AREEZA - 16

1.1K 110 26
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Hari semakin malam. Rintik hujan mulai berhenti. Di atas motor yang melintasi jalan raya yang ramai, dua insan berdiam diri sebab apa yang dipertanyakan oleh salah satu di antara mereka. Sudah malam. Waktunya mereka pulang bukan? Sang ibu pun sudah berkali-kali menghubungi pemuda tersebut guna menanyakan kabar gadis yang bersamanya, bukan dia. Tentu saja ia menghawatirkan anak gadis dari sahabatnya. Tapi ia percaya, bahwa anak laki-lakinya bisa menjaga gadis manis itu dengan baik.

Areeza melirik gadis di belakangnya dari spion motor. Gadis itu memeluk dirinya sendiri. Padahal, tubuhnya sudah dilapisi oleh jaket jeans miliknya. Namun, terlihat belum bisa menghangatkan tubuh gadis itu. Apakah kalian berharap jika Areeza akan menyuruh gadis itu untuk memeluknya? Jawabannya jelas tidak. Ia tidak berani untuk itu. Mengingat pertanyaannya tadi tak dijawab oleh Lisa, membuat dirinya mengerti jika pertanyaannya cukup sensitif untuk gadis itu. Ia memilih diam dan mengalihkan topik pembicaraan tadi sembari menikmati panasnya bakso sembari mendengar rintik-rintik hujan di kota Bandung.

Sedangkan di dalam lubuk hati Lisa, ia lelah memendam rasa bersalahnya. Lelah dan takut untuk mengingat masa itu. Masa di mana ia senang, kemudian sedih. Ia tidak berani untuk menceritakannya ke siapapun. Yang mengerti perihal ini hanya Nenek dan Mamanya saja. Lisa memejamkan matanya, berharap ia bisa melupakan rasa bersalahnya dan juga ia ingin cepat-cepat sampai rumah. Ia terlalu lelah untuk hari ini.

***

Lisa sudah berada di kelasnya. Bersama Mika, ia mengerjakan tugas sosiologi yang ia lupakan kemarin sebab terlalu senang pergi dengan Areeza. Hari ini ia berangkat dengan Adeeza. Seperti biasa, lagi-lagi kembaran Adeeza itu terlambat bangun. Lisa tidak memusingkan hal tersebut. Ia kembali fokus menyalin tugas temannya. Huft, belum apa-apa ia sudah lupa seperti. Lain kali tidak boleh. Ia harus rajin, meski tidak ranking satu di kelas. Itu motonya dari dulu.

Hari pertama dimulai dengan mata pelajaran sosiologi. Guru muda dengan perawakannya yang cukup tinggi sekaligus cantik itu memasuki kelas. Diajar oleh guru tersebut membuat mereka yang ada di dalam kelas semangat, apalagi para siswa. Selain cantik, guru itu juga humble dan asik. Lisa dan Mika tak luput menelisik guru itu sedari tadi.

"Selamat pagi, anak-anak," sapanya dengan senyuman yang merekah.

"Selamat pagi, Bu...," sahut mereka semua.

"Hari ini kita mulai pembelajaran santai-santai dulu aja, ya. Sekalian kita saling kenalan," ucap guru tersebut.

"Baik, Bu...."

Guru muda tersebut dengan senang memperkenalkan dirinya. Setelah itu, ia juga menyuruh seluruh murid di kelas ini untuk maju ke mejanya guna berkenalan sendiri-sendiri pada dirinya.

Usai berkenalan, guru tersebut mengecek tugas yang ia berikan Minggu lalu saat ia tidak bisa masuk kelas.

"Tumben lo lupa tugas," kata Mika.

"Iya, kemaren pulang malem." Damn! Lisa keceplosan. Matanya melotot terkejut melihat Mika yang memandangnya dengan penuh pertanyaan.

"Pulang malem? Emang lo dari ke mana aja kemaren? Hayo, ngaku! Lo abis dari mana?" Mika terus menyudutkannya dengan berbagai macam pertanyaan.

Lisa menghembuskan napasnya keras. Kalau sudah seperti ini, mau tidak mau ia harus menceritakannya. Karena kalau tidak, Mika akan terus mengejarnya.

"Kemaren aku ke Bandung sama Ale."

"WHAT?! KE BANDUNG? SAMA KAK AREEZA?!"

Dengan sigap Lisa menutup mulut besar Mika dengan satu telapak tangannya. Akibat suara besar milik Mika itu membuat teman-teman yang lain di kelas menoleh ke arahnya. Dan untuk guru itu, entak sejak kapan sudah tidak ada lagi di bangkunya.

AREEZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang