Kayana Adhigana.
Rajata Arya Danadipa, berani sumpah demi apapun kalau pria itu sungguh sangat membenci pemilik nama itu. Perempuan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, tau-tau masuk ke dalam kehidupannya dan secara ajaib menjadi istrinya sekaligu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gaiiiss, sebelum membaca tarik napas dalam-dalam ya.
Awas dibuat kesal 😬
✿✿✿
Kayana mengerjap perlahan usai mendengar suara tawa renyah yang dulunya cukup sering ia dengar. Usai kelopak matanya terbuka sempurna, Kayana tak langsung bangun dan beranjak dari tempat tidur.
Akibat menangisi nasibnya semalaman, ia jadi terlambat bangun. Maka daripada bertemu dengan Raja, kemudian mendengar pria itu menyapa dirinya dengan kalimat pedas hanya untuk menyakiti hatinya, Kayana lebih suka memandangi langit-langit kamar sembari menunggu sampai Raja meninggalkan rumah.
Setelah hampir satu menit tidak bergerak dari posisinya, Kayana beringsut bangun dan turun dari tempat tidur setelah tidak mendengar suara Raja lagi. Melangkah pelan menuju kamar mandi, Kayana menanggalkan semua pakaian yang melapisi tubuhnya untuk membersihkan diri.
Selesai dengan rutinitas paginya. Kayana yang sudah siap dengan pakaian rapi, mengayunkan langkah menuju pintu kamar yang membatasi kehidupannya dengan kehidupan Rajata Arya Danadipa selama empat bulan terakhir. Berdiri diam selama beberapa saat untuk memastikan bahwa Raja benar-benar sudah pergi, Kayana pun memberanikan diri untuk menggerakkan handle pintu.
Sayangnya, tepat setelah Kayana menarik pintu tersebut, ia mendapati sesosok pria tengah duduk di salah satu kursi yang menghadap ke arah kamarnya. Pria tampan yang sedang membaca koran pagi itu segera menyingkirkan kertas di depannya untuk menyapa sang istri yang berdiri di ambang pintu.
"Selamat pagi, Nyonya." sapa Raja dengan senyuman miring, sebelum menarik lengan untuk memeriksa arloji di pergelangan tangannya. "Tidurmu pasti nyenyak sekali ya. Jam delapan baru bangun." sindirnya.
Kayana ingin sekali membalas ucapan Raja dengan kalimat yang lebih pedas, yang mungkin bisa sedikit saja menyakiti perasaan Raja. Namun apalah daya, Kayana tidak memiliki keberanian sebesar itu.
Jangankan menjawab, memandang Raja saja dia tidak berani. Bibirnya terkunci rapat, bersama sekujur tubuhnya yang membatu. Yang bisa Kayana lakukan hanyalah diam dengan kepala tertunduk. Dia takut sekali menghadapi Raja yang menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.
"Kelelahan setelah menjahit?" Raja terkekeh halus seraya menggelengkan kepala.
Sebelum Raja mengucapkan kalimat yang lebih menyakitkan dari yang ia dengar barusan, Kayana mengangkat wajah dan menjawab dengan suara lirih. "Maaf, Mas."
"Bagaimana? Maaf?" ujarnya dengan senyum miring.
"Kamu tidak malu dengan Marni?" Sayangnya, Raja tidak akan merasa puas dan berhenti menghina Kayana sebelum ia berhasil membuat wanita bodoh itu pergi dari rumahnya dan mengakhiri pernikahan bodoh yang menjerat mereka.