Sesungguhnya, Raja tidak mau terlalu memikirkan penghinaan yang ia terima. Namun kenyataannya, dia tidak bisa berpura-pura baik-baik saja. Setiap kali mengingat Kayana duduk di kursi roda pemberian pria lain bersama bibirnya yang mengembang bahagia, Raja merasakan ulu hatinya diremas kuat bersama dadanya yang terbakar api cemburu.
Namun di tengah ketidakadilan yang ia terima, Raja merasa bahwa ia masih cukup beruntung. Bagaimana tidak? Ayah dari perempuan yang sudah Raja sakiti itu, masih bermurah hati dengan memerintahkan Mbok Suti segera menyiapkan kamar tamu untuk Raja begitu Pramana keluar dari kamar tidur.
Mungkin saja Pramana sempat mendengar pertengkaran kecil yang Raja lakukan bersama Kayana sebelumnya. Lalu bagaimana jika pertengkaran kecil seperti tadi akan lebih sering terjadi? Bisakah Raja menahan malu lebih dari ini?
Kamar tidur yang disiapkan oleh Mbok Suti, ternyata lumayan nyaman dan bersih untuk ruangan yang katanya tidak pernah ditempati. Ada ranjang, lemari pakaian, kursi dan meja yang Raja pikir bisa ia gunakan untuk bekerja.
Tapi yang paling Raja sukai dari kamar tersebut adalah jendela yang mengarah ke taman belakang. Mengingatkan Raja akan jendela di kediamannya, yang biasa ia gunakan untuk mengintip kegiatan Kayana di taman samping.
Namun mengingat bagaimana situasi mereka serta kebencian Kayana terhadap dirinya sekarang ini, bisa dipastikan kalau istrinya itu tidak akan sering menghabiskan waktu di luar kamar karena enggan bertemu dengannya.
"Den Raja butuh sesuatu?" tanya Mbok Suti yang sudah mau memasang raut wajah ramah kepada Raja.
Mungkin saja, ibu setengah baya itu merasa kasihan setelah melihat Nona-nya memperlakukan Tuan Muda yang katanya sombong ini dengan buruk.
"Asbak, Mbok. Nanti yang lain bisa saya cari sendiri."
Mbok Suti mengangguk patuh. "Baik, Den." Sebelum balik badan dan keluar kamar, kemudian kembali tak lama kemudian sembari membawa benda yang dibutuhkan oleh Raja.
Bertahun-tahun Raja tinggal di luar negeri dan bertemu dengan banyak orang asing yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Mereka memiliki perbedaan budaya, pola pikir dan bahkan bahasa. Tapi Raja tidak pernah merasa segugup ini. Raja selalu percaya pada dirinya sendiri. Raja juga bisa dengan mudah berteman dan berbaur dengan orang lain.
Tapi di rumah itu, Raja merasa kehadirannya tidak diterima. Dia merasa diasingkan. Hebatnya, hanya Kayana Adhigana yang bisa membuat seorang Rajata Arya Danadipa bertingkah seperti pecundang yang memilih tinggal di dalam kamarnya sampai sekiranya dia tidak mendengar suara Santika dan Alatas lagi.
Menyedihkan sekali nasib putra konglomerat yang katanya tidak akan dikalahkan oleh siapa pun ini. Seandainya Aryadana tahu bagaimana keadaan Raja sekarang, mungkin Raja akan ditertawakan habis-habisan.
Kursi yang semula ada di depan meja, sudah Raja letakkan di samping jendela yang terbuka dengan lebar. Sambil memandangi berbagai tanaman berwarna-warni serta pepohonan rindang yang ada di taman luas tersebut, Raja berulang kali menghisap rokok dan menghembuskan asapnya ke udara. Meski angin yang menerpa wajahnya, mengembalikan lagi asap yang ia hembuskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Menikah
Aktuelle LiteraturKayana Adhigana. Rajata Arya Danadipa, berani sumpah demi apapun kalau pria itu sungguh sangat membenci pemilik nama itu. Perempuan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, tau-tau masuk ke dalam kehidupannya dan secara ajaib menjadi istrinya sekaligu...