Kayana Adhigana.
Rajata Arya Danadipa, berani sumpah demi apapun kalau pria itu sungguh sangat membenci pemilik nama itu. Perempuan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, tau-tau masuk ke dalam kehidupannya dan secara ajaib menjadi istrinya sekaligu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gais, cerita ini akan segera tamat. Jadi jangan ragu-ragu menunjukkan rasa sayang kalian untuk Mas Raja dan Kayana yaa.
Eh, nyebutnya lebih cocok Kakek dan Nenek aja gak sih? 🤣😂
✿✿✿
Raja praktis bangkit dari posisi duduknya, lalu memandang Aryadana dengan mata memicing marah. "Bagaimana, Pa? Apa aku tidak salah dengar?"
Aryadana mendesah pelan, kemudian menggelengkan kepalanya dengan berat hati. "Damai, Raja."
"Damai?!" Raja memekik kian tidak terima. "Papa minta aku damai dengan bajingan yang melecehkan istriku?!"
Aryadana menarik napas pendek, sebelum menjawab dengan sabar. "Raja, Alatas itu masih saudara dengan Jaksa Agung—"
"Memangnya kenapa?!" sahut Raja semakin emosi. "Bukannya Papa juga dekat dengan keluarga Cendana?"
"Raja!" Aryadana melotot meminta putranya untuk diam. "Kita tidak bisa meneruskan kasus ini. Titik."
"Kenapa?" Raja tersenyum miring. "Apa keluarga kita kalah kaya dengan keluarga bajingan itu, Pa?"
"Rajata..." Aryadana hanya mampu mengucapkan nama Raja disertai hembusan napas lemah. Lalu mengangguk-anggukan kepalanya, karena tidak menemukan kalimat yang cocok untuk memenangkan hati sang putra. Mau bagaimanapun, mereka sudah kalah.
Sambil tersenyum tipis, Aryadana memijat pelan tengkuk Raja yang menegang, lalu mendekatkan diri ke arah sang putra dan berbisik. "Sekarang kamu mengerti kan, kenapa kekuasaan itu sangat penting untuk orang-orang seperti kita."
Raja mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian menghembuskan napas panjang dan menganggukkan kepalanya pasrah. Karena sudah tidak ada gunanya lagi berada di tempat itu, Raja pun mengikuti Aryadana yang sudah melangkah lebih dulu.
Begitu langkah mereka sudah beriringan, Raja bergumam pelan di dekat sang ayah. "Lihat saja kalau aku sudah punya kekuasaan nanti. Akan kupenggal kepala bajingan itu."
Aryadana menengok ke arah Raja, lalu terkekeh pelan sambil melemparkan senyuman bangga. Sembari memijat singkat pundak sang putra, Aryadana membalas. "Bagus. Orang-orang seperti kita tidak cocok untuk mengancam. Langsung saja menyerang."
"Tentu, Pa." Raja menyeringai lebar bersama manik matanya yang berkilat-kilat penuh amarah.
Sebagai ayah, Aryadana tentu marah. Dia tidak terima dan ingin mengamuk setelah melihat apa yang dialami oleh menantu dan putranya. Namun ketika kekuasaan sudah berbicara, Aryadana tidak bisa melakukan hal apa pun selain menerima, sekalipun kenyataan itu memalukan dan menyakitkan. Namun Aryadana percaya, suatu hari nanti, Rajata Arya Danadipa pasti akan membalas apa yang ia terima hari ini.
"Bagaimana hasilnya, Pa?" sambut pria muda yang baru saja menghisap sebatang rokok di antara jarinya.
Raja yang melihat hal itu, merebut rokok milik Raka tanpa bicara apa pun. Kemudian melanjutkan langkah menuju mobil sembari menghisap kuat-kuat batang tembakau di tangannya.