AREEZA - 3

2K 163 15
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Tiga detik. Tiga detik lagi gerbang sekolah akan ditutup rapat.

"AWASS!!" seru Areeza dan Darez dari kejauhan. Motor Areeza melintasi jalan sempit yang sudah hampir tertutup rapat oleh gerbang. Ya, mereka menerobosnya.

"Kalian itu, ya, kalo ndak telat ya bolos. Kalian sekolah itu ngapain toh?" tanya Pak Satpam dengan aksen Jawa-nya.

"Kali ini gara-gara Darez, Pak, suer. Dia tadi berak gak selesai-selesai," jelas Areeza pada Pak Jupri.

"Walah-walah, yowes, buruan masuk kelas!" suruh Pak Jupri.

Darez menyunggingkan senyumnya. "Hehe, makasih, Pak. Pak Jupri baik, deh."

Pak Jupri membalasnya dengan deheman. Sedangkan Areeza dan Darez kembali naik ke atas motornya dan melaju ke parkiran.

Di sisi lain, ada Lisa yang tengah kelelahan dengan tugas MPLS yang diberikan oleh sang ketua OSIS. Rasanya ia ingin kabur saja, tapi apa daya, dia tak akan berani melakukan hal itu.

"Lisa, kenapa kamu bengong aja?" tanya ketua OSIS.

Gadis itu sadar dari lamunannya. "Ha? Kenapa, Kak?"

"Cari dua puluh sampah yang beda. Sekarang!" suruhnya.

Sial. Ia benci kotor.

Lisa mengangguk. "Iya, Kak."

Ia bangun dari duduknya dan mulai mencari sampah yang berbeda.

Huft, ia menghela napasnya pelan. Kapan MPLS ini akan berakhir? Rasanya ia malas sekali. Acara seperti ini memang menguras tenaganya sebagai introvert.

Gadis kuncir kuda itu mulai mengaplikasikan hand sanitizer pada kedua tangannya, kemudian membungkus kedua tangannya dengan keresek putih yang bersih. Ia membeli dua benda itu di koperasi.

Alhasil, Lisa mulai mencari-cari sampah di tong sampah yang ada.

Sudah lima belas menit lamanya Lisa mencari sampah, tetapi tinggal lima sampah lagi yang belum ia dapat. Hm, seluruh tong sampah sudah ia obrak-abrik, tapi tak kunjung melihat yang berbeda.

Tiba-tiba saja matanya melihat sebuah tangga di samping toilet laki-laki. Entah mengapa ia menaiki anak tangga itu, sampai ia bertemu dengan pintu putih yang tertutup rapat.

Tanpa keraguan Lisa membuka knop pintu tersebut.

Ceklek!

"Wah!" kagum Lisa.

Indah. Satu kata yang bisa menggambarkan tempat itu.

Lahan kosong tanpa apa-apa, separuh genteng bangunan dengan suasana tenang serta pemandangan gedung-gedung tinggi pencakar langit Ibu Kota.

Gadis itu melangkah setapak demi setapak, hingga,

"Siapa lo?!" tanya seorang cowok dengan ketus.

"A-aku, Lisa," jawabnya berusaha tenang.

Seorang cowok lagi menoleh ke sumber suara. Ia melihat temannya dengan seorang gadis yang memegang keresek hitam.

"Loh, Lisa? Lo ngapain di sini?" tanya Areeza yang langsung menghampiri mereka.

Lisa pun tak kalah kaget dengan kehadiran Areeza di sana.

"Emm, aku mau nyari jenis-jenis sampah, Kak. Aku dihukum," jelas gadis itu dengan lugu.

AREEZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang