AREEZA - 24

924 87 100
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Seorang laki-laki berpakaian seragam lengkap tengah menelungkupkan kepalanya di bawah lipatan kedua tangan. Pagi-pagi pelajaran fisika sangatlah membosankan, bukan? Ia tak mendengarkan gurunya sama sekali ketika guru tersebut mengulang materi fisika dari kelas sepuluh. Dengan kebiasaannya yang belum sembuh, Areeza berpikir untuk mengajak sahabatnya merencanakan sesuatu.

Cowok itu menegakkan kepalanya dan menoleh ke arah Darez yang sedang sibuk bermain game online di ponselnya.

"Ssstttt." Areeza berbisik pelan.

"Apaan?" tanya Darez tanpa menoleh. Ia mendengus sedikit ketika merasa terganggu oleh haluan Areeza.

Sang sahabat pun mendekatkan kepalanya ke telinga Darez. "Mau cabut gak?"

"Gas! Alesan apa?" Darez menaik-turunkan alisnya tertarik dengan rencana Areeza.

"Lo pura-pura sakit aja, nanti kita alesan ke UKS," titah Areeza.

"Oke." Darez mengangguk setuju.

Cowok itu mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam saku, lalu ia berdiri dan...

Bruk!

"Bu, Darez jatoh!" Bukan, bukan suara Areeza, melainkan suara Toni, cowok cupu di kelas Areeza.

Sontak dengan gerakan cepat Areeza menghampiri Darez yang pura-pura pingsan. Bu Friska pun, selaku guru fisika yang tengah mengajar disitu menghampiri Darez dan menyuruh Areeza untuk membawanya ke UKS.

Pada akhirnya Darez digotong dengan Areeza, Toni dan satu teman lainnya ke UKS.

"Yes, berhasil!" Darez membuka matanya sedikit melihat wajah teman-temannya yang tengah menggotong dirinya.

"Kalian balik aja dulu, gue nunggu penjaga UKS-nya dateng," ujar Areeza pada dua temannya.

"Oke, Reez," jawab Toni, lalu ia pergi bersama teman yang lainnya.

Usai mereka berdua pergi, Darez membuka matanya dan tertawa kesenangan dengan Areeza. Akhirnya, mereka bisa keluar dari jeratan fisika.

"Akting lo makin bagus kayaknya," ujar Areeza diakhiri dengan kekehan.

"Yoi, Bro! Udah cocok belum jadi artis?" tanya Darez sembari berpose-pose.

Areeza berpikir seraya duduk di atas brankar samping brankar Darez. "Emm, kayaknya sih, enggak."

"Iri aja lo, Tukiman!"

"Hei, Sukijan!" balas Areeza.

Mereka tertawa terbahak-bahak tanpa mempedulikan ada seseorang yang mendengar apa tidak. Lagi pula, tumben sekali penjaga UKS tidak ada. Apakah ini bisa disebut sebagai rezeki?

Tiga tahun SMA, pasti mereka tidak akan melupakan kenangnya di sini. Hingga saat ini, mereka masih menikmati  sisa-sisa waktu yang ada untuk membuat cerita.

Darez melanjutkan game online-nya, dan Areeza merebahkan tubuhnya di brankar. Ia berniat untuk tidur hingga istirahat.

***

"Kak, bangun, kak."

"Permisi, Kak?"

Berkali-kali seorang siswa berjas merah khas anak OSIS itu membangunkan dua siswa yang tengah tidur tergeletak di UKS. Mereka benar-benar lelap. Sampai-sampai dipanggil berkali-kali tidak bangun, tubuhnya sudah diguncang pun tetap tidak bangun.

AREEZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang