasana hening hanya ada suara sendok yang bertubrukan. Disini dia membenci pertemuan ini yang dia ingin candaan dari sebuah keluarga namun semua diam tanpa ada suara yang keluar , ini yang membuat dirinya muak, merasa terasingkan, dan tak dianggap ada. Kenapa harus seperti ini setiap pagi. Bukankah sebuah keluarga harus saling tertawa satu sama lain. Bukan ini yang dia mau, kalo saja tadi bi ijah tidak memohon dirinya untuk makan bersama keluarganya dia tidak akan sudi makan bersama. Namun setelah beberapa detik papah bersuara.
"Haram, kamu udah siapkan untuk mempelajari perusahaan papah, papah harap kamu siap karena papah gak punya anak laki-laki jadi papah bergantung pada kamu untuk jadi penerus perusahaan papah" Dia kira akan ada sebuah candaan namun salah semua tentang kesibukan dan pekerjaan, jika seperti ini dialah yang akan jadi sasaran kekesalan kakaknya itu.
Haram Alexa kakak perempuan Rora, semua masa depannya ditentukan oleh papah. Semua yang dia jalani papah yang mengendalikan, bukankah kehidupan kakakku lebih menyakitkan dibanding aku tapi Itu semua salah, akulah yang dijadikan tempat kemerahan kak Haram jika itu menyangkut tentang keegoisan papah terhadap kak Haram . Semuanya dia lampiaskan kepadaku. Bahkan kedua orang tuanya tak pernah menganggap dia ada, miris sekali hidupnya.
"Bisakah Haram memilih jalan Haram sendiri pah, Haram punya masa depan haram sendiri. Kenapa papah selalu menentukan masa depan haram, yang menjalani kan haram bukan papah" Iya haram lelah, sebenarnya haram tidak pernah menentang semua keinginan papahnya tapi kali ini dia memberanikan diri untuk menentangnya, karena dia tidak mau masa depan yang dia rancang hancur karena keinginan dari papahnya.
Dari kecil Haram selalu menuruti keinginan papahnya. Sampai-sampai haram muak dengan semuanya dia ingin bebas, bebas menentukan jalan hidupnya sendiri bukan yang ditentukan oleh papahnya.
"Kamu mau melawan papah, bukankah papah disini kepala keluarga jadi semua yang ada dirumah ini harus ikuti peraturan papah, Haram bukankah kamu senang kamu bisa mendapatkan masa depan tanpa harus berjuang dari nol,kamu tidak perlu susah untuk mencari cara bagaimana kamu berjuang, kamu tinggal meneruskan perusahaan papah. Gampang kan" Papah eunwoo itu egois dia mau semua keinginannya dipenuhi, bukankah seorang papah harus mendukung anaknya, kenapa papah berbeda? Dia selalu menentang keinginan anaknya.
"Pah, tolong papah ngertiin haram pah, haram cuma pengin apa yang haram cita-citakan tercapai, ini keinginan haram dari dulu pah, menjadi seorang Seniman sejati, aku tidak pandai dalam hal perusahaan pah, tapi aku pandai dalam hal seni" Tutur haram sambil menahan tangis agar tak jatuh
"Hahahhah, mau apa jadi apa kamu, apa hebatnya seorang seniman, papah tidak mau ada penolakan jika kamu menolak silakan pergi dari rumah ini, dan papah tidak akan segan-segan membuat kamu menderita diluar sana, kamu tahukan seberapa pengaruh papah dikota ini. Papah harap kamu pikirin itu baik-baik haram" Papah langsung pergi meninggalkan meja makan namu langkahnya berhenti disaat ada yang meneriakinya dengan tidak sopan.
"Papah egois, semua keinginan papah harus diwujudkan. Bukankah seorang Papah harus mendukung anaknya meraih cita-cita bukan menentangnya dan mengancam anaknya" Entah dari mana keberanian itu Rora ucapakan, jujur dirinya takut dengan tatapan tajam papahnya mendengar apa yang dia katakan tadi, tapi Rora berusaha tenang menatap mata itu karena dia sudah muak dengan keegoisan papahnya.
"Sayang, kamu bisa diam. gak seharusnya kamu ngomong kaya gitu sama papah, papah melakukan ini juga demi kebaikan kalian" Ucap mamah Rose. Mamahnya kini angkat bicara setelah Rora mengeluarkan kata-kata itu terhadap papahnya, dia kira mamahnya akan membelanya namun pikirannya salah mamahnya sama saja seperti papahnya egois mementingkan dirinya sendiri. Merka tidak tau seberapa hancur hidupnya dan kakaknya. Yang mereka tau hanyalah kekayaan dan kehormatan, miris sekali mempunyai kedua orang tua macam Eunwoo dan Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Life
ContoBukankah melelahkan menjalani kehidupan yang tak diinginkan itu hal yang membuat aku muak. Bukan aku yang ingin dilahirkan, Aku hanya takdir yang Tuhan berikan untuk melengkapi kekurangan dari kalian. Tapi hadirku hanya membuat luka. Akankah kehidup...