HAPPY READING!
.
.
.
.
.Merasa namanya dipanggil, cowok itu menoleh ke sumber suara. Saat teman kekasihnya itu memberitahu suatu informasi, ia langsung bergerak cepat sembari menggeleng-gelengkan kepalanya terheran. Apalagi yang bisa sahabatnya lakukan itu selain bertarung. Darez memang memiliki emosional yang buruk.
Areeza melangkahkan kakinya cepat setengah berlari, sembari disusul oleh Lisa dan Mika dari belakang.
"Sa, kayaknya feeling gue bener deh." Tiba-tiba saja Mika mengucapkan hal yang mudah dipahami oleh Lisa. Dari raut wajahnya saja sudah terbaca Mika membicarakan perihal apa.
Lisa mengangguk. "Emang bener, Mik."
Mereka terus berjalan sampai berhenti di titik Darez dan Abra bertarung.
Tanpa basa-basi lagi, Areeza langsung saja masuk ke tengah-tengah mereka dan meminta beberapa orang di sana untuk membantunya melerai pertikaian tersebut.
Dengan napas yang tersengal-sengal, Darez masih sempat mengumpati murid baru itu.
"Anjing, lo! Pergi lo, anak hama!" teriaknya kuat.
Abra sama sekali tidak menjawab umpatan Darez. Cowok itu sudah cukup sakit dengan lebam yang sangat membiru di sudut bibir dan matanya. Begitu pula dengan Darez, seragamnya sudah berantakan dan lubang hidungnya mengeluarkan darah.
"Al, kita bawa mereka ke UKS dulu, ya. Sebelum ketahuan guru, nanti makin ribet," saran Lisa.
Cowok itu mengangguk setuju dan langsung menggeret Darez dari sana. Sedangkan Abra, ia dibantu oleh Mika dan Lisa menuju ke UKS juga.
Sesampainya di sana, Lisa membantu membersihkan luka di hidung Darez, dan Mika membantu mengobati luka Abra.
Dengan cekatan Lisa membuka kotak P3K. Ia tak ingin telat masuk kelas dan tak ingin ada penjaga UKS tahu jika ada yang habis bertengkar. Pasti akan lebih sulit.
Di belakang punggung kecil gadis cantik itu, ada Areeza yang menahan rasa kesalnya ketika melihat Lisa mengobati Darez. Namun, ia tahan sebab Darez adalah sahabatnya. Ia tidak boleh terlihat kaku dan terlalu pencemburu di depan kekasihnya.
Sedangkan di sisi lain, ada Mika yang masih terdiam sembari mengobati luka-luka Abra yang membiru dan berdarah.
Beberapa menit telah usai, Abra mengucapkan terima kasih dan melenggang pergi tanpa menjelaskan apapun. Begitu pula dengan Mika, ia hanya mengangguk tanpa menanyakan apapun, sebab ia sudah menemukan jawaban dari pertanyaannya.
"Lis, balik kelas gak?" tanya Mika, seraya melirik Darez yang terbaring dengan matanya yang terpejam.
Lisa mengangguk. "Ayo." Sebelum beranjak, gadis itu menoleh ke Areeza dan berkata, "Kamu jangan bolos, biarin Kak Darez sendiri di sini," titahnya.
Areeza tersenyum, lalu menggeleng. "Gak bisa. Aku sama Darez sepaket. Kalo Darez di sini, aku juga berarti di sini," jawabnya santai.
Gadis itu hanya menghela napas pelan. "Terserah kamu, deh."
Lisa dan Mika melangkahkan kakinya pergi menuju kelas meninggalkan dua anak muda itu bersantai ria di UKS.
Sembari berjalan menuju kelas, Mika tiba-tiba bertanya mengenai pertanyaan yang terus bersarang di kepalanya.
"Sa, mereka sodaraan ya?" Mika menoleh ke arah Lisa.
Gadis itu mengangguk ragu. "Ya, kayaknya sih, gitu. Aku gak mau ikut-ikut sebelum Kak Darez sendiri yang bilang ke kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
AREEZA [END]
Fiksi RemajaAreeza Gilang. Cowok yang diberi julukan prince of school itu menjabat sebagai kapten futsal di SMA Dermaga. Gayanya yang slengean dan jiwanya yang humoris itu mampu menghipnotis para gadis di sekitarnya, terkecuali sang ketua cheers. Ia sudah hampi...