Hari ini Rosè pergi ke makam Eunwoo, dia menaruh bunga diatas gundukan tanah dan mengusap baru nisan yang bertuliskan Eunwoo Alexander. Tanpa Rosè sadari airmatanya keluar begitu saja, dia mengingat berapa jahat dirinya yang telah membuat Eunwoo sakit hati.
"Mas, maafin aku ya kalo ajah aku nggak main gila sama Sehun mungkin kamu gak akan pergi ninggalin aku dan anak-anak. Mas... A.. Aku sedih dan bahagia untuk saat ini pertama aku sedih kamu pergi dan ninggalin kita tapi aku bahagia karena Rora sembuh berkat dirimu." Jelas Rosè menatap lekat makam Eunwoo
Menghela nafas sejenak mengingat dimana Haram mulai menyalahkan Rora.
"Tapi mas... Haram putri kita dia selalu menyalahkan Rora atas kepergianmu, apa yang harus aku lakukan mas? Kenapa disaat haram mulai menerima Rora kini harus membenci Rora kembali! "
"Aku rasa aku gak becus jadi seorang ibu mas, menyelesaikan masalah anak kita saja aku tidak bisa. Aku harus gimana mas sekarang? Aku gak mau haram dan Rora saling benci lagi" Ucap Rosè menjelaskan gimana keadaan Rora dan haram meski Eunwoo tidak membalas ucapannya tapi Rosè rasa Eunwoo mengerti kondisinya sekarang.
"Aku pamit mas, aku akan berusaha merawat mereka berdua dengan baik Terima kasih atas waktunya selama ini" Pamit Rosè dan pergi meninggalkan makam Eunwoo.
****
"Rora" Panggil Jeno melihat saat melihat Rora duduk sendirian di taman belakang sekolah.
Rora melihat kearah Jeno dan tersenyum
"Sendirian disini? " Tanya Jeno dan duduk disamping Rora"Iya kak" Balas Rora
"Tumben Jaemin nggak sama kamu? " Tanya Jeno
"Kak Jaemin lagi nemenin kak Haram " Jawab Rora ada rasa sakit yang menjalar disaat dia harus merelakan Jaemin untuk pergi bersama Haram.
Jeno merangkul Rora" Udahlah kan ada gue, ingat ya Rora lo itu calon tunangan gue"
Rora mengingat betul hari dimana mamahnya menginginkan jika dirinya dan Jeno akan dijodohkan.
Apakah kali ini Rora akan kehilangan kebahagiaannya lagi mengalah demi Haram atau mempertahankan hubungannya dengan Jaemin."Apaan sihh... Itu lo yang mau ya kak bukan gue, lagian gue cuma mau nikah sama Jaemin" Jawab Rora kesal karena Jeno selalu ajah membahas tentang perjodohan orang tuanya dengan dirinya.
"Gak akan bisa nolak gue Ra, bahkan orang tua gue pun gak bisa nolak keinginan gue. Dengar ya lo bakal tetap tunangan sama gue" Tegas Jeno penuh penekanan.
Jeno kini rela berbuat apapun demi mendapatkan Rora, obsesinya terhadap Rora kini semakin besar ya Jeno menginginkan Rora untuk menjadi miliknya hanya miliknya. Kali ini Jeno nggak akan mengalah lagi.
"Maksud lo apa sih kak? Harusnya lo tuh ngerti kalo gue udah punya kak Jaemin. Dan gue gak cinta sama lo jadi jangan paksa gue buat nerima perjodohan kita" Kesal Rora
Jeno mendekatkan wajahnya ke wajah Rora kini wajah mereka sangat dekat. Rora bisa melihat raut muka Jeno dingin itulah gambaran Jeno saat ini.
Tanpa disangka Jeno mencium bibir Rora, Roa kaget berusaha mendorong tubuh Jeno namun gagal Jeno semakin memperdalam ciuman itu bahkan kepala Rora kini ditekan semakin mendekat dengan wajahnya.
Jeno melumpat bibir kecil itu, manis itulah pikiran Jeno saat ini, bibir milik Rora kini candunya.
Rora memukul dada Jeno mengisyaratkan bahwa dirinya membutuhkan pasokan udara, Jeno melepas ciumannya. Rora berusaha mengatur nafasnya, Jeno mengusap bibir Rora menghapus air liur sisa ciuman tadi.
