HAPPY READING!
.
.
.
.
."Ini yang Mimi tunggu."
"Akhirnya, jadi juga."
Wanita berusia kisaran empat puluh tahun itu tersenyum senang usai menjawab pertanyaan dari kekasih anak gadisnya.
Raisa sangat senang bila anaknya merajut kasih dengan anak sahabatnya. Sebab, ia sudah mengenal Areeza sejak kecil, hatinya akan merasa tenang jika Lisa dijaga oleh laki-laki baik seperti Areeza. Rencananya dengan Reina akan berjalan mulus bukan? Ia berharap besar dengan hubungan mereka jika memang Tuhan mengizinkan.
"Gak papa kan, Mi? Ale beneran suka sama Lisa," ucap Areeza tegas. Ia tengah mencoba meyakinkan Raisa.
"Gak papa dong, jaga kepercayaan Mimi, ya?" pesan Raisa. Anak laki-laki sahabatnya itu mengangguk dan tersenyum.
"Makasih banyak, Mi. Ale gak mau janji, tapi Ale bakal buktiin kalo Ale beneran sayang sama Lisa."
Lagi-lagi Raisa tersenyum mendengar pernyataan Areeza. Ibu dari dua anak itu menoleh ke arah Lisa, ia mengelus pelan bahu anaknya.
"Anak Mama udah gede, ya? Udah punya pacar," ujar Raisa sengaja menggoda anak sulungnya.
"Malu, ih!" geram Lisa tertahan. Ia meredam suara dan juga lengkungan senyumnya.
"Malu-malu kamu. Makan sana!" perintah Raisa.
Lisa langsung beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju dapur tanpa berpamit pada Raisa dan juga Areeza. Dirinya sungguh kepalang malu, ditambah lagi dengan pernyataan pacarnya yang membuatnya jantungnya bergetar di dalam sana.
Gadis itu tersenyum di meja dapur. Perlu Lisa akui, Areeza adalah sosok yang gentleman. Ia berani mengakui, ia juga berani membuktikan, bukan hanya ucapan semata. Areeza, adalah sosok pertama yang dapat membuatnya merasa jatuh cinta. Bukan hanya jatuh, tapi cinta itu benar-benar terasa.
"Malu tuh, Al," kata Raisa. Ia menengok ke arah belakang dan tidak menemukan tanda-tanda Lisa akan kembali.
Areeza terkekeh. "Emang, maluan banget anak Mimi, tuh. Untung aja, Ale bisa dapet," jawabnya santai.
"Dia anaknya gak terbuka, kalo kamu bisa buka diri dia yang pernah dia kasih liat ke orang lain, itu tandanya kamu orangnya. Orang yang bisa ngebuat dia percaya dan juga bisa ngebuat dia nyaman," jelas Raisa.
Terlihat dari sisi Lisa yang pendiam, gadis itu memang terlihat tak tersentuh. Meski dirinya ikut organisasi, di kelas juga banyak yang menyukainya, tetap saja, pilihannya untuk bertemu hanya pada Mika. Ia sulit untuk menemukan suasana baru memang.
"Ya... Semoga aja sama Ale bisa lembek ya, Mi. Ale juga pengen liat sisi Lisa yang manja, yang ini yang itu. Hubungan kita kan juga belum lama, mungkin Lisa masih susah untuk terbuka dan nyaman sama Ale," ucap Areeza.
Raisa mengangguk setuju. "Sabar aja, dengan kamu yang udah jadi pacarnya, udah dipastiin kalo dia nyaman sama kamu dan suka sama kamu. Dia gak mungkin buang-buang waktu buat hal kayak gini."
Areeza kembali mengulum senyumnya. "Iya, sih, Ale percaya banget kalo Lisa suka sama Ale. Lisa gampang salting, Mi, Lisa lucu kalo lagi malu-malu kayak tadi." Cowok itu sangat suka menggoda Lisa, hal itu dapat membuatnya melihat wajah Lisa yang memerah dan menunduk malu. Sikapnya itu membuat Areeza merasa sangat gemas.
Dua insan berbeda usia itu berbincang terus-menerus tanpa memperdulikan Lisa yang tak kunjung kembali. Bak ibu dengan anak, Raisa dan Areeza tak lagi sungkan untuk membicarakan banyak hal. Toh, semasa Areeza masih kecil, Raisa suka mengajaknya bermain dengan Adeeza. Ia menganggap anak kembar itu sebagai anaknya sendiri. Hingga akhirnya ia ditakdirkan menikah dengan pujaan hati dan memiliki Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREEZA [END]
Ficção AdolescenteAreeza Gilang. Cowok yang diberi julukan prince of school itu menjabat sebagai kapten futsal di SMA Dermaga. Gayanya yang slengean dan jiwanya yang humoris itu mampu menghipnotis para gadis di sekitarnya, terkecuali sang ketua cheers. Ia sudah hampi...