HAPPY READING!
.
.
.
.
.Matahari telah terbit, cahaya masuk melalui celah-celah jendela yang membuat beberapa pasang mata silau.
Seorang gadis yang tertidur telungkup di samping brankar mulai membuka matanya perlahan. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya agar lebih segar. Kemudian matanya mengedar melihat seseorang di atas brankar masih terlelap.
Mika berdiri dan melangkahkan kakinya untuk ke toilet. Ia akan mandi sebelum Darez bangun.
Beberapa menit ia gunakan untuk mandi, lalu ia keluar dari toilet dengan keadaan sudah bersih dan rapih. Tinggal berdandan saja setelah ini. Ia tak mungkin percaya diri untuk tampil tidak menggunakan riasan apa-apa di depan Darez.
Baru saja ia hendak membuka tas make up-nya, tapi suara ketukan pintu menggagalkannya.
"Permisi," ujar Perawat yang masuk ke dalam ruangan itu dengan sang Dokter.
"Saya periksa dulu, ya," kata Dokter tersebut. Dokter laki-laki itu menggunakan stetoskopnya untuk memeriksa keadaan Darez, hingga pemuda itu terbangun dari tidurnya.
"Kondisinya sudah mulai stabil ya, perkembangannya cukup bagus dan cepat."
"Berarti udah boleh pulang, Dok?" tanya Darez.
Dokter itu mengangguk. "Boleh saja jika anda sudah kuat berdiri. Silahkan selesaikan administrasinya terlebih dahulu, ya."
"Baik, Dok. Terima kasih," jawab Mika diakhiri dengan senyuman tipis.
Sang Perawat dan Dokter itupun berpamitan dan keluar dari ruang rawat Darez.
"Emang lo udah kuat jalan, Kak?" tanya Mika.
"Udah. Gue bosen banget di sini," jawabnya.
"Pucet banget lo." Tiba-tiba Darez mempertanyakan wajahnya dengan tatapan heran.
Sontak Mika memegang wajahnya terkejut. Ia lupa jika dirinya belum berdanda. Bukan make up tebal yang sering ia pakai, tapi setidaknya ia harus memakai bedak dan lipstik.
"AAA! GUE BELUM PAKE BEDAK!" teriaknya histeris. Ia membalikkan tubuhnya dengan cepat. Ia terlanjur malu, wajah polosnya dilihat oleh Darez.
"Cantik," gumam Darez diakhiri dengan senyuman tipis.
Gadis itu membuka tas make up-nya dan mulai berdandan tipis. Setelah ini ia akan mengabari Abra untuk menyuruhnya datang kemari. Ia dan Abra akan mengurus administrasi Darez.
"Nah, udah," gumam Mika saat riasannya sudah selesai dan melihatnya dari kaca rias kecil.
Gadis itu berdiri dan menghampiri Darez di brankar-nya. "Kak, lo mau mandi gak? Eh--" Mengapa Mika mengatakan itu? Bodoh sekali! Ia sangat malu sekarang.
"Hm, sorry-sorry, nanti aja nunggu Abra," lanjutnya.
Darez terkekeh pelan, lalu berkata. "Genit banget lo mau mandiin gue."
"Ih, siapa juga yang mau mandiin!" balas Mika ketus.
"Itu tadi apa? Lo nawarin gue mandi."
"Ya maksud gue, gue bantuin ke kamar mandinya doang. Sisanya lo sendiri lah," jelas Mika.
Darez ber'oh' ria mengiyakan perkataan Mika. Ia senang dapat melihat wajah masam gadis itu lagi. Sudah lama ia tak melihat Mika marah-marah padanya. Ia menoleh ke arah Mika yang tengah menelepon Abra. Gadis itu sama sekali tak berubah. Hanya saja embel-embel 'Kak' kembali padanya dan sekarang lebih sopan. Mika kembali menganggapnya sebagai kakak kelas, bukan lagi seseorang yang ia sukai. Darez tak suka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREEZA [END]
Teen FictionAreeza Gilang. Cowok yang diberi julukan prince of school itu menjabat sebagai kapten futsal di SMA Dermaga. Gayanya yang slengean dan jiwanya yang humoris itu mampu menghipnotis para gadis di sekitarnya, terkecuali sang ketua cheers. Ia sudah hampi...