09

4.8K 443 24
                                    

Rencana Santika mengajak sang sahabat makan enak siang itu gagal total

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rencana Santika mengajak sang sahabat makan enak siang itu gagal total. Karena sudah terlalu lapar dan tidak tega melihat Kayana yang diam-diam masih melamun memikirkan pria yang sudah terlanjur ia nikahi. Santika mengajak sahabatnya itu untuk berbelok arah memasuki kedai ayam yang cukup nyaman untuk dijadikan tempat mengobrol.

Selama mereka duduk dan menyantap mie ayam milik masing-masing, Santika tidak membahas apapun mengenai Raja. Perempuan itu justru asyik menceritakan pekerjaannya, urusan cintanya, hingga masalah keluarganya. Santika bisa dengan mudah menceritakan beban pikiran yang sudah mengungkungnya selama dua minggu terakhir kepada Kayana.

Tapi Kayana tahu. Pembicaraan ini hanyalah awalan sebelum Santika mencecarnya habis-habisan. Terbukti setelah mangkuk yang ada di hadapan dua wanita muda itu kosong, Kayana menyadari bahwa ia sudah tidak bisa melarikan diri lagi dari tatapan Santi yang menyelidik penuh kecurigaan. Rasa-rasanya, perempuan itu bisa meluangkan waktu seharian hanya untuk mendengar cerita yang berusaha disembunyikan oleh Kayana.

"Kalau kejadiannya sudah di depan mata kayak tadi, kamu gak bisa membohongi aku lagi, Yan." Santika berucap seolah-olah bisa mendengar isi kepala Kayana.

"Sepertinya sih iya, San." Kayana mengangguk dengan ringisan getir.

"Jadi gimana ceritanya? Sejak kapan dan kenapa pernikahan kalian yang kelihatannya baik-baik aja itu bisa... berubah?" Santika berusaha mengatur kalimat serta nada suaranya supaya tidak terdengar menghakimi dan mengasihani.

"Entahlah, San..." Kayana menggeleng dengan helaan napas lemah. "Aku juga bingung gimana awalnya."

Membayangkan bagaimana sulitnya kehidupan Kayana selama ini, Santi tidak dapat menyembunyikan sorot matanya yang iba. "Sudah berapa lama kamu diperlakukan buruk oleh Raja?"

Tak mau sahabatnya salah paham, Kayana segera menampik tuduhan tersebut dengan kibasan tangan sambil berucap. "Mas Raja nggak seburuk itu, San."

Satu alis Santika terangkat tidak percaya ditemani bibirnya yang tersenyum miring. "Oh ya?"

"Iya." Kayana buru-buru mengangguk.

"Kalian tidur sama-sama?" Lalu menggeleng cepat untuk mengoreksi kalimatnya sebelum mencondongkan badan ke tempat Kayana. "Apa kalian bahkan tidur di ranjang yang sama?" bisik Santika dengan hati-hati.

Kayana menggigit sudut bibirnya cemas. "Uhm..."

"Astaga Kayana..." belum sempat mendapat menjawab, Santika sudah mendesah sambil mengistirahatkan punggung pada sandaran kursi. "Jadi kamu membohongi kami semua?"

"Membohongi apa?" kening Kayana mengkerut dalam, pertanda bahwa ia tidak menyukai kalimat Santika yang terdengar seperti menuduhnya. Asal tahu saja, dalam masalah ini dia juga menjadi korban.

Santika manggut-manggut, menyadari bahwa ucapannya barusan telah menyakiti perasaan Kayana. Tanpa mendengar penjelasan lengkapnya pun, Santika sudah mengetahui bahwa alasan utama Kayana menyembunyikan masalah rumah tangganya dari semua orang adalah demi kesehatan Pramana. Santika sangat memahami posisi Kayana yang terjepit. Hanya saja, dia sedikit kesal karena Kayana menanggung beban berat seperti ini seorang diri.

Setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang