19

5.8K 412 41
                                    

Keluar dari kamar tidur Kayana, Raja berhenti sejenak untuk menarik napas lebih dalam sebelum melanjutkan langkah menuju ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keluar dari kamar tidur Kayana, Raja berhenti sejenak untuk menarik napas lebih dalam sebelum melanjutkan langkah menuju ruang tamu. Selain berhadapan dengan Kayana yang sekarang ini tengah berpura-pura tidak mencintainya, Raja masih harus menghadapi orang-orang terdekat istrinya, yang jelas-jelas tidak suka padanya.

Namun seperti yang Raja katakan sebelumnya, niatnya untuk memperbaiki pernikahannya bersama Kayana tidak akan berubah. Meski sulit dan menyakitkan, Raja tidak akan mundur sebelum Kayana menerimanya kembali.

Selesai menyemangati dirinya sendiri, Raja mengayunkan langkah menuju ruang tamu. Dugaan Raja tidak sepenuhnya salah. Bersamaan dengan kakinya yang baru menginjak lantai ruang tamu, Raja segera disambut oleh sorot mata tajam dari beberapa orang yang ternyata masih berkumpul di sana.

Usai mendapati sosok Raja, Santika sontak melengos sambil melenggang pergi untuk memeriksa keadaan sahabatnya di dalam kamar. Di susul Mbok Suti, kemudian Pak Imam yang juga melewati Raja begitu saja. Hingga akhirnya, yang tertinggal di ruang tamu tak begitu luas tersebut hanyalah Raja, Alatas dan juga Pramana.

Merasa perlu menjelaskan maksud kedatangan dan niatnya untuk berbaikan dengan Kayana, Raja menghampiri tempat duduk Pramana, kemudian menaruh pantatnya di samping sang ayah mertua yang tak melepaskan pandangan dari sosoknya.

"Ayah," panggil Raja.

Pramana mengangguk, kemudian membalas panggilan tersebut dengan seutas senyum sebelum menjawab. "Raja, apa Aryadana sudah menyampaikan pesan ayah semalam?"

Meski berat hati untuk mengakui dan tidak rela kalau pembicaraan mereka saat ini didengar oleh Alatas, Raja tidak punya kuasa untuk tidak menganggukkan kepalanya dan menjawab.
"Sudah, Ayah. Tapi saya tidak mau berpisah dengan Kayana."

"Begitu ya." Pramana manggut-manggut. "Tetapi Raja, apa pun keputusan kamu, ayah akan tetap mendukung keputusan putri ayah. Yana yang paling memahami perasaannya, bukan kami semua."

"Saya mengerti maksud Ayah." Raja mengangguk paham. "Saya bersalah. Saya sudah melakukan kesalahan yang fatal. Tapi saya sungguh-sungguh tidak mau berpisah dengan Kayana, Ayah. Untuk itu, izinkan saya tinggal di sini. Saya ingin merawat dan menemani Kayana, Ayah."

Pramana tersenyum lembut. "Ayah tidak pernah melarang kamu tinggal di sini, Raja. Lagi pula, kamu masih jadi suami Yana." Kemudian menoleh ke arah Alatas yang ikut mendengarkan percakapan mereka.

"Kamu dengar, Alatas? Yana masih menjadi istri pria lain. Jadi paman harap, kamu bisa membatasi diri supaya tidak ada orang lain yang menggunjing Kayana"

"Tentu, Paman." Alatas mengangguk dengan senyum getir. Meski ucapan Pramana tidak salah, namun Alatas menganggap kalau Pramana masih belum sepenuhnya menerima kehadirannya.

"Lalu, Raja." Pramana kembali menoleh ke tempat Raja.

"Ayah menghargai niat baik kamu. Tapi jangan dikira ayah akan diam saja setelah mendengar perbuatan kamu terhadap Yana. Ayah tidak akan segan-segan mengusir kamu dari rumah ini, kalau kamu tidak bisa menjaga sikap." ujar Pramana dengan tatapan tegas.

Setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang