AREEZA - 41

703 50 0
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Suara ayam berkokok menyeruak di pendengaran Darez. Ia perlahan membuka kedua bola matanya, lalu beranjak dari kasurnya ke kamar mandi.

Selang beberapa menit, pemuda dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya keluar dari kamar mandi. Ia nekat akan ke sekolah hari ini. Tak peduli jika dimarahi, ia akan tetap ke sekolah. Oh iya, lupa, siapa pula yang akan memarahinya? Memang ada yang peduli?

Cowok itu kembali berkaca di depan kaca riasnya. Ia menata rambutnya, lalu menyemprotkan parfum favoritnya ke seluruh tubuh.

Setelah rapih berdandan, Darez keluar dari kamarnya sembari membawa tas ranselnya yang kosong di punggung. Ia melangkahkan kakinya ke kamar sebelah, kamar Abra.

Ia mengetuk pelan pintu kamar Abra. Sekali, dua kali. Terbukalah pintu kamar itu menampakkan Abra yang masih baru bangun dari tidurnya.

"Loh, lo gak sekolah?" tanya Darez terkejut melihat Abra yang belum ada persiapan apa-apa.

"Enggak, kan, kelas sepuluh sama sebelas bebas mau masuk apa nggak," jawab Abra jelas.

Darez mengangguk mengerti. "Ya udah deh, gue berangkat sendiri aja."

"Emang badan lo udah enakan? Sok banget mau sekolah sekarang," ujar Abra.

Darez terkekeh pelan. "Kuat gue mah." Abra mengangguk. "Hati-hati, lo."

Laki-laki mengangguk menanggapi sang adik, kemudian menuruni anak tangga untuk turun ke bawah. Ia akan ke dapur terlebih dahulu mencari sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

Sesampainya di dapur, ia langsung saja membuat roti bakar dengan selai kacang kesukaannya. Saat ia sedang menyantap makanannya, datanglah wanita setengah paruh baya mendekat ke arahnya.

"Gimana kabar kamu, Rez?" tanya wanita itu, Marisa-mama Abra sekaligus ibu tirinya.

Darez mengangguk. "Lumayan baik." Ia menjawab singkat sembari terus mengunyah makanannya.

"Kamu mau ke sekolah? Dianter supir aja ya," titah Marisa.

"Engga--"

"Udah, sama supir aja. Mama takut nanti kamu gak kuat bawa motor sendiri," potong Marisa.

"Mama?" batin Darez bergumam. Entah berapa lama ia tak mengatakan dan mendengar kata itu.

Alhasil, cowok itu mengangguk tanpa membantah lagi. Ia menyelesaikan sarapannya, dan berangkat ke sekolah dengan supir yang sudah Marisa siapkan. Ia juga berpamitan dengan sopan pada Mama Abra sebelum melenggang pergi dari rumah.

***

Sesampainya di sekolah, Darez langsung memasuki area yang ia rindukan itu. Gedung-gedung yang penuh kenangannya bersama Areeza. Pasti sahabatnya terkejut melihat dirinya yang datang kemari.

"Rez, lo udah sembuh?" tanya salah satu teman di kelasnya. Mereka semua yang di kelas terkejut melihat sosok Darez yang tiba-tiba hadir ke sekolah. Pasalnya, Areeza sama sekali tidak menginformasikan perkembangan Darez pada teman-teman sekelas.

"Udah." Cowok itu mendaratkan bokongnya di bangkunya. Darez tersenyum sendiri melihat Areeza yang belum datang, entah apa reaksi sahabatnya itu.

"Oh iya, hari ini--"

"REZ?! LO NGAPAIN DI SINI?"

Baru saja Darez hendak menanyakan hari ini ujian praktik apa kepada temannya yang lain, suara menggelegar Areeza di ambang pintu menggagalkan pertanyaannya.

AREEZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang