16

6.1K 483 38
                                    

Kayana mengetahui bahwa sejak tadi, Raja tengah berdiri di balik jendela dan menyaksikan ketika ia berbincang dengan Alatas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kayana mengetahui bahwa sejak tadi, Raja tengah berdiri di balik jendela dan menyaksikan ketika ia berbincang dengan Alatas. Kayana juga mengetahui saat Raja membalikkan badannya, kemudian melangkah pergi dengan bahu terkulai lemas.

Meski Kayana tidak benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri. Namun dia dapat merasakan kekalahan seorang Rajata Arya Danadipa. Kayana lega dan kalau boleh jujur, ia bahagia setelah berhasil membuat Raja menangis karenanya.

Biarpun air mata itu harus Kayana tukar dengan rasa sakit luar biasa yang menjalar di sekujur tubuhnya serta patah di kedua kakinya. Kayana lega bisa menjadi pemenang di akhir pernikahan mereka.

"Kamu bisa keluar sebentar? Aku mau bicara berdua dengan ayah." pinta Kayana pada pria di hadapannya.

"Tentu." Alatas mengangguk dengan helaan napas panjang. "Aku percaya kalau kita bisa mengubah semuanya, Yana. Aku dan kamu masih belum selesai."

Kayana membalas ucapan tersebut dengan anggukan singkat bersama bibirnya yang tersenyum lembut, kemudian memperhatikan saat Alatas turun dari tempat tidurnya sebelum melangkah menjauhinya. Alatas juga sempat menoleh ke arahnya untuk sekedar melemparkan senyuman penuh harap.

Percayalah, Kayana juga berharap sama. Berharap mereka bisa memperbaiki semuanya dan mengulang dari awal, seolah-olah tidak pernah terjadi apa pun di antara mereka.

Setelah Alatas keluar ruangan, Kayana menyambut kedatangan Pramana dengan senyuman manis. Pria setengah baya yang terlihat lebih pucat daripada biasanya itu melangkah menghampiri Kayana sambil berusaha terlihat baik-baik saja di depan sang putri.

"Ayah, maaf." ucap Kayana begitu Pramana sampai di hadapannya.

Pramana membalas dengan gelengan tipis. "Tidak, Yana." lalu membelai lembut kepala Kayana. "Kamu tidak salah. Ayah lah yang salah."

"Ayah tidak salah." Giliran Kayana yang menggeleng sembari memegang kedua tangan ayahnya, kemudian menggiring Pramana untuk duduk di dekatnya.

Namun rupanya, Pramana tetap bersikukuh dan menjawab. "Maafkan Ayah, Yana. Ayah yang salah memilih suami untuk kamu."

Kayana kembali menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Ayah tidak perlu minta maaf. Mas Raja baik, Ayah. Hanya saja, kami tidak cocok."

Mendengar ucapan Kayana yang kedengaran sangat baik hati sekaligus menyakitkan, Pramana menundukkan wajah, bermaksud menyembunyikan air matanya dari sang putri yang akan selalu mengkhawatirkan dirinya. "Seandainya Ayah tahu lebih awal."

"Ayah..." panggil Kayana sembari mengeratkan genggaman di tangan ayahnya, supaya Pramana mau mengangkat wajah dan memandangnya.

Begitu mereka berpandangan, Kayana kembali berujar. "Aku tahu ayah mengkhawatirkan aku. Tapi aku baik-baik saja, Ayah." lalu melemparkan senyuman kecil yang membuat tangisan Pramana pecah.

Setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang