AREEZA - 19

1K 110 4
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Seorang cowok sedang meregangkan otot-ototnya tubuhnya di atas kasur. Sembari tersenyum ia mengingat kejadian semalam yang membuatnya bahagia kelimpungan. Lagi-lagi ia membayangkan wajah gadisnya semalam. Menggemaskan sekali.

Cowok bernama Areeza itu beranjak dari kasur dan melangkahkan kakinya untuk membersihkan diri. Di pagi hari yang bahagia ini, bukankah ia harus berpenampilan baik?

Di sisi lain, ada gadis yang senantiasa menyisiri rambutnya di depan kaca rias. Jantungnya berdegup kencang sejak semalam. Yah, susah sekali memang mengendalikan isi hati, jadilah ia begini. Semalam adalah kejadian pertama yang sangat membuat dirinya kebingungan. Antara senang, dan juga malu tidak tahu akan bagaimana. Jika kedua orang tua Areeza sekaligus Adeeza tau, jika dirinya memiliki hubungan yang sedikit spesial dengan Areeza, kira-kira apa kata mereka?

Lisa melanjutkan kegiatannya, yaitu menata rambutnya dan memoles wajahnya. Tak perlu berlama-lama lagi, ia beranjak dari duduknya. Lisa keluar dari kamar dengan model rambutnya yang baru. Khusus hari ini, ia mengepang rambutnya menjadi satu. Ia terkena virus Adeeza, dan tentu saja, yang merekomendasikannya untuk mengepang rambut juga Adeeza.

"Tuh, kan, Lis, kamu jadi cantik banget!" ujar Adeeza penuh antusias.

"Gara-gara kamu juga," balas Lisa.

Gadis itu berpamitan kepada Adeeza untuk turun ke bawah dulu guna membantu Reina menyiapkan sarapan. Adeeza mengiyakan dan berkata akan membawakan tas Lisa ke bawah.

"Eh, Lisa. Kamu mau bikin susu apa hari ini?" tanya wanita setengah paruh baya yang cantik.

"Susu putih, Tan," jawab Lisa dengan senyuman manisnya.

"Panggil Buna aja, sih, biar sama kayak si kembar," titah Reina.

Lisa mengangguk setuju, lalu mulai bergerak membuat susu hangatnya.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang melihat mereka bercengkrama dari belakang.

"Indahnya... Pemandangan di pagi hari. Ibuku, dan istriku rukun." Areeza tersenyum membayangkan ucapan yang ia katakan benar-benar terjadi di masa depan.

"Liat apa, Al?"

Areeza terjingkat kaget mendengar suara yang menyapanya dari belakang.

"Baba, ish! Kaget tau!"

"Maaf. Liatin Lisa kamu?" tanya Galang, sembari melihat objek yang dipandang sang anak.

"Emm... Enggak!" Cowok itu menggeleng tegas.

"Kamu liatin juga gak papa," kata Galang singkat, lalu beranjak duduk di meja makan.

Areeza pun ikut duduk di meja makan, disusul oleh Reina dan Lisa yang menaruh beberapa piring yang sudah berisi makanan untuk sarapan mereka.

"Pagi, semuanya...!"

Gadis berkepang satu dengan tas di pundaknya sekaligus tas ransel di tangannya itu berjalan menuju meja makan. Ia menyapa kedua orangtuanya, kembarannya dan juga gadis lain dengan senyuman manisnya.

"Pagi, Deez," jawab Galang a.k.a Baba.

"Pagi, Deeza." Reina membalasnya juga dengan senyuman.

Wanita kisaran berumur empat puluh itu menyiapkan sarapan anggota keluarganya masing-masing. Mereka menikmati sarapan dengan khidmat. Meski dua di antara mereka ada yang saling curi-curi pandang.

Usai sarapan seperti biasa, masing-masing dari mereka berpamitan untuk keperluannya masing-masing. Seperti biasa pula, Adeeza berangkat dengan Liam, dan Areeza mengajak Lisa untuk ke sekolah bersama.

AREEZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang