Kayana Adhigana.
Rajata Arya Danadipa, berani sumpah demi apapun kalau pria itu sungguh sangat membenci pemilik nama itu. Perempuan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, tau-tau masuk ke dalam kehidupannya dan secara ajaib menjadi istrinya sekaligu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
Hembusan napas berat itu muncul kembali selepas indera pendengarannya menangkap suara batuk menyiksa yang belakangan ini selalu membangunkan Kayana di tengah tidur pulasnya. Namun sama seperti kemarin, Kayana tetap memilih diam dan berpura-pura tidak mendengar suara batuk tersebut.
Masih sembari berbaring di atas tempat tidurnya, Kayana berguling ke kanan untuk melihat jam weker yang ternyata sudah menunjukkan pukul dua pagi. Sejak kecelakaan naas yang menimpanya malam itu, Kayana tidak pernah berhenti menghitung hari. Dan pagi itu, terhitung sudah lebih dari sepuluh minggu Rajata Arya Danadipa tinggal di kediamannya.
Biarpun sudah lebih dari dua bulan tinggal bersama, tidak ada kemajuan yang berarti pada hubungan mereka yang sudah berada di ambang perpisahan. Raja memang masih berusaha mengajak istrinya bicara dan melakukan apa pun untuk mempertahankan pernikahan mereka. Namun Kayana tetap bersikukuh pada keputusannya yang menginginkan berpisah.
Sepertinya, Kayana juga tidak berhenti berusaha menyakinkan dirinya bahwa kebenciannya terhadap Raja jauh lebih besar jika dibandingkan dengan rasa sayang yang Kayana miliki untuk Raja.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
Kayana praktis berdecak kesal usai mendengar suara batuk itu lagi. "Sudah jam dua pagi, kenapa belum tidur sih." gerutunya sembari menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.
Biarpun duduk di kursi roda, Kayana selalu berusaha melakukan kegiatan apa pun tanpa bantuan Raja ataupun bantuan orang lain. Termasuk untuk sekedar bangun dari tempat tidurnya, lalu berpindah ke kursi roda. Kayana tidak mau merepotkan orang lain, apalagi sampai bergantung pada Raja.
Setelah duduk dengan nyaman, Kayana segera menggerakkan roda di kedua sisi kursinya untuk keluar dari kamar tidur dengan emosi yang sedikit bersungut-sungut.
Beberapa minggu terakhir, Kayana memang sudah cukup sering mendengar Mbok Suti, ayahnya ataupun Pak Imam bercerita kalau mereka sering menjumpai Raja masih bekerja hingga lewat tengah malam.
Namun belakangan ini, Kayana baru benar-benar mengetahui kalau Raja sering begadang sampai jam dua pagi atau lebih dari itu setelah pria itu terserang flu dan batuk.
Setelah membuka pintu kamarnya dengan perlahan dan minim suara, Kayana mendapati jika lampu-lampu di kediamannya masih padam. Karena tidak pernah benar-benar memeriksa, Kayana jadi tidak tahu di mana keberadaan Raja. Namun setelah melihat adanya cahaya dari arah ruang makan, Kayana menebak kalau Raja menggunakan tempat itu untuk bekerja.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
Mendengar suara batuk itu lagi, Kayana kontan mempercepat gerakan kursi rodanya. Batuknya sudah separah itu. Kenapa nggak istirahat?
Sesampainya di ruang makan, Kayana merasakan hatinya mencelos begitu menemukan sosok Raja yang tengah duduk menghadap meja makan berisi tumpukan berkas perusahaan.