Kayana Adhigana.
Rajata Arya Danadipa, berani sumpah demi apapun kalau pria itu sungguh sangat membenci pemilik nama itu. Perempuan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, tau-tau masuk ke dalam kehidupannya dan secara ajaib menjadi istrinya sekaligu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pria muda yang berbaring di atas tempat tidur itu mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali, berupaya mengembalikan kesadarannya yang sempat buyar. Mendapati lampu gantung menghiasi langit-langit di atas kepalanya, Raja menyadari kalau sekarang ini ia sudah berada di dalam kamarnya sendiri.
Sesaat setelah kesadarannya mulai kembali, Raja baru teringat kalau sebelum ini, ia sempat berdebat dengan papa dan mamanya di ruang duduk. Sepertinya, setelah itu ia benar-benar pingsan.
Menengok perlahan ke arah lain, Raja menemukan Aryadana tengah duduk di sofa tengah sembari membaca buku di tangannya, sementara Laksita sudah berbaring di sofa yang sama dengan berbantalkan paha sang papa.
Entah mengapa, usai menyaksikan pemandangan yang sudah sering ia saksikan dan sebelumnya terasa biasa saja itu, timbul perasaan iri dalam hati Raja. Rupanya, selama ini ia telah melewatkan sesuatu yang sangat penting.
Biarpun Aryadana terkenal memiliki kepribadian keras dan selalu mendidik kedua putranya dengan disiplin. Namun tak pernah satu kalipun Raja melihat papanya bersikap buruk kepada mamanya. Aryadana selalu memperlakukan Laksita dengan lembut serta penuh kasih sayang.
Bila Raja menggali ingatannya jauh lebih dalam, ia juga belum pernah melihat kedua orangtuanya bertengkar sampai papanya tega mengeluarkan kata-kata kasar yang menyakiti hati sang mama.
Sangat berbeda dengan dirinya yang di setiap ucapannya, sengaja menyelipkan kalimat hinaan serta kasar hanya untuk membuat Kayana sakit hati. Raja pun tak tahu kesalahan fatal apa yang sudah Kayana perbuat terhadap dirinya sehingga dia begitu tega menyakiti perempuan tidak bersalah itu sedalam yang ia sanggup lakukan.
Teringat sosok Kayana, secara otomatis mengingatkan Raja akan perceraiannya dengan wanita itu. Tak ingin terlambat memperbaiki kesalahannya, Raja beringsut bangun dari tempat tidur. Gerakan lamban yang mengundang perhatian Aryadana, hingga pria setengah baya itu menoleh ke arah sang putra sulung.
"Istirahat saja, Raja. Kalau kamu menemui Kayana dalam keadaan seperti ini, Papa tidak bisa membayangkan kejadian buruk yang akan menimpa keluarga kita jika kamu pingsan di tengah jalan." ucap Aryadana seraya menutup buku di tangannya.
Tak memiliki tenaga untuk membantah, Raja hanya mampu mengusap wajah bersama napas berat yang terhembus lewat mulutnya. Sejujurnya, Raja memang masih kelelahan. Kepalanya terasa pening dan pandangannya mulai berkunang-kunang.
Apa yang dibicarakan oleh sang papa memang benar adanya. Ia tidak boleh menciptakan masalah lain, untuk menyelesaikan masalah yang ia ciptakan sebelumnya.
"Maafkan Papa, Raja." tutur Aryadana sembari memandangi Laksita yang tertidur nyenyak di atas pangkuannya.
Sambil membelai lembut kepala sang istri, Aryadana kembali bersuara. "Maaf karena Papa tidak pernah benar-benar mengajari kamu bagaimana seharusnya menjadi seorang suami. Papa lupa kalau kamu terlalu muda untuk memahami itu semua."