"Kak lo apa-apaan sih? Kenapa lo cium gue? Lo.. " Marah Rora terhenti disaat Jeno mencengkram erat wajah cantik Rora.
Menatap tajam mata indah Rora yang kini ketakutan " Karena gue cinta sama lo, lo milik gue bukan milik Jaemin ataupun orang lain. Kalo lo nolak perjodohan ini nyawa Haram dan Jaemin taruhannya bahkan nyokap lo pun bakal gue bunuh. " Ancam Jeno
"Putusin Jaemin gue gak mau lo pacaran sama dia, lo milik gue. Kalo besok lo belum putusin Jaemin siap-siap ajah diantara mereka ada yang mati ditangan gue. Ngerti sayang" Lanjut Jeno
Kemudian pergi meninggalkan Rora, Rora menangis kenapa Jeno jadi seperti ini? Kenapa disaat dirinya ingin bahagia Tuhan malah menghadirkan masalah lagi dan lagi.
"Gimana gue bisa mutusin kak Jaemin kalo gue udah cinta mati sama dia. Tapi gue gak mau orang yang gue sayang mati karena gue. Tuhan kenapa kehidupan aku harus kembali seperti ini? Bisakah aku bahagia, kenapa disaat aku akan merasakan kebahagiaan, kesedihan itu datang lagi. " Keluh Rora.
****
"Aaaa... Kenapa kamu tega giniin aku Rora? Kenapa kamu melakukannya didepan mataku" Teriak Jaemin.
Ya Jaemin tahu kejadian dimana Jeno mencium Rora dan Rora menerima ciuman Jeno. Kenyataan bukan seperti itu Jaemin salah paham.
"Kalo kamu udah gak cinta sama aku kenapa gak bilang, aku juga punya perasaan ra! " Tangis Jaemin dia tidak pernah merasakan sesakit ini.
"Jaemin" Panggil Haram
Jaemin melihat kearah Haram dia langsung memeluk Haram menangis melampiaskan kesedihan itu dalam dekapan kakak kandungnya Rora.
"Lo kenapa? " Tanya Haram mengusap punggung Jaemin.
"Sakit Ram, Rora dia nyakitin hati gue... Gue.. Hikss" Jaemin tidak bisa melanjutkan perkataannya setelah mengingat kembali ciuman Roa dan Jeno.
Haram menarik tubuh Jaemin menghapus air mata itu dengan lembut.
"Tenangkan diri lo, setelah lo tenang lo bisa cerita ke gue Jae tarik nafas dan berhenti menangis"Jaemin mengikuti semua perintah Haram.
"Lo tahu Ram gue ngeliat Rora dan Jeno ciuman! ""Lo serius! Gak mungkin Rora ngelakuin itu dia bahkan bilang sendiri sama gue kalo dia cinta banget sama lo. Jadi nggak mungkin dia ngekhianatin lo" Kaget Haram.
"Nyatanya emang gitu Ram, Rora ciuman dengan Jeno"
Haram menarik Jaemin kedalam pelukannya lagi,
"Mungkin lo salah liat, jangan gegabah ngambil keputusan siapa tahu mereka nggak sengaja. Selesaikan masalah lo dengan kepala dingin coba lo tanya baik-baik sama Rora" Jelas Haram berusaha menghibur Jaemin.
Jaemin menganggukkan kepala, dia akan bertanya ke Rora apakah apa yang dia lihat dirinya atau bukan, atau bisa jadi ada alasan lain Rora menerima ciuman dari Jeno.
"Makasih Ram udah mau dengerin cerita gue" Kata Jaemin.
Haram tersenyum menganggukan Kepalanya.
'Gue harap lo putus dari Rora, maaf Jaemin kali ini gue gak mau ngalah lagi gue bakal dapetin hati lo' batin Haram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Life
NouvellesBukankah melelahkan menjalani kehidupan yang tak diinginkan itu hal yang membuat aku muak. Bukan aku yang ingin dilahirkan, Aku hanya takdir yang Tuhan berikan untuk melengkapi kekurangan dari kalian. Tapi hadirku hanya membuat luka. Akankah kehidup...