Disinilah dimana Rora menenangkan diri, sekarang masih jam istirahat sekolah. Dan dia memutuskan tidak ke kantin alasannya hanya satu takut bertemu dengan kakaknya, dia masih ingat betul kejadian tadi pagi disaat dia membela kakaknya. Ternyata usahanya sia-sia, bukan masalah baginya dibenci oleh kakaknya namun dia tidak tega jika kakaknya selalu dikekang oleh papahnya. Hal paling menyakitkan adalah disaat kakaknya sudah tidak menginginkannya hidup didunia apakah dia harus mengakhiri hidupnya agar kakaknya bahagia.
"Fiuuhhh" Rora Mengehela nafas dia lelah bahkan lebih lelah dari biasanya, apakah karena dia ingin menyerah saat ini juga. Dia tidak tau apa yang ada dipikirannya saat ini, semuanya berwarna abu, hidupnya tanpa warna. Tapi kenapa dia belum siap untuk pergi sekarang apa karena rasa bersalah itu dia harus bertahan disini agak lama.
"Tuhan berikan aku petunjuk, apa yang harus aku lakukan sekarang? " Geming Rora menahan tangis, dia sebenarnya tidak sekuat yang orang lihat. Dia sama seperti manusia lainnya lemah dan tak berdaya.
"Dicariin ternyata disini. " Suara itu menyadarkan Rora.
Rora menatap sambil tersenyum, 2 gadis menghampiri Rora dia adalah sahabat terbaiknya. Mereka selalu ada disaat Rora lagi dalam masalah, dia beruntung memiliki sahabat seperti Ahyeon dan Chiquta. Mereka berteman dari SMP hingga saat ini.
"Sorry guys, gak ngasih tau hehhe" Cengir Rora
"Kenapa gak ngantin, loe lagi ada masalah ya? " Tanya Ahyeon pada Rora, Rora mengangguk tanda bahwa semua yang dikatakan Ahyeon itu benar dia lagi ada masalah."Kenapa gak cerita, biasanya loe langsung cerita sama kita, pasti sama kak Haram lagi kan?, sampai kapan loe harus diem mulu ra, gue capek ngeliat loe selalu mentingin perasaan kakak loe itu" Chiquta buka suara, sebenarnya dia gak mau bicara kaya gitu, tapi ini udah keterlaluan, kenapa Rora selalu mentingin perasaan kakaknya dibandingkan perasaannya sendiri.
Rora memandang Chiquta sahabatnya itu dan tersenyum " Gak semudah itu chiq, perasaan sayang gue ke kak Haram besar banget makanya gue gak berani, lebih baik gue diam meski hati gue sakit banget, karena gue sayang banget sama kakak gue"
Lagi-lagi Rora tidak bisa membenci kakaknya, dia sadar bahwa ini semua kesalahannya, jika saja dia ga hadir dalam hidupnya kak Haram dan mamah papahnya kak Haram gak akan menderita.
"Sampai kapan ra, sampai loe mati, dengerin gue ra dia kakak loe gak akan bisa mau nerima loe selamanya buktinya ajah dia mau loe pergi dari hidupnya yang artinya loe harus mati ra. Bisa gak sih kali ini loe egois ra, jangan bela dia terus didepan papah loe dan berujung loe yang dihukum sama bokap loe. Gue yang liat ajah capek Ra apalagi loe yang jalani semuanya, gue kaya gini sayang sama loe Ra. Gue gak mau loe tersakiti terus menerus " Tak terasa air mata Chiquita mengalir jujur saja dia sakit melihat sahabatnya harus mengalah terus menerus demi sang kakak.
"Udah chiq, tenang ya. Jangan kaya gini kasian Rora" Ucap Ahyeon menenangkan Chiquita yang menangis. Rora dia hanya memandangi sahabatnya itu sesayang itu sahabatnya kepada dirinya, lalu dia memeluk Chiquita.
"Maafin gue chiq bikin loe nangis, tapi maaf gue belum bisa egois untuk saat ini. Terimakasih karena mau jadi sahabat gue dan peduli sama gue" Ucap Rora dia pun ikut menangis, dia melihat kearah Ahyeon dan menariknya kedalam pelukan. Mereka bertiga berpelukan sambil menangis.
"Selama ada kita loe akan baik-baik ajah ra, tetap tersenyum dan semangat. Tuhan punya rencana lain buat loe. Jadilah anak yang kuat ya ra gue sama Chiquita akan selalu dukung loe dari belakang ataupun depan" Ucap Ahyeon menyemangati Rora sahabatnya.
Berbeda dengan Rora. Haram disini dikantin dia sedang bersenang-senang dengan ketiga temannya.
"Ram, loe tau Jeno gak dia katanya udah pindah disekolah kita" Seru Ruka sahabat Haram si tukang kompor.
" Seriously?" Haram penasaran ya Jeno itu cinta pertamanya di SMP dulu namun disaat haram mau menyatakan cintanya Jeno pindah kota.
"Loe gak percaya kita ram, liat ajah entar. Katanya setelah istirahat selesai dia akan langsung masuk ke kelas kita. " Jelas Asa sahabat haram sing paling ngomong cepat dia tuh berbicara tapi kaya lagi ngerap gak ada jeda sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Life
Krótkie OpowiadaniaBukankah melelahkan menjalani kehidupan yang tak diinginkan itu hal yang membuat aku muak. Bukan aku yang ingin dilahirkan, Aku hanya takdir yang Tuhan berikan untuk melengkapi kekurangan dari kalian. Tapi hadirku hanya membuat luka. Akankah kehidup...