AREEZA - 32

899 57 0
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Gadis berambut panjang nan lurus itu melangkah menyusuri koridor sembari berkomat-kamit kesal dengan kejadian tadi pagi yang baru saja ia lalui. Pasalnya, Mika bertemu dengan seseorang yang ia suka, sekaligus kini seseorang yang ia benci. Darez. Lelaki itu membuatnya bingung, sikapnya membuat Mika maju dan juga mundur. Apalagi waktu bertemu tadi di depan gerbang, cowok itu menagih janji Mika yang akan mencintainya secara brutal. Lantas apa yang harus Mika lakukan sekarang? Apakah ia harus benar-benar menjadi cegil a.k.a cewek gila?

"Huhh!" dengus Mika kesal. Ia membanting tas-nya di atas meja dan langsung mendaratkan bokongnya di atas kursi kayu itu.

Lisa yang melihat temannya dengan raut wajah kesal itu langsung saja menegurnya. "Kenapa, Mik? Pagi-pagi udah kesel aja."

"Tanyain noh, sama Darez babi! Kesel banget gue! Awas lo ya, Darez!" jawab Mika dengan nada kesalnya. Ia tak lagi memakai embel-embel 'Kak' apabila sudah kesal seperti ini.

Gadis di sampingnya itu ikut duduk di samping Mika. Ia menoleh ke Mika dengan tersenyum tipis.

"Kenapa lo? Senyam, senyum," tukas Mika.

"Apa sih, galak banget. Nanti Kak Darez makin jauh, loh," balas Lisa.

Mika menoleh ke Lisa dengan matanya yang melotot tajam tanda tanduknya segera muncul.

"Biar apa? Biar gue kejar dia sampe mampus!"

Lisa hanya menggelengkan kepalanya melihat Mika yang pantang menyerah. Yah, semoga saja cinta sang sahabat akan segera terbalas. Mengingat kisahnya juga masih berjalan dengan mulus, ia berharap seterusnya akan seperti ini.

Ting!

Suara notifikasi pesan keluar dari ponselnya. Segera ia ambil benda persegi panjang itu dari loker meja.

Ale

Nnti ke kantin bareng ya?

Maaf Al, aku harus ke ruang OSIS, ada rapat bentar

Ok.

Lisa menghembuskan napasnya perlahan. Perlu ia akui, bahwa akhir-akhir ini ia sibuk dan tidak ada waktu untuk Areeza. Namun,  apa yang bisa ia perbuat? Ia hanya menjalankan kehidupannya secara merata. Meski ia suka dengan Areeza, tetapi kewajiban di sekolah tetaplah yang paling utama bukan? Ia harap, Areeza paham dengan itu.

***

"Sa, ke kantin?" tanya Mika.

Sahabatnya itu menggeleng pelan. "Mau ke ruang OSIS dulu," jawabnya seadanya.

Mika melengos, lalu mencebikkan bibirnya malas. "Ya elah, si paling OSIS."

"Mau gimana lagi, Mik. Dah, aku duluan ya," balasnya yang kemudian langsung meninggal Mika pergi dari sana.

Sedangkan Mika, dengan terpaksa ia harus ke kantin sendirian lagi. Daripada tidak makan, kan? Perutnya sudah bernyanyi sedari tadi, ia harus mengasihani cacing-cacingnya.

Gadis itu mulai melangkah demi langkah menuju ke kantin. Sampai pada satu langkah lagi ia memasuki area kantin, tiba-tiba saja ada yang memegang pundaknya.

"Eh!" kagetnya. Sontak ia menoleh ke belakang.

"Elo! Kaget deh, gue!" kata Mika.

"Sorry. Lo mau ke kantin, kan? Gue boleh nebeng gak? Belum ada temen," ujar Abra. Ya, cowok itu adalah Abra. Adik tiri dari Darez.

AREEZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang