Kayana Adhigana.
Rajata Arya Danadipa, berani sumpah demi apapun kalau pria itu sungguh sangat membenci pemilik nama itu. Perempuan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, tau-tau masuk ke dalam kehidupannya dan secara ajaib menjadi istrinya sekaligu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Siapa yang mengajari kamu bersikap sombong seperti ini, Rajata?!" geram Laksita dengan kedua tangan mengepal kuat, bersusah payah menahan teriakannya.
"Entahlah." Raja mengedikkan bahunya tidak peduli. "Mungkin Mama dan Papa." kemudian melirik ke arah Kayana yang ternyata sudah berani mengangkat wajah dan membalas tatapannya.
Raja tidak menyesali ucapannya sekalipun Kayana tengah menatap dirinya dengan mata basah, tampak sangat kecewa usai mendengar ucapannya barusan. Raja tahu, Kayana pasti juga sudah lelah berpura-pura menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia bersamanya.
Karena momen seperti ini belum tentu datang lagi di lain waktu, Raja memutuskan untuk mengaku pada keluarganya, bahwa pernikahannya bersama Kayana adalah pernikahan yang gagal. Suka atau tidak, keluarganya harus menerima itu.
Tak perlu merasa bersalah pada siapa pun, karena Raja melakukan hal ini demi Kayana. Demi perempuan yang mengaku sudah membenci dirinya. Membenci kebiasaannya dan bahkan rambut panjang yang bisa ia potong.
Namun ada kejadian singkat yang menggelitik perasaan Raja dan menimbulkan efek tidak nyaman dalam dadanya. Sesuatu yang membuat Raja meragukan indera penglihatannya sendiri. Sebelum bertanya-tanya apakah ia mulai berhalusinasi.
Percaya atau tidak, dalam sepersekian detik barusan, Raja menyaksikan Kayana tersenyum kepadanya. Memang bukan senyuman bahagia. Tapi Raja berani sumpah kalau dia sungguh-sungguh melihat bagaimana kedua sudut bibir Kayana tertarik tipis membentuk senyuman simpul. Sebelum wanita itu mengalihkan perhatian pada Tiana yang sudah menangis di pelukannya.
"Sejak kapan, Raja." Laksita mengurut dadanya merasa nelangsa melihat sikap putranya yang kian keterlaluan. "Mama tidak tahu. Apa yang sudah Mama lewatkan sehingga kamu berubah menjadi pria yang sangat sombong."
"Sejak kalian menikahkan aku dengan wanita itu." singkat Raja sebelum melenggang pergi, sebelum dadanya mulai dihujam perasaan bersalah.
Laksita memandangi punggung pria muda yang menjauh itu dengan helaan napas panjang. Begitu Raja tidak terlihat lagi, Laksita balik badan. Melihat bagaimana kesabaran Kayana menenangkan tangisan Tiana, Laskita kembali menarik napas lebih dalam. Bagaimana mungkin putranya manis yang sangat menyayangi keluarganya itu tega menyakiti wanita sebaik Kayana?
Langkah Laksita terayun lamban menghampiri wanita muda yang sudah dibuat merana oleh putranya. Begitu sampai, wanita setengah baya itu menarik kursi di belakang Kayana, kemudian duduk di sana dan memeluk wanita muda di dekatnya itu dengan air mata yang sudah berjatuhan.
Laskita merasa amat sangat bersalah pada Kayana. Namun ia juga tidak tahu harus berbuat apa untuk menebus kesalahan yang dilakukan putranya.
"Maafkan Mama ya, Yan." ucapnya sembari mengelus pelan belakang kepala Kayana.
"Maafkan kami yang sudah menikahkan kamu dengan laki-laki seperti Raja. Selama ini, Raja pasti sudah membuat kamu menderita."
Kayana melepaskan pelukannya di tubuh Tiana, lalu menggeser posisi duduknya agar dia bisa berhadapan dengan sang Ibu mertua. Begitu mereka saling bertatapan, Laksita merasakan sudut hatinya tercubit kuat lantaran Kayana masih bisa membalas kekhawatirannya itu dengan gelengan ringan serta senyuman lembut.