Kayana Adhigana.
Rajata Arya Danadipa, berani sumpah demi apapun kalau pria itu sungguh sangat membenci pemilik nama itu. Perempuan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, tau-tau masuk ke dalam kehidupannya dan secara ajaib menjadi istrinya sekaligu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Iya, Pak Imam. Nggak pa-pa. Pak Imam tenang aja, saya bisa berangkat sama Mas Raja." cetus Kayana sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bener ya, Non?"
"Iyaaa, Pak." kali ini Kayana menyelipkan kekehan pelan, supaya bapak setengah baya yang merupakan suami Mbok Suti itu tidak terlalu sungkan padanya.
"Ya sudah kalau Non bisa berangkat sama Den Raja. Saya benerin mobilnya dulu ya, Non."
"Iya, Pak."
"Sekali lagi maaf ya, Non."
"Tenang aja, Pak. Saya tutup teleponnya ya."
"Iya, Non."
-tut-
Helaan napas pasrah terdengar bersamaan dengan tangannya yang bergerak mengembalikan gagang pesawat telepon tersebut pada tempatnya. Tempo hari, Wisnu pernah menawarkan diri untuk mengantarnya ke pabrik. Mungkin pagi itu dia bisa meminta tolong pada Wisnu. Tapi hanya jika Raja tidak keberatan dengan permintaannya.
"Selamat pagi Tuan Raja."
Kayana menekan sejenak kelopak matanya usai mendengar sapaan Marni yang terdengar dilebih-lebihkan. Pada awalnya, Kayana memang merasa terganggu akan sikap Marni yang tidak sopan. Tapi lama kelamaan Kayana mulai terbiasa. Apalagi Raja nyaris tidak pernah membalas sapaan Marni yang bernada genit tersebut. Jadi dia tidak perlu repot-repot memikirkan teguran yang pantas untuk Marni.
"Selamat pagi, Marni." jawab Raja dengan nada suara ramah.
Saking terkejutnya mendengar jawaban Raja. Kayana yang semula menghadap meja telepon di ruang duduk, praktis membalikkan badan ke arah ruang makan guna memastikan. Rupanya, telinganya tidak salah mengirim informasi. Sepasang matanya juga menangkap sosok tampan yang tengah melangkah menghampiri seorang wanita muda yang berpura-pura menyiapkan sarapan buatannya di meja makan.
"Tuan..." Marni tersipu malu-malu.
Kayana juga menyaksikan Raja yang menundukkan pandangan, lalu dan menatap wajah pembantu itu lekat-lekat. "Marni,"
"Ya, Tuan?" jawab Marni ditemani kedipan halus dan tak lupa menyertakan senyuman genit.
Melihat pemandangan tersebut, Kayana menyeringai geli sembari menggelengkan kepalanya tanpa sadar. Dia masih tidak percaya kalau Raja yang selama ini selalu bersikap dingin pada Marni, ternyata mampu melakukan hal serendah ini hanya untuk membuatnya marah.
"Kopi ini buatan kamu atau buatan istri saya?"
"Eum..." kepala Marni menoleh secara hati-hati ke tempat Kayana yang semula tampak marah mulai berubah sedikit kebingungan.
Brak!
"JAWAB!!" bentak Raja sembari memukul meja makan.
Bukan cuma Marni yang tersentak kaget. Kayana yang berdiri lumayan jauh dari mereka pun, ikut terperanjat setelah mendengar teriakan Raja yang begitu menggelegar. Kayana baru sadar. Raja tidak berniat membuatnya marah. Raja hanya ingin memperlihatkan bahwa dia masih sangat marah akibat pertengkaran mereka semalam.