HAPPY READING!
.
.
.
.
.Lisa menundukkan kepalanya takut. Sedari tadi ia sudah dimarahi oleh kakak tingkat OSIS-nya karena diduga membantu Areeza untuk lolos dari hukuman. Gadis itu sudah menjelaskan yang sebenarnya, tapi tetap tidak percaya. Saksi pun hanya adik tingkat yang tak berani melawan kakak kelas tersebut yang menjabat sebagai ketua divisi mereka sekarang. Alhasil, Lisa juga dihukum berdiri di tengah lapangan menghadap ke tiang bendera sampai pukul 12 siang. Huft, kesal sekaligus marah. Ia enggan bertemu dengan Areeza.
"Maaf," ujar cowok itu. Ia menghampiri Lisa dan ikut berdiri di sampingnya.
Lisa tak menoleh sedikit pun. Ia sangat mengenali suara ini.
"Maafin gue. Gue gak betah dihukum lama-lama, pasti lo juga, kan?" ujarnya lagi.
"Tapi yang namanya hukum harus tetep dilakuin, Al." Lisa menjawabnya dengan perasaan dongkol.
"Iya-iya gue tau. Tapi, kan... Dahlah." Areeza melenguh lelah.
Gadis di sampingnya melengos. "Yang kesel kan harusnya aku," gumamnya.
"Salah siapa telat semenit doang gak dibolehin masuk," cibir Areeza.
Lisa meliriknya. "Semenit juga udah termasuk telat! Makanya jangan telat!"
"Sok galak ih." Cowok itu semakin gencar menggoda Lisa yang tengah kesal.
"Biarin," gumam Lisa.
"Ngapain kamu di sini? Masuk kelas aja sana," suruh Lisa.
"Kan, masih dihukum. Anggep aja nemenin lo di sini," balas Areeza.
"Gak ada yg minta ditemenin, tuh." Lisa masih ketus kepadanya.
"Gue yang mau. Kenapa? Gak boleh?"
Lisa menghela napasnya dan memutar kedua bola matanya malas. Pantas saja jika adik kembarnya tidak betah dengan dirinya, karena Areeza memang se-menyebalkan itu.
Usai berdebat sebentar, pada akhirnya mereka berdua tetap melaksanakan hukumannya hingga waktu yang sudah ditetapkan.
***
15.00 WIB
Waktu sudah sore. Kini waktunya siswa-siswi SMA Dermaga pulang sekolah.
Begitu pun dengan Lisa dan Mika yang tengah berjalan menuju keluar gedung sekolah. Mika berniat untuk menunggu jemputan di halte, dan Lisa menunggu angkutan umum untuk pulang. Hari ini Adeeza ada janji dengan Liam, maka dari itu mereka tidak bisa pulang bersama.
Hari ini, Lisa lelah. Ia ingin bermain dengan Daffi, sang adik. Tapi apa daya, keluarganya pulang ke jakarta masih lama. Ia harus bersabar di rumah Adeeza. Meski di sana juga nyaman, tapi tidak dengan bertemu Areeza setiap hari.
Tadi, setelah hukuman selesai, ia langsung masuk ke kelasnya dan bercerita dengan Mika atas kejadian yang menimpanya hari ini. Respon Mika hanya tertawa. Kurang ajar sekali temannya ini. Ia menertawakan dirinya sekaligus mengucapkan selamat atas kebersamaanku dengan Areeza selama beberapa jam. Memangnya Areeza ini siapa? Mengapa sikap orang-orang terlalu berlebihan dengannya?
Lisa juga bercerita mengenai ia yang dititipkan di rumah Areeza selama keluarganya pergi mengurusi bisnis Surabaya. Hal itu membuat Mika terkejut dan berteriak histeris. Ia bilang jika ia menjadi dirinya, ia tidak akan kuat serumah dengan Areeza. Mika berjanji akan mengunjunginya di rumah Areeza sekaligus ingin mengapel pada Darez. Ia akan ke sana jika Darez sedang ada di sana juga."Lis, gue pulang dulu, ya. Tuh, Mama udah jemput," ujar Mika seraya menunjuk mobil sedan hitam di depan halte.
Lisa mengangguk. "Oke. Hati-hati." Mika mengangguk dan meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREEZA [END]
Teen FictionAreeza Gilang. Cowok yang diberi julukan prince of school itu menjabat sebagai kapten futsal di SMA Dermaga. Gayanya yang slengean dan jiwanya yang humoris itu mampu menghipnotis para gadis di sekitarnya, terkecuali sang ketua cheers. Ia sudah hampi...